Ceramah Master Cheng Yen: Mengerahkan Potensi Kebajikan dengan Kemurahan Hati dan Welas Asih


“Saat bekerja, kami biasanya melihat pasien yang kondisinya akut. Kami agak jarang melihat pasien dalam pemulihan. Hari ini, melihat mereka dalam pemulihan dan perlahan menemukan jati diri mereka, ini mengingatkan saya bahwa seorang dokter hendaknya tak hanya mengobati penyakit, tetapi juga menjadi pendamping dan pendukung bagi para pasien dan keluarga mereka,”
kata He Yi-zhen, Dokter spesialis bedah saraf.

“Saya berterima kasih kepada Master dan para bhiksuni Griya Jing Si atas kamp hari ini dan kesempatan yang sangat istimewa ini sehingga di tengah pekerjaan yang sangat sibuk, kami dapat berhenti sejenak dan mengenang tekad awal kami,” pungkas He Yi-zhen.

Lakukan dengan sukarela, terima dengan sukacita. Para dokter dan perawat di sini melakukan segalanya dengan sukarela. Ini karena kalian memilih profesi sebagai tenaga medis. Dokter bertugas mengobati pasien. Penderitaan terbesar dalam hidup adalah penyakit. Penyakit membuat fisik dan batin tersiksa.

Kehidupan manusia tak luput dari tua, sakit, dan mati. Namun, apakah setiap orang berkesempatan untuk mengalami penuaan? Tidak tahu. Inilah yang disebut ketidakkekalan. Karena itu, lakukanlah segala sesuatu dengan sukarela. Selain itu, kita juga harus ingat bahwa kehidupan tidaklah kekal. Karena itu, genggamlah waktu yang ada.

Tugas dokter ialah menyelamatkan kehidupan serta melenyapkan rasa sakit dan penderitaan akibat penyakit. Bagaimana dengan saya? Tugas saya ialah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan orang-orang dan membimbing orang-orang ke arah yang benar. Agama menunjukkan arah dalam hidup kita. Buddha tidak memandang perbedaan profesi. Saya juga menghormati semua profesi. Namun, yang sangat saya perhatikan ialah misi.

Profesi berbeda dengan misi. Kita yang memiliki misi harus menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Apakah tekad dan ikrar yang kita bangkitkan? Kalian memilih untuk kuliah di fakultas kedokteran, fakultas keperawatan, dan sebagainya. Semua itu berkaitan erat dengan nyawa manusia. Orang yang jatuh sakit membutuhkan perawatan dokter dan perawat.


Di zaman sekarang, begitu sakit, orang-orang langsung berobat ke rumah sakit. Saat saya masih muda, fasilitas medis sangat terbatas. Selain itu, kehidupan tidaklah kekal. Kita tidak tahu orang yang sakit bisa bertahan berapa lama. Contohnya, ayah saya. Suatu hari, beliau tiba-tiba berkata bahwa kepalanya terasa sakit. Keesokan harinya, saya meletakkan tangan saya di nadinya dan denyut nadinya tiba-tiba berhenti. Dari kondisi baik-baik saja hingga pemakamannya, hanya tiga hari.

Saat pulang, saya melihat hujan rintik-rintik yang terbawa angin di bawah cahaya lampu jalan. Sungguh, kehidupan tidaklah kekal. Ayah saya telah beristirahat dengan tenang. Kehidupan sungguh tidak kekal. Saya sungguh merasa bahwa kehidupan tidak kekal. Berhubung kehidupan tidak kekal, bagaimana kita meningkatkan nilai kehidupan? Sejak saat itu, saya terus mendalami ajaran Buddha. Saya mendalami ajaran Buddha dan mencari tahu nilai kehidupan.

Saya bertanya pada diri sendiri, seiring berlalunya hari demi hari, menit demi menit, dan detik demi detik, apakah yang terus mengalami perubahan di dunia ini? Ada fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Setiap materi tadinya tidak ada, kini menjadi ada. Contohnya, tablet ini. Ia semula pun tidak ada. Namun, dengan kemajuan teknologi sekarang, ia sangat dibutuhkan. Perpaduan komponen apakah yang membentuk tablet ini? Ini sangat rumit. Dari manakah tubuh ini berasal?


Saat baru lahir, tubuh manusia hanya sedikit lebih besar dari telapak tangan. Kemudian, manusia bisa menua, beruban, jatuh sakit, dan lain-lain. Setiap hari, manusia diliputi noda batin, kegelapan batin, dan rasa sukacita. Rasa sukacita, dukacita, penderitaan, dan kebahagiaan, dari manakah semua ini berasal? Ini sangat rumit. Sesungguhnya, kehidupan sangat sederhana. Namun, kita perlu memahami empat fase dari tiga fenomena, yakni materi, tubuh, dan pikiran. Tubuh mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Materi mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur.

Segala sesuatu di dunia ini tak luput dari empat fase. Ajaran Buddha mencakup segala sesuatu di alam semesta, termasuk semua makhluk hidup. Ilmu fisika, fisiologi, dan psikologi juga terkandung di dalamnya. Jalan Bodhisatwa merangkul segalanya tanpa memandang perbedaan agama. Semua umat beragama dapat menapaki jalan ini. Jadi, kita menghormati semua agama.

Meski nama agamanya berbeda-beda, semuanya mengajarkan hal yang sama, yaitu kebajikan. Baik agama Katolik, Kristen Protestan, maupun Islam, semuanya mengajarkan kebajikan. Orang-orang di negara yang berbeda mungkin menganut agama yang berbeda. Namun, semua relawan kita mengemban misi Tzu Chi di negara masing-masing. Jadi, meski memiliki nama yang berbeda-beda, semua agama mengajarkan kebenaran yang sama, yaitu kebajikan.


Misi kesehatan kita juga berpegang pada kebajikan. Kita belajar menyelamatkan orang, mengasihi orang, dan menghibur orang. Psikologi berkaitan dengan memberi penghiburan dan fisiologi berkaitan dengan tubuh ini. Misi kesehatan kita bertujuan untuk melenyapkan penderitaan pasien. Kita harus memiliki rasa empati. Inilah yang harus kita pelajari.

Dalam hidup ini, tua, sakit, dan mati sangatlah wajar. Saya sering berkata pada diri sendiri bahwa sakit sangatlah wajar. Tubuh ini telah saya gunakan puluhan tahun sesuai keinginan saya untuk melakukan hal yang bermakna bagi dunia ini. Inilah yang sering saya katakan, yakni menginventarisasi nilai kehidupan.

Bodhisatwa sekalian, kita harus menghargai kehidupan kita dengan menjaga diri baik-baik. Dalam kehidupan sehari-hari, janganlah kita melakukan hal-hal yang merugikan dunia, merugikan orang tua, merugikan teman, ataupun merugikan orang yang membutuhkan kita. Sebagai dokter, janganlah kalian merugikan pasien. Kalian hendaknya sepenuh hati bersumbangsih bagi pasien. Inilah yang membuat kita bernilai dalam interaksi antarmanusia.   

Menjaga tekad dan menjalankan ajaran dengan sukarela
Meyakini, menerima, dan melakukan praktik nyata dengan sukacita dan teguh
Membawa kehangatan dan penghiburan bagi kehidupan manusia yang tidak kekal
Tenaga medis mengerahkan potensi kebajikan dengan kemurahan hati

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 18 April 2025
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -