Ceramah Master Cheng Yen: Menggali Mata Air Kebajikan

Kondisi iklim sungguh tidak selaras. Bencana banjir, topan, kebakaran, dan kekeringan kerap terjadi. Kebakaran hutan sering kali terus merambat dan membawa dampak bagi area yang luas. Hutan yang terbakar tak lagi hijau. Butuh puluhan tahun untuk memulihkannya. Kobaran api merusak segalanya dalam sekejap.

Bodhisatwa sekalian, Dharma sering mengingatkan kita tentang ketidakkekalan. Jadi, jangan hanya menghabiskan waktu untuk melakukan perencanaan yang sangat panjang karena hidup manusia tidak kekal. Selagi hidup aman dan tenteram, kita harus menggenggam waktu untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan mengembangkan nilai hidup kita.

Berhubung hidup ini tidak kekal, maka janganlah menunda untuk melakukan sesuatu. Nilai hidup kita bergantung pada apa yang telah kita lakukan. Hal benar yang kita lakukan akan menjadi kenangan yang indah. Jika melakukan kesalahan, kita hendaknya segera bertobat agar tidak terus-menerus mengakumulasi noda batin. Jika tidak dibersihkan di kehidupan ini, noda batin akan semakin sulit dibersihkan di kehidupan mendatang.

 

Kini saya sering mendengar relawan kita berbagi pengalaman tentang apa yang terjadi pada hari tertentu, bagaimana relawan Tzu Chi memberikan bantuan, dan berapa lama mereka memberi pendampingan. Mereka berbagi tentang kisah nyata. Kita bisa mendengar bahwa sejak puluhan tahun lalu, insan Tzu Chi selalu segera bergerak saat ada yang membutuhkan bantuan. Demikianlah Bodhisatwa dunia.

Semua orang memiliki tujuan yang sama. Di mana pun bencana terjadi, saat tahu bahwa ada yang membutuhkan bantuan, insan Tzu Chi akan segera pergi ke sana. Insan Tzu Chi yang tinggal di dekat lokasi bencana dapat tiba lebih cepat. Ada banyak Bodhisatwa dunia yang bisa bekerja sama dan segera bersumbangsih. Tanpa relawan lain, kita mungkin hanya bisa merasa kasihan. Namun, bersama relawan lain, kita bisa bersumbangsih bersama. Inilah kekuatan banyak orang.

Insan Tzu Chi selalu menjangkau orang-orang yang menderita untuk memberikan bantuan. Selama puluhan tahun ini, saya mengucap syukur setiap hari. Setiap hari, ada yang tercatat dalam sejarah Tzu Chi.

Hari ini, tanggal 17 Agustus, kita memperingati Ulang Tahun RS Tzu Chi Hualien yang ke-33. Kita membangun rumah sakit karena Hualien kekurangan fasilitas medis. Warga tidak berdaya saat jatuh sakit. Berhubung Hualien kekurangan fasilitas medis, kita terlebih dahulu mendirikan sebuah klinik pengobatan gratis.

 

“Pada tahun 1972, Nona Deng Shu-qing dan Lin Bi-qi berkata pada saya bahwa Tzu Chi akan memberikan pengobatan gratis dan meminta saya untuk bergabung. Saya pun menyetujuinya. Jadi, setiap hari Selasa dan Sabtu, dari pukul 12 hingga 2 siang, saya menangani pasien di Klinik Tzu Chi,” kata Zhang Cheng-wen, dokter Klinik Tzu Chi.

“Saat itu, kami bekerja di Rumah Sakit Hualien. Setiap kali memberikan pengobatan gratis, dibutuhkan lima orang, yaitu dua dokter, dua perawat, dan sedikitnya satu apoteker. Ini hanya tim medis. Tentu saja, banyak relawan Tzu Chi yang membantu di klinik tersebut. Dari sebelum hingga sesudah pengobatan, mereka yang menyiapkan dan merapikan semuanya,” kata Deng Shu-qing, perawat Klinik Tzu Chi.

Setelah enam hingga tujuh tahun, kita melihat bahwa penyakit ringan dapat ditangani di klinik. Saat itu, tim medis juga sering menjangkau pedesaan. Namun, ini tidak bisa mengatasi masalah hingga ke akarnya. Warga yang menderita penyakit serius tetap harus dirujuk ke wilayah barat Taiwan. Daripada demikian, lebih baik kita membangun rumah sakit di Hualien agar bisa menjadi rumah sakit rujukan bagi wilayah timur Taiwan. Jadi, timbullah niat membangun rumah sakit.


Saat itu, saya tidak mengukur kemampuan diri sendiri. Prosesnya sulit dijelaskan dengan kata-kata. Namun, dengan waktu dan tekad yang teguh, saya mengatasi segala kesulitan dan tidak membiarkan kesulitan menghalangi saya. Jadi, manusia harus mengatasi kesulitan. Jangan dikalahkan oleh kesulitan. Ini membutuhkan keteguhan. Jadi, jangan melupakan tekad kita dan orang-orang yang bersumbangsih.

Ada banyak orang yang mendukung dan mengikuti langkah saya serta bersumbangsih semampu mereka tanpa penyesalan. Ini bagaikan memercikkan air di tengah gurun pasir dan mereka bersedia melakukannya. Ini bagaikan ajaran dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Di hutan belantara, kita memercikkan air yang bagaikan embun. Meneteskan embun ajaran untuk meredam nafsu keinginan duniawi.

Jika setiap orang dapat mengubah nafsu keinginan terhadap materi menjadi nafsu keinginan untuk berbuat baik maka nafsu keinginan bisa mendatangkan harapan. Ada orang yang memiliki nafsu keinginan besar terhadap materi. Ketamakan mereka tidak berujung. Ada pula orang yang ingin berbuat baik. Dengan nafsu keinginan untuk berbuat baik, mereka terus bersumbangsih tanpa pamrih. Untuk mengubah nafsu keinginan terhadap materi menjadi nafsu keinginan untuk berbuat baik, kita cukup mengubah pola pikir. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu.

Ingatlah bahwa hidup tidak kekal dan jangan menyia-nyiakan waktu
Menjalankan praktik Bodhisatwa untuk melenyapkan penderitaan
Bersusah payah membangun rumah sakit demi pasien kurang mampu
Menggali mata air kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Agustus 2019
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -