Ceramah Master Cheng Yen: Menggali Sumur dan Meneruskan Cahaya Lilin


Bodhisatwa sekalian, sebagai guru, kalian bekerja di bidang pendidikan. Pendidikan adalah harapan bagi masa depan. Selain itu, kita juga harus memancarkan mata air. Saya masih ingat dahulu, saya bertekad dan berikrar untuk menjadi penggali sumur. Saya tidak berani membangun ikrar yang terlalu besar, hanya berharap dapat menjadi seorang penggali sumur. Sungguh, kita semua merupakan penggali sumur. Asalkan saya masih hidup, saya akan mewariskan ajaran saya dan kita bisa bersumbangsih bersama.

Kalian juga menjalankan Tzu Chi dan mendidik murid dengan sepenuh hati dan tenaga. Para guru bagaikan pelita yang meneruskan cahayanya kepada pelita yang tak terhingga. Kita juga melihat alumni Tzu Ching yang kini telah menjadi guru. Mereka pernah menjadi anggota Tzu Ching dan pada usia 30-an hingga 40-an tahun ini, mereka menjadi pilar masyarakat.

Dengan melakukan hal yang benar, kita bisa menjadi pilar masyarakat. Jika berjalan menyimpang dan menyia-nyiakan waktu, kita hanyalah menghabiskan sumber daya alam dan menimbulkan pencemaran bagi bumi. Jadi, hidup di dunia ini, jika kita tidak berhati-hati, sebersit pikiran yang menyimpang dapat membuat pikiran baik dan buruk tarik-menarik. Kebaikan atau keburukan yang akan menang? Ini bisa menempatkan kita dalam krisis.


Selama masih hidup, pikiran manusia akan berubah-ubah. Pikiran manusia tidak bisa diandalkan. Kita juga sangat sulit untuk percaya pada diri sendiri karena masih berada pada tataran awam. Saat malas atau lengah, kita selalu mencari alasan untuk diri sendiri. Intinya, ini berkaitan dengan pikiran.

Meski membiarkan waktu berlalu sia-sia, kita juga tidak merasa bersalah atau malu. Kehidupan seperti ini sangatlah berbahaya karena sama sekali tidak ada introspeksi diri ataupun niat untuk memperbaiki diri. Semua murid kalian merupakan benih. Jadi, hendaklah kalian bersungguh-sungguh menginventarisasi kehidupan kalian. Sungguh, perbuatan baik patut dibagikan dengan semua orang. Dengan membangun tekad dan bersumbangsih dengan langkah yang mantap, kalian bisa menjadi teladan bagi dunia.

Kalian merupakan guru dan teladan yang baik. Dari sumur kehidupan kalian, kalian menimba seember demi seember air. Dengan air ini, kalian telah menyiram banyak benih dan menumbuhkan banyak pohon kecil. Jika dijaga dengan baik, setiap butir benih dapat bertumbuh menjadi pohon besar. Pohon besar memiliki akar yang tertanam dalam, cabang dan daun yang lebat, serta buah yang berlimpah. Saya berharap benih-benih ini dapat bertumbuh menjadi pohon besar.

Saya sering berkata bahwa kita harus membangun fondasi yang kukuh. Kehidupan berpulang pada jiwa kebijaksanaan. Dalam hidup ini, kita menciptakan banyak karma. Segala sesuatu tidak bisa dibawa pergi, hanya karma yang selalu menyertai. Karma baik atau karma buruk, karma yang diciptakan dengan kegelapan batin atau karma yang diciptakan dengan kebijaksanaan yang akan menyertai kita? Ini bergantung pada apa yang kita lakukan sekarang.


Kita harus menggenggam kehidupan kita sekarang untuk membina jiwa kebijaksanaan bagi masa mendatang. Kita harus menjaga pikiran kita di arah yang benar dan jangan membiarkannya menyimpang. Menyimpang sedikit saja, kita bisa jauh tersesat. Saya telah memberi tahu kalian bahwa hati guru merupakan hati Bodhisatwa.

Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Saya terus berpikir untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Berhubung cahaya pelita dari 2.500 tahun lalu telah diteruskan ke tangan saya, saya pun berharap dapat meneruskan cahayanya.

Lilin saya ini memancarkan cahaya karena terus menyala. Detik demi detik, lilin saya terus meleleh dan perlahan-lahan akan kering. Jadi, sisa lilin saya tidaklah banyak. Saya berharap para guru dapat meneruskan cahaya ini. Ini bukan sekadar harapan saya. Saya bisa melihat bahwa api dari lilin saya telah menyalakan lilin kalian. Lilin-lilin ini memancarkan cahaya cemerlang. Kalian harus mengingat kebenaran sejati. Sebagai pembuat lilin, kehidupan saya sudah hampir berakhir.


Bodhisatwa sekalian, kalian juga datang untuk menyalakan lilin. Kehidupan kalian juga bagaikan lilin. Usia kehidupan kalian juga terus berkurang seiring berlalunya hari demi hari. Beruntung, kita telah menjalin jodoh dahulu. Cahaya lilin kalian telah membawa kecemerlangan bagi ruangan yang gelap ini.

Kini, para guru telah menyebarluaskan Dharma. Sudahkah murid kalian menerima benih dari kalian? Sudahkah mereka menanam benih tersebut di suatu tempat dan menggarap ladang berkah di sana? Kalian harus menemukan mereka dan mewariskan jiwa kebijaksanaan kalian pada mereka agar mereka juga dapat menyalakan lilin mereka. Singkat kata, kalian mungkin pernah berhenti atau melupakan Tzu Chi.

Hari ini, saya datang ke sini dengan lilin saya yang hanya tersisa sedikit. Saya tidak tahu apakah masih ada kesempatan bagi saya untuk duduk di sini lagi di masa mendatang. Setiap orang hendaknya menghargai saat ini. Nyalakanlah lilin kalian dengan api dari lilin saya agar Dunia Saha yang gelap ini dapat bersinar cemerlang.   

Bertekad menjadi penggali sumur yang membawa harapan
Menjadi teladan nyata untuk membina pilar masyarakat
Membimbing murid-murid untuk melatih diri
Meneruskan cahaya lilin dan menggarap ladang berkah         
       
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Desember 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 05 Desember 2022
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -