Ceramah Master Cheng Yen: Menggarap Ladang Berkah dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Saya sungguh bersyukur melihat semua orang sangat bersemangat. Kita semua setiap hari harus tekun dan bersemangat. Setiap saat kita harus berlatih bersama.

Berlatih bersama bukan berarti setiap hari harus berkumpul bersama, karena Bodhisatwa dunia tersebar di berbagai tempat dan komunitas untuk menggarap ladang berkah. Namun, juga dibutuhkan tekad yang sama untuk bersama-sama berjalan di Jalan Bodhisatwa. Kita memiliki arah yang sama. Tekad kita juga sangat teguh untuk bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita di dunia.

Masyarakat masa kini amat membutuhkan Bodhisatwa dunia yang memberi perhatian, maka kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa agar orang-orang di masyarakat dapat saling melayani dan memberi perhatian. Jadi, kita harus selalu memiliki tekad yang sama dan sering berkumpul untuk saling mendukung dan berlatih bersama. Terima kasih kepada para relawan yang mengikuti lewat telekonferensi.

doc tzu chi

Kekuatan cinta kasih terus dikembangkan setiap saat. Atas kekuatan para Bodhisatwa dunia ini, saya sangat bersyukur. Hari ini, di Sanchong juga ada lebih dari seribu orang yang mengikuti kelas pelatihan bersama lewat telekonferensi. Beberapa hari lalu, para relawan dari Malaysia juga secara khusus datang ke Sanchong untuk belajar. Mereka ingin memahami bagaimana relawan di Taiwan merekrut dan membina relawan baru. Mereka kembali ke Taiwan dan mengikuti acara yang penuh kehangatan. Mereka meminta petunjuk atas segala pertanyaan mereka selama ini. Ini juga sangat menyentuh. Mereka datang dan menerima pewarisan jiwa kebijaksanaan dari para relawan di Taiwan. Jiwa dari kebijaksanaan ini terus diwariskan. Mereka semua sangat berterima kasih.

Kita juga melihat Myanmar. Jalinan jodoh para relawan di Myanmar bermula pada tahun 2008, saat Badai Nargis menerjang negara itu dan insan Tzu Chi datang ke sana. Saya juga berterima kasih kepada para relawan dari Malaysia. Jarak dari Malaysia ke Myanmar lebih dekat sehingga memudahkan pergerakan relawan.

Berhubung semangat Tzu Chi yang dimiliki relawan Malaysia sangat mengakar, maka saya dapat merasa tenang. Jadi, saya meminta para relawan dari Malaysia untuk pergi ke Myanmar. Sejak saat itu, insan Tzu Chi tiba di Myanmar dan mulai menyebarkan benih kebajikan serta menggarap ladang berkah di sana. Mereka juga memberdayakan warga setempat dan memanfaatkan sumber daya setempat.

doc tzu chi

Beberapa tahun ini, kita sangat gembira dan bahagia melihat mereka mewariskan semangat ini kepada warga setempat. Benih padi yang kita bagikan kepada mereka, mereka sebut sebagai benih berkah.

Salah satu petani di sana, U Thein Tun, pernah hidup dalam kesulitan. Sejak mulai bercocok tanam, dia selalu berusaha untuk mencari cara yang lebih baik. Dia mengganti pupuk kimia menjadi pupuk organik, kemudian menghindari penggunaan pestisida. Dengan ketulusan hatinya, setiap hari dia mengelilingi sawahnya sambil melantunkan doa. Dia bahkan juga mengucapkan kata-kata yang baik kepada tanaman padi di sawahnya. Luar biasanya, selama beberapa tahun ini, dia bisa benar-benar menghindari pestisida. Sawah orang lain bisa terserang hama, sedangkan sawahnya setiap tahun memiliki panen yang baik. Kini dia juga sudah membangun rumah. Rumahnya ini juga dia jadikan sebagai kantor penghubung Tzu Chi. Setiap kali ingin mengadakan sosialisasi, para relawan pasti menggunakan rumahnya.

Tahun lalu dia telah dilantik sebagai insan Tzu Chi. Selama bertahun-tahun ini, kehidupannya sudah banyak berubah dan terus mengalami kemajuan. Sejak bertahun-tahun yang lalu, dia selalu menyebarkan semangat celengan bambu.

Bagaimana jika tidak ada uang untuk disisihkan? Para warga mengurangi porsi makan sehingga dapat menyisihkan segenggam beras. Saat akan memasak nasi, mereka menyisihkan segenggam beras dan menyimpannya di dalam guci plastik. Setelah beberapa hari, guci itu akan penuh dan bisa digunakan untuk membantu sesama.

U Thein Tun kini kembali membeli sebidang lahan. Seluruh hasil panen dari lahan itu dia gunakan untuk kegiatan amal. Sesuai namanya, lahan itu menjadi ladang berkah. Seluruh hasil panen dari lahan tersebut, sepenuhnya digunakan untuk misi Tzu Chi. Inilah semangat yang dimiliki U Thein Tun.

Di desa lain di Myanmar, ada juga warga yang bernama U San Thein. Setelah banjir melanda desanya, Tzu Chi membagikan benih padi di sana. Para relawan memberi perhatian kepada warga dan menyebarkan semangat celengan bambu. U San Thein lalu bertekad saat itu juga untuk membawa pulang 50 buah guci plastik. Dia ingin menyebarkan semangat berbagi itu kepada warga di desanya. Sepulangnya ke desanya, dia benar-benar melakukannya. Hingga kini, dia telah menyebarkan semangat ini ke delapan desa.

“Master berkata butiran beras bisa memenuhi lumbung. Karena itu, kini kita harus lebih waspada. Sebutir beras pun tak boleh disia-siakan. Warga desa kami menyisihkan beras untuk disumbangkan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Saya juga berbagi semangat ini di desa lain dan membagikan guci beras dengan harapan mereka dapat berpartisipasi,” kata U San Thein.

doc tzu chi

Setiap bulan, dia mengunjungi delapan desa untuk mengumpulkan guci beras yang telah terisi. Setiap bulannya, dia dapat mengumpulkan lebih dari 500 kilogram beras dan dapat membantu 28 kepala keluarga.

Berawal dari segenggam beras, dia seorang dapat menginspirasi delapan desa. Semua keluarga di desa itu tiada yang ketinggalan. Jadi, setiap bulan mereka mengadakan pemulangan "celengan beras" dan hasilnya dihimpun untuk membantu sesama. Ini sungguh mengharukan.

Janganlah kita meremehkan sebutir beras pun. Segenggam demi segenggam beras mereka himpun hingga mencapai 500 kg lebih dan dapat membantu lebih dari 20 keluarga. Ini sungguh luar biasa. U San Thein mengunjungi delapan desa secara rutin setiap bulan. Sungguh mengharukan. Bodhisatwa sekalian, inilah perekrutan Bodhisatwa dunia.

Saya juga berterima kasih kepada para relawan dari Yangon yang bersusah payah mengunjungi desa-desa itu setiap bulan demi mengumpulkan donasi dan membagikan bantuan. Saya sungguh terharu. Pahala para relawan di Myanmar sungguh tidak terhingga. Asalkan memiliki cinta kasih, kita dapat terus menyebarkan semangat ini dan menyucikan hati manusia sehingga lebih banyak orang bisa terbantu. Selain itu, masing-masing relawan pun dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Melihat setiap Bodhisatwa ini, hati saya sangat gembira dan sangat bersyukur.

Berlatih bersama lewat telekonferensi
Menggarap ladang berkah dengan tekad yang teguh
Menghimpun butiran beras untuk membantu sesama
Rasa sukacita dalam Dharma muncul setelah jiwa kebijaksanaan tumbuh

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Maret 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 Maret 2017

Editor: Metta Wulandari

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -