Ceramah Master Cheng Yen: Menggenggam Waktu untuk Membentangkan Jalan dengan Cinta Kasih

Segala sesuatu bergantung pada sebersit niat. Atas hal yang benar, kita harus berikrar dengan teguh untuk melakukannya. Selama 53 tahun ini, detik demi detik, kita selalu membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih. Setiap inci jalan yang kita bentangkan mengandung cinta kasih. Seperti itulah kita melewatinya.

Dengan cinta kasih berkesadaran, kita menginspirasi banyak orang

untuk bergabung dalam jalan yang telah kita buka seinci demi seinci. Ini disebut memperpanjang dan memperluas cinta kasih. Selama 50 tahun ini, kita selalu membentangkan jalan dan terus memperpanjang jalinan kasih hingga sekarang. Semua ini bergantung pada kalian semua.

Hualien merupakan tempat asal mula Tzu Chi. Tzu Chi perlahan-lahan berkembang hingga wilayah barat Taiwan. Relawan Tzu Chi pertama di wilayah barat Taiwan bergabung dengan kita sejak lebih dari 30 tahun lalu. Selama lebih dari 30 tahun, mereka mendukung saya dan membangun tekad untuk mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati serta melakukan tindakan nyata di dunia.

 

Bodhisatwa sekalian, melihat semangat, ketekunan, kesungguhan hati, dan cinta kasih kalian dalam mengikuti langkah saya selama puluhan tahun, saya sungguh sangat tersentuh. Melihat Bodhisatwa lansia menyalin Sutra, saya teringat bahwa dahulu saya sangat suka membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas dan Sutra Bunga Teratai. Pada saat itu, tepatnya hampir 50 tahun lalu, saya ingin membabarkan Sutra, tetapi tidak memiliki uang untuk membeli kitab Sutra. Jadi, saya menyalin Sutra dengan menggunakan pena besi dan kertas lilin yang dialasi dengan papan baja. Mengukir ini membuat tangan saya terluka.

Pada saat itu, meski Tzu Chi sudah didirikan, tetapi hanya dimulai dengan misi amal yang sangat sederhana. Jadi, saya masih memiliki waktu yang cukup untuk menyalin dan membabarkan Sutra dengan sepenuh hati agar semua orang dapat bersama-sama membaca Sutra Makna Tanpa Batas. Saya juga menyalin Sutra Bunga Teratai sebanyak 8 jilid. Saya menyelesaikan 8 jilid Sutra itu dengan mengukirnya di atas papan baja. Kemudian, saya juga menyalin satu jilid Sutra Bunga Teratai dengan menggunakan mopit.

 

Singkat kata, ketika teringat saat itu saya memiliki waktu untuk menyelesaikannya, saya sungguh bersyukur. Sekarang, saya tidak dapat melakukannya. Sekarang, saya bahkan tak memiliki waktu untuk melihat matahari atau bulan. Bagaimana mungkin saya memiliki waktu untuk menyalin Sutra? Jadi, saya sangat bersyukur bahwa saat itu saya memiliki tekad yang tulus untuk menyalin Sutra dan dengan sabar mengukir satu demi satu huruf. Kini, berbicara tentang ini, dalam hati saya timbul rasa sukacita. Saya merasa sukacita dari lubuk hati saya yang terdalam.

Bodhisatwa sekalian, hal yang benar harus kita lakukan dengan menggenggam waktu yang ada dan jangan sampai terhenti. Jika kita menggenggam waktu untuk melakukan hal yang benar, maka saat mengenangnya kembali, kita akan  merasa kehidupan kita sangat bernilai. Saat mengenang kembali hal benar  yang kita lakukan di masa lalu, dalam hati kita akan timbul sukacita karena kehidupan kita bernilai.

 

Sekarang, kita harus  lebih  menggenggam waktu dengan baik untuk melakukan hal yang benar. Asalkan membangun niat baik, kita dapat menciptakan pahala yang abadi. Dengan membangun ikrar Bodhisatwa, berarti kita mengakumulasi benih kebajikan dalam kesadaran kedelapan kita. Ketika kita meninggal dunia, tidak ada yang bisa kita bawa, kecuali karma yang telah kita ciptakan. Dengan lebih banyak menabur benih kebajikan, kebijaksanaan, dan berkah lewat tindakan yang kita lakukan, maka benih-benih itu akan tersimpan di dalam kesadaran kedelapan kita dan akan dibawa ke kehidupan berikutnya.

Dengan demikian, kita semakin dapat mengembangkan berkah dan kebijaksanaan di tengah masyarakat agar berkah dan kebijaksanaan kita semakin bertambah. Dengan demikian, kita akan dapat mengikis noda dan kegelapan batin serta karma buruk yang terpupuk dari kehidupan ke kehidupan. Jalinan jodoh buruk dan karma buruk yang kita ciptakan di masa lalu, dapat perlahan-lahan kita kikis dengan kebijaksanaan.

 

Dengan kebijaksanaan, kita dapat melihat berbagai hal dari perspektif yang lebih luas. Pada kehidupan ini, ketika bertemu dengan jodoh buruk yang kita jalin di masa lalu, kita dapat berdamai dengannya karena kita memiliki Dharma dan kebijaksanaan.

Kebijaksanaan diperoleh dari sumbangsih kita di tengah masyarakat. Noda batin membawa kita pada kesadaran. Makhluk hidup penuh dengan noda batin. Noda batin ini bagaikan pupuk bagi ladang berkah kita dan dapat membantu kita menumbuhkan kebijaksanaan. Inilah sebabnya noda batin bisa membawa pada kesadaran.

Kita harus mengubah noda batin menjadi kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan. Bahkan, jika ada orang hanya mendengar satu kalimat atau satu bait saja ajaran Mahayana dan merasakan sukacita di hatinya, Buddha akan memberi prediksi atas pencapaian kebuddhaannya di masa depan karena mereka telah menciptakan pahala seperti yang dikatakan Buddha. Jadi, kita harus terus mengakumulasi pahala untuk waktu yang lama.

 

Kita membantu orang yang membutuhkan tanpa pamrih. Kita hanya berharap dengan membantu mereka, mereka memiliki jalinan jodoh untuk mengenal Tzu Chi dan memahami semangat Tzu Chi serta ajaran Buddha. Seperti inilah kita menabur benih kebajikan. Asalkan mendengar satu kalimat atau satu bait ajaran Mahayana, mereka dapat menciptakan pahala. Dengan timbulnya sukacita di dalam hati, ketika ada kesempatan, mereka akan lanjut mendengar untuk memahaminya. Jadi, kita harus berbagi Dharma dengan orang lain.

Bodhisatwa sekalian, seperti inilah kita menghimpun kekuatan cinta kasih. Kita harus yakin bahwa semua orang  memiliki hakikat kebuddhaan. Saat menyalin Sutra berarti kita harus menyerap maknanya ke dalam hati.

 

Mengenang masa-masa mengukir Sutra di papan baja

Membabarkan dan menyalin Sutra dengan tulus

Giat menggarap ladang batin dan menabur benih kebajikan

Semua orang merupakan Buddha masa depan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 April 2019

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -