Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih dan Menciptakan Berkah yang Tak Terhingga

“Sekarang tangannya lebih bertenaga dan gemuk. Tubuhnya lebih berisi sekarang, dahulu hanya tulang dibalut kulit. Ibunya hanya mampu menyediakan bubur dengan garam untuknya. Tepung biji-bijian terbuat dari lebih dari 20 jenis biji-bijian dan sangat bergizi. Agar seseorang memiliki tubuh yang sehat, dia harus memakan makanan yang lebih bergizi. Dengan begitu, sistem kekebalan tubuhnya akan meningkat dan tubuhnya akan sangat sehat,” kata Kiing Teck-ngie, Relawan Tzu Chi di Malaysia.

Kita mendengar Relawan Kiing berkata bahwa makanan bergizi diberikan kepada orang kurang mampu karena mereka kekurangan gizi. Dengan memenuhi kebutuhan gizi mereka, kesehatan mereka akan membaik. Sesungguhnya, yang paling kita butuhkan adalah gizi untuk batin kita. Inilah yang terpenting.

Bagaimanapun, tubuh manusia pasti bisa terserang penyakit. Ini merupakan hukum alam. Namun, penyakit fisik tidak menakutkan. Yang paling menakutkan adalah penyakit batin. Ajaran Buddha dapat mengobati penyakit batin. Jika batin kita sehat, maka fisik kita juga akan sehat. Tentu saja, hidup kita tidak terlepas dari ketidakkekalan, tetapi kita bisa berpikiran terbuka.

Sore ini, saya mendengar kisah-kisah yang penuh kehangatan. Setelah datang ke Taiwan, kalian pasti bisa mempelajari banyak hal. Saya juga mendengar bahwa kalian mengunjungi beberapa posko daur ulang, benar tidak? (Benar) Setelah mengunjungi posko daur ulang di sini, saya berharap kalian bisa mengingat kelebihan di sini serta berbagi dengan orang lain dan mempraktikkannya di Malaysia.

Ada banyak lansia yang terkena demensia karena tidak memiliki kegiatan setelah pensiun. Jika pikiran dan tubuh tidak dilatih, maka lama-kelamaan, fungsi pikiran dan tubuh kita akan menurun. Bagaikan sebuah mobil, jika kita menganggapnya sebagai mobil tua dan mendiamkannya, maka saat kita ingin menggunakannya, mobil itu akan bermasalah. Sebaliknya, jika kita menggunakannya setiap hari, maka mobil itu akan tetap berada dalam kondisi yang baik.

Begitu pula dengan manusia. Kita jangan menyerah pada usia. Setelah pensiun, kita bisa menggenggam waktu untuk mengembangkan kebijaksanaan. Dahulu, kita bekerja keras demi kelangsungan hidup. Kini, setelah pensiun, kita harus bekerja keras demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Dahulu, kita bekerja keras demi keluarga. Kini, kita bekerja keras demi semua orang di seluruh dunia. Kita mengubah cinta kasih individu menjadi cinta kasih universal bagi seluruh dunia.

Kita juga mendengar seorang relawan Malaysia berikrar menggalang donasi dari 200 orang. Dia ingin mempersembahkan pahala itu pada saya, tetapi saya memberitahunya bahwa pahala itu bukan milik saya, melainkan milik orang-orang yang telah bersumbangsih. Saya mengimbau kalian untuk menggalang donasi dengan harapan setiap orang dapat membangun tekad.

Satu orang yang membangun tekad bisa menginspirasi lebih dari 200 orang untuk berbuat baik. Pahala ini tetap milik Malaysia. Yang menerima cinta kasih ini adalah para pengungsi, sedangkan pahala ini adalah milik orang-orang di Malaysia yang rela bersumbangsih, bukan saya.

Singkat kata, kita bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih atas keinginan diri sendiri dan tanpa pamrih. Ini karena kita mengasihi sesama tanpa mementingkan jalinan jodoh dan memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Buddha mengajari kita bahwa terhadap semua makhluk di dunia ini, kita harus memiliki welas asih agung. Dengan welas asih agung, kita bisa turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.

Meski yang terluka adalah tubuh orang lain, tetapi hati kita turut merasa sakit. Melihat penderitaan semua makhluk, kita turut merasa sedih. Jadi, kita semua harus memiliki welas asih agung. Pagi ini, saya meminta Shu-mei untuk kembali berbagi tentang kisah seorang lansia.

“Saat itu, tahun 1990, saya mengunjunginya setiap bulan untuk mengumpulkan donasi. Kami berbagi kisah celengan bambu dengannya. Dia sangat menurut pada perkataan Master. Dia pun mulai menyisihkan lima sen ringgit Malaysia setiap hari. Suatu hari, saat saya mengunjunginya, dia berkata, “Kakak Yeh, suatu malam, saya tidak bisa tidur. Saya merasa ada hal yang belum dilakukan.” Dia berkata bahwa saat akan menutup matanya, dia teringat bahwa hari itu, dia belum memasukkan lima sen ke dalam celengan. Dia pun bangun, mencari lima sen, lalu memasukkannya ke dalam celengan. Kemudian, dia langsung tertidur dengan nyenyak,” ujar Yeh Shu-mei, Relawan Tzu Chi.

Meski nenek itu telah tiada, tetapi kisah ini bisa kita ingat di dalam hati. Nenek itu menyisihkan lima sen ringgit Malaysia ke dalam celengan bambu setiap hari. Saat itu, lima sen ringgit Malaysia setara dengan 50 sen dolar NT. Jadi, dia telah meneruskan semangat celengan bambu.

Saya juga berharap insan Tzu Chi Malaysia bisa menolong orang-orang kurang mampu sekaligus membangkitkan kekayaan batin mereka. Ini juga dilakukan relawan kita di Filipina. Saat memberikan bantuan, kita juga mengajak penerima bantuan untuk turut berdonasi. Kita memberi tahu mereka bahwa bantuan yang mereka terima berasal dari akumulasi tetes demi tetes donasi.

Dengan menyisihkan sedikit uang, mereka juga bisa menolong orang kurang mampu. Di dalam barang bantuan kita juga terdapat donasi mereka. Kita membuat mereka memahami bahwa mereka juga bisa menolong sesama dengan tetes demi tetes cinta kasih. Saya berharap kalian semua bisa meneruskan semangat seperti ini. Inilah yang disebut membentangkan jalan.

Dengan bersumbangsih sedikit demi sedikit semampu mereka, mereka juga bisa menolong sesama. Saat menolong orang kurang mampu, kita juga membimbing mereka membangkitkan kekayaan batin. Dilihat dari hukum sebab akibat, jika mereka bisa menanam benih berkah, kelak mereka juga bisa menghimpun tetes demi tetes cinta kasih hingga membentuk lautan cinta kasih.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, setelah pulang ke Malaysia, kalian harus menerapkan konsep ini. Semakin banyak orang yang terinspirasi, semakin besar berkah yang tercipta. Kalian harus merekrut donator sebanyak mungkin. Banyaknya donator menandakan banyaknya orang yang terbimbing dan hatinya tersucikan. Jadi, semakin banyak donatur, semakin besar berkah yang tercipta.

Saat kalian menekan bel atau mengetuk pintu dari rumah ke rumah, jika mereka bersedia membuka pintu, berarti mereka bersedia membuka pintu hati. Kita juga melihat sebagian orang membuka pintu dan mempersilakan relawan kita masuk. Ternyata, mereka juga mendengar ceramah saya. Mereka sedang menanti kalian untuk mengetuk pintu rumah mereka. Karena itu, kalian jangan menyerah.

Dengan menekan bel atau mengetuk pintu, kalian bisa menginspirasi kekuatan cinta kasih. Saya bersyukur kepada kalian semua yang bersumbangsih dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Jika ada kesempatan, sering-seringlah kembali ke Taiwan. Mendengar Dharma sangatlah penting. Kalian harus tekun mendengar Dharma karena Dharma adalah gizi bagi batin kita. Saya mendoakan kalian, terima kasih.

Menyerap gizi batin dengan mendengar Dharma

Relawan lansia mengembangkan potensi besar dan memperluas cinta kasih

Menolong orang kurang mampu dan menginspirasi mereka menanam benih kebajikan

Semakin banyak orang yang terinspirasi, semakin besar berkah yang tercipta

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 24 Juni 2017

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -