Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Bersumbangsih di Tengah Masyarakat


“Saya bersyukur kepada semua orang yang memberi saya kesempatan untuk mengemban tanggung jawab sebagai ketua Xieli. Saya masih ingat pada awalnya, saya sering merasa tertekan karena tidak dapat mengumpulkan orang dan menyalahkan mereka tidak kooperatif,”
kata Lin Duan, relawan Tzu Chi.

“Suatu hari, saya membaca Kata Renungan Jing Si, ‘Ujian sesungguhnya ialah berintrospeksi dan memperbaiki tabiat dalam menghadapi semua orang dan hal. Berbicara dengan kesungguhan hati agar tidak melukai orang lain; mendengar dengan kebijaksanaan agar tidak melukai diri sendiri’,” lanjut Lin Duan.

“Saya menerapkannya dalam menjalankan tugas dan bersungguh hati memperhatikan sesama relawan. Di bawah pendampingan saudara se-Dharma, saya belajar untuk bersyukur, menghormati, dan mengasihi serta mengembangkan potensi kebajikan saya agar kehidupan saya makin bernilai,” pungkas Lin Duan.

“Kegiatan bedah buku di komunitas kami dimulai pada tanggal 6 Juni 2020. Sebelumnya, kami berhimpun di rumah partisipan. Setelah kegiatan bedah buku, kami mengajak para partisipan untuk menjalankan Tzu Chi bersama. Pada masa pandemi Covid-19, kami hanya bisa melakukannya secara daring. Namun, hasilnya cukup baik. Kini, ada makin banyak orang yang mengikuti kegiatan bedah buku,” kata Mao Shui-wu, relawan Tzu Chi.

Kisah yang kalian bagikan sungguh berisi. Para Bodhisatwa di Yunlin, Chiayi, dan Tainan memiliki semangat akar rumput. Mereka bagaikan pohon besar yang bertumbuh dari benih kecil dan melindungi bumi. Sungguh, saya sangat tersentuh.

Kita bisa melihat para relawan lansia kita yang tetap sangat tekun dan bersemangat. Para anggota Tzu Cheng dan komite yang berusia paruh baya juga tahu untuk menghormati orang yang lebih tua. Bersyukur, menghormati, dan mengasihi, semuanya telah kalian praktikkan. Kalian bukan hanya bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi juga dipenuhi rasa syukur. Betapa indahnya.


Kita semua memiliki kesatuan hati, yaitu hati Bodhisatwa. Setiap orang membangkitkan Bodhicitta dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita memiliki kesatuan hati dan ikrar serta menapaki jalan yang sama. Demikianlah kita melatih diri bersama.

“Rumah seorang relawan kita terbakar tahun lalu. Semua relawan di Heqi kami bergerak untuk membantu pembersihan di tengah liburan tahun baru dan mengadakan upacara masuk rumah. Suami dan anak-anaknya juga tersentuh sehingga mengikuti pelatihan relawan tahun ini,” kata Liao Xiu-ling, relawan Tzu Chi.

“Ada pula seorang relawan lain, Lin Su-zhen. Dalam perjalanan untuk pergi bekerja, dia mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga kendaraannya hancur dan dirinya perlu menjalani pemulihan setengah tahun. Namun, dalam setengah tahun itu, dia tetap tekun dan bersemangat bersumbangsih sebagai relawan di RS Tzu Chi Dalin,” pungkas Liao Xiu-ling.

“Selama 11 tahun menjadi fungsionaris pelestarian lingkungan, saya sepenuh hati mendedikasikan diri. Berhubung telah dilantik oleh Master, tekad saya tidak boleh mundur. Saya harus terus bersumbangsih bersama para relawan kita,” kata Lu Jian-cheng, relawan Tzu Chi.

Di era sekarang, banyak warga lansia di pedesaan yang hidup sebatang kara. Jika dapat memperluas jaringan Bodhisatwa, kita dapat menggerakkan relawan setempat untuk memperhatikan dan mendampingi kaum lansia. Terlebih lagi, kita dapat mengajak mereka untuk bersumbangsih di depo daur ulang. Semua upaya pelestarian lingkungan kita akan membentuk lautan pahala. Baik di luar negeri maupun tempat lainnya, kita bisa melihat banyak orang yang membutuhkan.

Kita hendaknya mengajak orang-orang untuk melakukan banyak perbuatan baik dan menciptakan pahala besar. Setelah pulang, kalian harus memberi tahu orang-orang bahwa kita menghimpun tetes demi tetes cinta kasih demi membawa manfaat bagi dunia. Saya berharap kita dapat menggenggam waktu yang ada. Semoga makin banyak relawan senior yang berbagi pengalaman mereka dengan orang lain.


Pengalaman kita adalah sejarah. Dengan membagikan bagaimana kita bersumbangsih dan bergabung dengan Tzu Chi, kita dapat menginspirasi makin banyak Bodhisatwa. Dalam Sutra Bunga Teratai, bukankah Buddha mengajarkan demikian? Setelah mendengar Dharma, kita harus mewariskannya dari generasi ke generasi. Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha mengajarkan untuk mewariskannya pada 50 orang. Namun, saya menyerukan untuk mewariskannya kepada 50 generasi.

Bodhisatwa sekalian, dapat hidup aman dan tenteram serta melihat anak cucu meraih pencapaian, ini tentu adalah berkah. Namun, ini berkat akumulasi karma baik di masa lalu. Kini, kita harus tetap berbuat baik dan mewariskan semangat ini dari generasi ke generasi. Jadi, genggamlah jalinan jodoh untuk bersumbangsih tanpa menyia-nyiakan satu detik pun.

Hendaklah kita menghargai jalinan jodoh. Mari kita lebih sering mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma senior. Setiap kali kalian kembali ke sini, saya selalu berpesan pada kalian, "Setelah pulang, ingatlah untuk menyampaikan salam saya kepada para Bodhisatwa senior kita. Beri tahu mereka bahwa saya bersyukur atas dedikasi mereka di masa lalu."

Kali ini, setelah pulang, kalian pun harus berkata demikian pada mereka. Genggamlah waktu di kehidupan sekarang selagi kita masih bisa berbicara. Kedua kaki kita selalu berjalan ke arah yang benar, yaitu menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus bersyukur, menghargai, dan memotivasi satu sama lain.


Kegiatan bedah buku kalian sangat sukses. Saya selalu memuji hal ini. Kegiatan bedah buku dan daur ulang alat bantu selalu sangat menyentuh. Mendaur ulang alat bantu termasuk menghargai berkah; mengikuti kegiatan bedah buku termasuk mengembangkan kebijaksanaan. Namun, bukan hanya dua hal ini yang harus dilakukan. Genggamlah jalinan jodoh untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Selama ini, kita terus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kini, janganlah kita berhenti dari jalan ini. Kita harus terus menapakinya.

Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Perlu diketahui bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Akan tetapi, tanpa menapaki Jalan Bodhisatwa, kita tidak akan bisa melihat jalan kebenaran. Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa dan melihat penderitaan di dunia, barulah kita akan menyadari bahwa diri sendiri penuh berkah.

Berkah harus diciptakan sendiri. Kita dipenuhi berkah karena menciptakan berkah. Berhubung telah menapaki jalan yang benar, kita harus makin tekun dan bersemangat serta memotivasi satu sama lain. Melihat orang lain tekun dan bersemangat, kita hendaknya meneladan mereka. Dengan demikian, kita akan mengalami kemajuan. Saling memotivasi dan mengasihi adalah berkah dalam hidup.

Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang telah menghimpun kekuatan cinta kasih. Yang terpenting, jangan berhenti mendengar Dharma. Mendengar kalian berbagi pengalaman dan ajaran saya, saya tahu bahwa kalian sungguh-sungguh mendengar ceramah saya. Sebarkanlah ajaran saya sesering mungkin. Ini disebut bertutur kata baik untuk membimbing orang banyak. Jadi, kita harus tekun dan bersemangat serta memotivasi satu sama lain.

Tekun dan bersemangat melatih diri dengan semangat akar rumput
Bersumbangsih tanpa pamrih dan menjalankan ikrar bersama
Menjaga kaum lansia sebatang kara dan menghargai waktu
Menghimpun cinta kasih untuk bersumbangsih di tengah masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 25 Mei 2025
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -