Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Cinta Kasih untuk Melenyapkan Bencana

Saya sungguh tidak tega melihatnya. Di Ekuador, kembali terjadi dua kali gempa bumi berkekuatan besar. Gempa itu terjadi pada sore hari kemarin dan dini hari tadi. Ini membuat semua orang sangat khawatir. Seorang relawan Tzu Chi di Ekuador mengabarkan bahwa mereka semua selamat, tetapi guncangan gempanya sangat kuat. Saya juga mendengar bahwa kini mereka sangat sibuk menenangkan para warga di sana. Para warga masih belum pulih sepenuhnya dari gempa sebelumnya. Gempa yang kembali mengguncang ini membuat mereka sangat panik.

Relawan Tzu Chi tetap bersikap tenang. Meski awalnya mereka merasa takut, tetapi dengan sangat cepat, mereka segera menenangkan hati untuk bergerak memberikan penghiburan dan memahami kondisi.

Kita juga melihat di Kanada. Kebakaran hutan di sana telah berlangsung selama lebih dari dua pekan. Dari laporan berita kemarin, kita melihat bahwa kobaran api telah merembet hingga kawasan penghasil minyak. Banyak warga setempat yang telah dievakuasi.

Selama berhari-hari ini, relawan Tzu Chi terus bersumbangsih di Edmonton, Alberta. Para warga dari kawasan penghasil minyak dievakuasi ke sana. Kini tempat tersebut telah menampung tidak sedikit orang. Relawan Tzu Chi berada di sana untuk membagikan barang bantuan. Berhubung cuaca di sana sangat dingin, para pengungsi memerlukan selimut yang tebal. Dua hari lalu, kita telah mengirimkan bantuan selimut dengan pesawat. Saya sangat berterima kasih kepada China Airlines yang memberikan kita diskon sebesar 50 persen. Demikianlah setiap orang saling bekerja sama untuk mengantarkan cinta kasih.

Sungguh, setiap orang hendaknya mawas diri dan berhati tulus. Meski kita telah berupaya memberikan bantuan materi, tetapi kebakaran di sana masih terus berlangsung. Barang bantuan sebanyak apa pun juga tidak mampu menenangkan hati dan menenteramkan kehidupan warga di sana. Yang terpenting adalah bencana tersebut harus segera berakhir. Agar empat unsur dapat selaras, setiap orang hendaknya berdoa dengan tulus.

Tadi pagi saya terus berpikir jika semua orang di dunia dapat bersatu hati dan menjalani pola hidup vegetaris, maka alangkah baiknya. Namun, saya tahu itu adalah hal yang tidak mungkin. Jika setiap orang bersedia berdoa untuk keamanan dan ketenteraman dunia, maka haruslah menjalani pola hidup vegetaris dan bertobat.

Kemarin saya sudah membahas tentang Mozambik. Para relawan di sana melakukan ritual tiga langkah satu namaskara. Langkah pertama sebagai ungkapan rasa syukur, langkah kedua sebagai ungkapan pertobatan, dan langkah ketiga sebagai ungkapan ketulusan. Lewat tiga langkah itu, mereka menunjukkan rasa syukur, pertobatan, dan ketulusan. Sungguh pemandangan yang harmonis. Karena itu, saya sangat berharap setiap orang dapat mawas diri, berhati tulus, untuk mendoakan ketenteraman dunia dan keselarasan empat unsur.

Meski kita tidak dapat mengajak seluruh dunia untuk bervegetaris bersama-sama, tetapi setidaknya orang-orang yang sudah mendengar imbauan saya dapat mempraktikkannya dan berdoa dengan tulus.

Kita dapat melihat para relawan di Malaysia mengembankan hati Buddha untuk mengajak orang-orang melakukan kebaikan. Inilah yang ingin kita lakukan sekarang, yakni membimbing orang-orang untuk turut mengerahkan sedikit kekuatan. Setiap orang hendaknya membangkitkan ketulusan untuk membimbing sesama. Dengan himpunan niat bajik ini, maka kita dapat menciptakan berkah. Dengan adanya berkah, maka bencana dapat dilenyapkan. Donasi yang terkumpul dari celengan bambu tahun ini akan digunakan oleh relawan Tzu Chi Malaysia untuk biaya pembangunan di Nepal.

Banyak orang yang datang dengan membawa celengan bambu. Menyisihkan koin ke dalam celengan bambu adalah kegiatan yang positif. Ini datang dari ketulusan hati setiap orang. Ini tercapai berkat dukungan semua orang. Beliau bukan hanya memberikan imbauan, tetapi juga melakukan praktik nyata. Beliau juga menyisihkan koin ke dalam celengan bambu.

Sebuah sekolah di Malaysia juga menyambut semangat celengan bambu. Relawan kita pernah memberikan bantuan makanan dan bantuan dana pendidikan kepada siswa dari keluarga India di sekolah itu. Guru di sana merasa sangat tersentuh. Karena itu, mereka menyemangat anak-anak untuk turut melakukan kebaikan.

Bantuan makanan dari Tzu Chi sungguh membantu anak-anak di sini yang tidak punya uang untuk makan. Saat mereka mampu untuk membayar biaya transportasi, anak-anak menjadi dapat tetap tinggal untuk mengikuti kelas tambahan. Ini bermanfaat bagi kegiatan belajar mereka. Saat pertemuan mingguan, saya memberi tahu anak-anak tentang celengan bambu. Kita harus berkontribusi sesuai kemampuan. Bagi Tzu Chi karena uang donasi itu akan digunakan untuk amal dan membantu orang-orang yang menderita.

“Ini ide yang sangat bagus. Saya sangat menyukainya. Setiap hari, saya menyisihkan satu ringgit ke dalam celengan bambu. Yayasan ini membantu orang-orang yang kurang mampu. Ibu saya juga berkata bahwa saya anak yang baik,” kata T. Puvaneswari salah satu siswa sekolah.

Setiap hari, para siswa di sekolah itu menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Meski hanya 50 sen ataupun satu dolar, tetapi dengan himpunan dana kecil, kita tetap dapat melakukan amal besar. Kita harus mengajak lebih banyak orang untuk bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga.

Saya sangat berharap kita dapat menghimpun cinta kasih. Kita dapat melihat Bapak Yang di Taichung. Pada tahun 2008, relawan Tzu Chi mendapati Bapak Yang tinggal sebatang kara dan hidup kekurangan. Karena menderita diabetes yang parah, dia terpaksa menjalani amputasi. Selain memberikan bantuan, yang terpenting adalah relawan Tzu Chi juga menjalin tali persahabatan dengannya. Di tahun 2012, dia berkata kepada relawan Tzu Chi untuk menghentikan bantuan dana tunai untuknya. Karena sering berbincang dengan relawan Tzu Chi, dia mengetahui bahwa dana Tzu Chi berasal dari tetes demi tetes donasi banyak orang.

Dia bekerja sebagai sopir taksi. Setiap kali ada ongkos penumpang yang melebihi 100 dolar NT, dia akan memasukkan 10 dolar NT ke dalam celengan bambu. Demikianlah caranya bersumbangsih. Dia bahkan berbagi semangat dan idelisme Tzu Chi kepada penumpangnya. Dia meninggal dunia akibat penyakit kanker dan diabetes yang dideritanya. Saat ajal menjemput, dia pergi dengan damai dan tenang. Dia sangat berterima kasih karena selama bertahun-tahun ini, Tzu Chi bukan hanya memberinya bantuan materi, tetapi juga memberinya semangat serta membimbingnya untuk melakukan kebaikan setiap hari.

Karena itu, dia merasa sangat tenang dan damai. Dia sangat bersyukur. Meski relawan Tzu terus mencurahkan perhatian baginya, tetapi dia juga terus melakukan kebaikan. Dalam hidup ini, yang terpenting bukanlah berapa banyak kita dapat memberi, melainkan seberapa tulusnya kita dalam bersumbangsih. Semua itu menciptakan pahala tak terhingga.

Mengirimkan barang bantuan untuk membantu korban bencana

Melakukan ritual namaskara untuk mendoakan keselamatan dan ketenteraman dunia

Menghimpun cinta kasih untuk melenyapkan bencana

Mengubah kehidupan dengan cara menciptakan lingkaran kebaikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Mei 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  21 Mei 2016
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -