Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kekuatan dengan Bergandengan Tangan dan Menautkan Hati


“Di sana ada sebuah Gereja Katolik.  Sekitar 200 hingga 300 relawan membantu membersihkannya. Kondisinya sangat parah karena letaknya lebih rendah. Di bagian depan, lumpur sudah menumpuk hampir setinggi satu meter. Saat ini, semuanya sudah berhasil dibersihkan. Sebagian besar bagian dalam sudah bersih dan hari ini, kita sudah bisa melihat lantainya,”
kata Yan Bo-wen, Ketua badan misi amal Tzu Chi.

“Seluruh bagian gereja sudah selesai dibersihkan?”

“Gereja ini mungkin masih butuh waktu. Di bagian luar masih banyak lumpur dan kondisinya masih cukup parah. Rencananya, esok hari kami akan membagi jalur pembersihan menjadi beberapa bagian untuk memeriksa kembali agar tidak ada yang terlewat. Kalau sudah hampir bersih semua, saya berpikir bahwa perlahan kita bisa masuk tahap akhir,” pungkas Yan Bo-wen.

Hidup ini penuh dengan ketidakkekalan. Buddha selalu mengingatkan kita untuk senantiasa merenungkan tentang ketidakkekalan. Dengan demikian, barulah kita bisa meningkatkan kewaspadaan. Hendaknya kita menggenggam waktu, kesempatan, dan jalinan jodoh untuk melakukan banyak hal. Saya selalu mengingatkan bahwa ketika ada hal yang baik, lakukan saja. Namun, kita harus memastikan bahwa hal itu benar untuk dilakukan.

Kita pun harus bersungguh hati dan penuh kebijaksanaan. Jangan berpikir, "Master meminta saya melakukannya. Jadi, benar atau tidak tetap lakukan saja." Itu tidak benar. Inilah yang disebut dengan mawas diri. Kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk menganalisis dan memanfaatkan jalinan jodoh dengan mawas diri untuk menjalankan misi dengan tekun dan bersemangat.

Untuk mencapai kebuddhaan, hendaknya kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa adalah kesadaran yang murni tanpa noda. Kita harus memanfaatkan hakikat kebuddhaan yang pada dasarnya sudah ada dalam diri setiap orang, membiarkannya bekerja, menyadarinya, lalu menumbuhkannya melalui tindakan nyata.


“Master juga memberi arahan bahwa ada beberapa sekolah yang perlu dibantu. Saat ini, kami sedang bekerja di sekolah kejuruan ini. Kami membantu membersihkan ruang kelas, asrama, dan gedung administrasi. Selain itu, ada juga sebuah sekolah menengah yang akan kami tangani secara bertahap. Sekolah lain yang meminta bantuan juga akan kami evaluasi perlahan-lahan,”
kata Xiong Shi-min, Wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.

“Bagi para saudara se-Dharma, apa yang bisa dilakukan sudah kami lakukan. Saat ini, kami akan melakukan pemeriksaan ulang dan membuat pendataan yang lebih menyeluruh. Selanjutnya, seperti yang Master arahkan, kami juga akan menyalurkan dana solidaritas. Saat ini, kami sudah mendapatkan daftar nama dari desa-desa sekitar dan sedang bersiap untuk menyalurkan bantuan,” pungkas Xiong Shi-min.

Dalam bencana kali ini, kita sungguh merasakan betapa dahsyatnya kekuatan alam. Air memiliki kekuatan yang luar biasa. Hidup manusia tidak bisa lepas dari air, tetapi jika berlebihan, sama buruknya dengan kekeringan. Bagi manusia, ini adalah persoalan besar. Hal yang dibutuhkan dunia adalah yang pas, yaitu tidak lebih dan tidak kurang. Kita harus berpegang pada ajaran Buddha dan menggunakannya dengan tepat. Ini semua bergantung pada kebijaksanaan kita dalam mengolahnya. Jadi, hendaknya kita bersungguh hati.

Bersatu hati dan harmonis adalah hal yang selalu saya tekankan kepada insan Tzu Chi. Semua orang hendaknya bersatu dan saling menautkan hati. Hanya dengan begitu, barulah kita bisa harmonis. Dengan bersatu, harmonis, saling menolong, dan bergandengan tangan, kekuatan akan menjadi besar. Jadi, hendaknya kita semua bersungguh hati untuk membangun ikrar dengan tulus. Ikrar itu harus dibangun setiap hari dan setiap waktu. Jangan sampai kita melupakan sebersit niat.


Setiap pikiran kita harus selalu selaras dengan ikrar kita untuk mewujudkan kesatuan dan keharmonisan. Hendaknya semua orang bersatu, harmonis, dan saling bergandengan tangan. Inilah kesatuan hati, keharmonisan, sikap saling mengasihi, dan gotong royong. Semua orang harus tekun dan bersemangat. Di manakah hati Buddha? Setiap orang seharusnya menyatu dengan hati Buddha dan senantiasa mengingat hati Buddha.

Sesungguhnya, hati Buddha ada di dalam diri kita. Hanya karena tidak menggunakannya, Anda tidak menyadari bahwa di dalam diri ada kekuatan yang tiada batas. Ketika kalian menggunakannya, kekuatan itu tidak akan habis dipakai. Karena tidak digunakan, waktu pun terbuang percuma dan kehidupan ini menjadi tak bernilai, hanya menambah karma akibat ketamakan dan nafsu keinginan. Inilah sebabnya ketika manusia lahir ke dunia, karma akan terus terakumulasi tanpa henti.

Waktu yang sangat panjang disebut dengan kalpa. Kita biasa menyebut menit dan detik sebagai satuan waktu, tetapi "kalpa" adalah satuan waktu yang tidak bisa diukur. Dalam sehari terdapat 86.400 detik. Hendaknya kita menghitung 1 detik sebagai 1 kalpa. Dalam pembabaran Sutra Teratai, saya pernah berkata bahwa 86.400 kalpa sangatlah panjang.

Menurut pandangan kita sebagai makhluk awam, 86.400 detik hanyalah 1 hari. Oleh karena itu, kita harus benar-benar membangkitkan hati Buddha yang ada dalam diri kita. Inilah cara memanfaatkan waktu dengan sungguh-sungguh. Hendaknya kita menyatu dengan hati Buddha, menapaki Jalan Bodhisatwa, dan membawa manfaat bagi masyarakat. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.)


Dalam waktu yang sangat panjang ini, kita telah mendengarkan ajaran Buddha. Jadi, hendaknya kita membangkitkannya kembali. Jalinan jodoh kita dengan Buddha, meski mungkin sudah terjalin sejak ribuan tahun lalu, hendaknya kita menyambungkannya lagi. Mempraktikkan ajaran Buddha berarti melakukan apa yang diajarkan oleh Buddha. Jadi, kita harus segera melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Menghimpun jalinan jodoh dalam hidup tidaklah mudah. Tidak mudah bagi kita untuk berhimpun, mendengarkan Dharma, dan mempraktikkannya. Dharma cocok dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Saya tidak pernah mengajarkan Dharma yang tidak bisa kita jalankan. Semua yang saya sampaikan ialah hal-hal yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut metode praktis.

Lihatlah, ketidakkekalan hidup begitu nyata. Ketidakkekalan yang diajarkan Buddha telah kalian saksikan secara langsung. Bahkan, kalian pun ikut terjun langsung untuk membantu membersihkan lingkungan dan merasakan betapa lengketnya lumpur itu. Saat kaki menapak, akan terjerumus ke dalam lumpur dan sulit diangkat.

Dalam bencana kali ini, kalian sudah merasakannya secara langsung. Inilah yang disebut Dharma duniawi. Sekembalinya nanti, bagikan pengalaman ini kepada semua orang, terutama tentang bagaimana ketika satu tempat dilanda bencana, semua orang dari seluruh penjuru datang untuk membantu.

Lihatlah, stasiun kereta penuh dengan orang dari luar daerah yang datang untuk turut membantu. Buddha datang ke dunia untuk membabarkan Dharma. Dharma hadir melalui orang-orang yang bertekad. Inilah kebenaran sejati dalam kehidupan.

Di mana pun terjadi bencana, cinta kasih akan bermunculan
Menghimpun kekuatan dengan bergandengan tangan dan menautkan hati
Menyadari hakikat kebuddhaan dengan menggunakan kebijaksanaan
Tekun dan bersemangat mempraktikkan Dharma di dunia

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 03 Oktober 2025
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -