Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kekuatan, Meneruskan Tongkat Estafet, dan Mengemban Misi


“Saya bersyukur, meski menderita spondilitis ankilosa, tetapi ini tidak menjadi hambatan besar dalam hidup. Saya percaya ini semua berkat menjalani pola makan vegetaris. Terlebih lagi, di Tzu Chi, khususnya dalam survei kasus, saya bisa melihat penderitaan dan menyadari berkah. Saya tidak pernah mengeluh terhadap tubuh ini, hanya berharap bisa lebih banyak memanfaatkannya untuk berbuat baik. Sebelum ketidakkekalan datang, saya berharap bisa lebih banyak berkontribusi di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi,”
kata Lin Jun-ye, relawan Tzu Chi.

“Saya bersyukur kepada Tiga Permata, juga berterima kasih kepada dr. Chen dan Kakak Ci Wei yang telah mendorong saya dan istri sehingga dapat pergi ke Nepal sebanyak 3 kali untuk menjadi relawan dokumentasi. Terima kasih, Master. Tahun lalu, saya sudah pindah ke dekat Kompleks Tzu Chi. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mendukung perkembangan Kompleks Tzu Chi,” pungkas Lin Jun-ye.

“Master, saya ingin melaporkan bahwa banyak murid Jing Si yang sudah tinggal di sekitar Kompleks Tzu Chi. Kapan saja dan di mana saja, kami siap untuk mulai mendukung pengelolaan Kompleks Tzu Chi,” kata Song Ji Hui, Wakil Ketua Tzu Chi Malaysia.

Saya percaya bahwa semuanya penuh kebijaksanaan. Setelah menemukan jalan yang benar, kita harus bersama-sama menjaganya dan terjun ke tengah masyarakat untuk membawa manfaat. Menciptakan berkah bagi dunia sejatinya juga menciptakan berkah bagi diri sendiri. Saya mendoakan kalian.

Sepasang telapak kaki ini sering diletakkan di depan saya dan selalu saya perlihatkan setiap hari. Kaki depan, kaki belakang, kaki depan, kaki belakang. Kita terus maju selangkah demi selangkah. Kita harus membawa sekelompok orang untuk menciptakan kekuatan yang besar. Kekuatan hanya akan tercipta jika semuanya bersatu. Saya sangat berharap kita dapat menggenggam waktu karena hidup ini tidak kekal dan sangat terbatas.


Belakangan ini, saya merasa bahwa ketidakkekalan itu makin dekat. Setiap hari, pikiran ini selalu muncul, "Bagaimana jika satu hari itu tiba?" Jika harus dikatakan, saya ingin menghadapinya dengan tenang tanpa melakukan apa-apa dan membiarkan semuanya berjalan dengan alami. Di mana pun kalian berada, hendaknya kita bersama-sama membangun tekad dan ikrar untuk melangkah di Jalan Bodhisatwa dan membangun kasih sayang Tzu Chi yang abadi.

Saya sering berkata bahwa kita harus memperpanjang jalinan kasih sayang Bodhisatwa. Bukan hanya diperpanjang, melainkan juga harus ditanam hingga berakar. Satu per satu benih harus ditaburkan di ladang hati dan ditumbuhkan. Jangan hanya menabur tanpa menggarapnya. Jika benih hanya ditaruh di permukaan tanah, angin atau hujan bisa membuatnya hilang. Jadi, kita harus menggarap ladang dengan sepenuh hati. Biarlah benih itu memiliki tanah untuk berakar dan tetap tertanam dengan baik agar akarnya menghunjam ke dalam dan tunasnya bisa bertumbuh ke atas.

Sama seperti tanaman ini, jika saya meletakkannya di tanah yang tepat, ia akan tumbuh menjadi pohon besar. Namun, diletakkan di pot seperti ini, pertumbuhannya akan lambat. Saya melihat tanaman ini tumbuh sedikit dibandingkan kemarin. Inilah yang disebut agregat. Lima Agregat pada hakikatnya kosong. Meski demikian, Lima Agregat juga dapat bertumbuh untuk mendukung jalinan jodoh Dharma dan mewujudkan segala sesuatu. Oleh karena itu, kita memiliki "agregat".

"Agregat" memiliki makna penyatuan. Untuk memiliki sebab dan kondisi yang baik, benih harus diberi tanah, udara, dan air. Kita harus mendoakannya agar dapat bertumbuh dengan baik. Ini yang disebut dengan menggarap ladang. Jadi, Bodhisatwa sekalian, waktu dapat mewujudkan segala sesuatu. Jika kita tekun dan bersemangat, pasti akan ada pencapaian. Jika kita tidak tekun, tidak bersemangat, dan pikiran kita menyimpang karena seseorang atau suatu hal, saat itu juga kita bisa melewatkan waktu dan kesempatan.


“Pada tahun 2019, putra kedua saya baru saja lulus dari universitas dan mulai melangkah ke dunia kerja. Namun, di penghujung tahun itu, ia jatuh sakit. Kondisi mentalnya goyah, ia melompat dari ketinggian hingga kakinya mengalami cedera. Dalam masa sakit dan pemulihannya, berbagai nasihat datang dari keluarga dan kerabat, termasuk ajakan untuk memohon pada dewa, melakukan sembahyang, dan mengusir roh jahat,”
kata Yang Li-fen, relawan Tzu Chi.

“Namun, saya hanya bisa berterima kasih atas perhatian mereka karena saya meyakini bahwa sejak melangkah di jalan Tzu Chi, saya pasti bisa menemukan jawabannya di sini. Saya sudah memperteguh keyakinan saya. Tahun berikutnya, saya membawa anak saya kembali bergabung dengan sekolah budaya humanis. Dari awal berjalan dengan tongkat hingga pulih, saya selalu mendampinginya di jalan Tzu Chi. Saya berterima kasih kepada keluarga besar Tzu Chi atas cinta kasih dan toleransi terhadap anak saya yang tidak pernah berhenti,” lanjut Yang Li-fen.

Yang Li-fen melanjutkan “Pada tahun 2022, saat jalinan jodoh sudah matang, anak saya sendiri yang meminta untuk mengikuti pelatihan. Anak saya pernah berkata, ‘Terima kasih Ayah dan Ibu karena tidak pernah menyerah terhadap saya. Terima kasih kepada Ibu yang telah membawa saya ke jalan Tzu Chi. Saat ini, saya merasa bahagia dan sangat tenang. Saya berharap pengalaman saya bisa membantu anak-anak lain yang membutuhkan."

“Terima kasih atas ajaran Master yang penuh kebijaksanaan, yang selalu mengingatkan kami untuk tekun dan bersemangat dalam mendengarkan Dharma. Nasihat itu telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan saya. Saat saya berada di persimpangan jalan kehidupan, ajaran tersebut menuntun saya untuk membuat keputusan yang bijaksana,” pungkas Yang Li-fen.


Jadi, kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk menganalisis dengan benar. Jangan sampai hati kita kacau hanya karena orang lain. Ini sangatlah penting. Saya menaruh harapan besar pada Malaysia. Kini, transportasi sudah sangat mudah. Saya menitipkan harapan agar kita bisa kembali ke kampung halaman Buddha untuk menyebarkan semangat Buddha, jalan menuju pencerahan, dan mengubah kondisi kehidupan di sana.

Pada zaman Buddha, Beliau pun hadir demi mengubah kondisi kehidupan masyarakat. Satu-satunya cara ialah dengan membekali setiap orang dengan prinsip kebenaran dan kebijaksanaan agar mereka bisa membangkitkan kebijaksanaan hakiki yang memang sudah ada dalam diri mereka dan memanfaatkannya untuk menciptakan berkah bagi dunia.

Hendaknya semua orang memiliki kesungguhan hati untuk mengembangkan potensi bajik dalam hidup. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin untuk melakukan hal yang bisa dilakukan dan mengembangkan nilai kehidupan. Kita pasti bisa melakukannya. Jika kita mampu meninggalkan satu kebajikan bagi dunia, itulah nilai dari kehidupan. Saya ingin mengingatkan bahwa satu orang tidak mungkin bisa menyelesaikan segalanya. Oleh karena itu, janganlah sombong dan berkata, "Saya bisa melakukannya."

Kita bisa melakukannya jika berhimpun bersama. Saya pun membutuhkan banyak orang. Satu orang saja tidak cukup, harus ada satu lagi. Saya berharap semuanya dapat memiliki kesatuan hati dan pikiran yang teguh. Jangan biarkan hati kita kacau hanya karena orang lain. Dengan kesatuan, kita dapat mewujudkan hal besar bagi dunia. Inilah nilai kehidupan kita. Terima kasih. Saya mendoakan kalian semua.

Menghimpun kekuatan, meneruskan tongkat estafet, dan membentangkan jalan agung
Pohon yang besar memiliki akar yang dalam
Tekun dan bersemangat membangkitkan kebijaksanaan demi mengemban misi
Menghimpun cinta kasih untuk melindungi dunia

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 01 September 2025
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -