Ceramah Master Cheng Yen: Menghimpun Kekuatan untuk Menyalurkan Bantuan di Afrika Timur

Bodhisatwa sekalian, dalam perjalanan saya kali ini, saya terus mengingatkan kalian untuk menyemangati satu sama lain, menggenggam waktu, dan melangkah dengan mantap untuk bersumbangsih.

Tzu Chi telah berdiri 54 tahun. Kita mendengar sepasang suami istri yang berbagi tentang asal mula Tzu Chi serta keyakinan, ikrar, dan praktik kita. Sesungguhnya, ada sebagian yang tidak saya ingat. Namun, saya mengingat dengan jelas orang-orang pada masa-masa awal Tzu Chi didirikan. Baik Ibu Zhang Xiu-hui, Paman Jin (Bapak Jin Yi-zhen) di Sanatorium Losheng, maupun yang lainnya, semuanya masih segar dalam ingatan saya.

Saya juga mengingat Bapak Xu Cong-min Saya juga mengingat Bapak Xu Cong-min beserta keluarganya dengan baik. Saya tidak melupakan mereka dan selalu bersyukur pada mereka. Saat itu, saya menggenggam jalinan jodoh dengan mereka.  Saat itu, saya tidak berada, bahkan kekurangan.


Sudah hampir 60 tahun saya dan murid-murid saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kami bukan hanya membuat sepatu bayi. Sebelum membuat sepatu bayi, kami sudah melakukan beberapa pekerjaan lainnya. Membuat sepatu bayi adalah salah satunya. Saat membuat sepatu bayi, kita sudah bersiap-siap mendirikan Tzu Chi. Kita tidak tega melihat semua makhluk menderita akibat lahir, tua, sakit, dan mati.

Dalam kelahiran satu orang, yang menderita ialah dua orang. Janin bagaikan terkurung di dalam rahim sang ibu. Saat kemampuan indra janin sudah matang dan tiba waktunya untuk lahir, janin juga sangat menderita karena terus didorong keluar dari tubuh sang ibu. Bayi yang dilahirkan menderita, ibu yang melahirkan lebih menderita lagi. Bayi yang beruntung akan dibungkus dan dirawat dengan hati-hati setelah lahir, dan sang ibu akan menjalani masa nifas. Orang-orang akan mendoakan mereka. Ini adalah bayi yang beruntung. Namun, di Afrika, karena kekurangan, banyak bayi yang hanya dibungkus dengan kain atau pakaian bekas dan diletakkan di atas tanah.

Tiga negara di Afrika Timur terkena dampak serius akibat terjangan Siklon Idai. Kita berharap orang-orang bisa berdonasi, baik kecil maupun besar, untuk menolong para korban bencana. Akumulasi tetes demi tetes air dapat membentuk sungai, bahkan lautan. Inilah yang disebut lautan pahala. Pahala ini sungguh tak terhingga.


Kali ini, kita menjangkau wilayah yang dilanda banjir untuk mencurahkan perhatian, dan melakukan survei agar kita bisa mengetahui luasnya wilayah dan banyaknya orang yang membutuhkan bantuan. Kita selalu menggenggam jalinan jodoh. Kita berharap kelak, kita bisa memperbaiki kehidupan warga dari kekurangan menjadi kesejahteraan. Setidaknya, kini kita bisa menenteramkan fisik, batin, dan kehidupan mereka dengan membantu mereka kembali bercocok tanam.

Kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk menginspirasi dan membimbing mereka mengembangkan cinta kasih dan kebijaksanaan. Kita mengasihi mereka dengan semangat welas asih. Semoga relawan kita bisa membimbing mereka secara estafet. Tujuan kita sangat murni. Untuk mengubah tempat itu menjadi ladang berkah, terlebih dahulu dibutuhkan petani untuk menggarap ladang dan menabur benih. Satu benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu.

Jika setiap orang menabur sebutir benih di sana, maka setiap butir benih bisa menghasilkan benih yang tak terhingga. Himpunan tetes demi tetes cinta kasih dapat membentuk kekuatan besar. Saya sangat bersyukur. Tujuan terbesar saya dalam perjalanan kali ini ialah bersyukur pada kalian semua dan mengimbau kalian untuk membantu memperbaiki kehidupan warga kurang mampu di Afrika. Selain bersyukur atas kesungguhan hati dan tekad kalian, yang terpenting, saya ingin mengingatkan kalian untuk tidak menyia-nyiakan waktu.

Kita harus mengembangkan nilai kehidupan dengan menggenggam kehidupan kita untuk dengan menggenggam kehidupan kita untuk menjadi penyelamat dalam hidup orang lain. Demikianlah kehidupan yang bermakna.


Terima kasih. Kini kita masih terus menyerukan penyaluran bantuan bagi Afrika Timur. Saya bukan berharap kalian menyumbangkan banyak uang. Saya berharap kalian bisa berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui. Jika kita tidak mewariskan semangat Tzu Chi kepada generasi muda, maka akan sulit untuk menginspirasi cinta kasih di masyarakat dan dunia ini.

Kini semua orang tahu bahwa bencana kerap terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Agar kondisi iklim bersahabat Agar kondisi iklim bersahabat dan bencana berkurang, satu-satunya cara ialah lebih banyak menciptakan berkah dengan hati yang tulus. Semoga dengan hati yang tulus, kalian bisa membimbing orang-orang menuju arah yang sama dan saling menyemangati, seperti yang kalian lakukan. Jadi, jika bisa berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui, maka dunia akan tenteram dan kondisi iklim akan bersahabat. Semoga semua orang bisa memahaminya, mengingatnya di dalam hati, dan senantiasa bersungguh hati. Terima kasih.

Tidak mudah terlahir sebagai manusia
Setiap orang hendaknya menghargai waktu karena waktu berlalu dengan cepat
Membangkitkan welas asih setelah melihat penderitaan
Mewariskan cinta kasih hingga selamanya dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Juli 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Juli 2019

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -