Ceramah Master Cheng Yen: Mengikuti Pemandian Rupang Buddha dengan Harmonis dan Hormat

Meski Griya Jing Si tidak luas, tetapi selama berhari-hari, ada banyak orang yang kembali untuk mengikuti ritual Namaskara dengan khidmat dan langkah yang mantap. Dalam sekali demi sekali ritual Namaskara, kalian kembali dan melangkah menuju arah yang benar. Barisan partisipan sangat panjang. Selama berhari-hari ini, kelompok demi kelompok relawan kembali dari berbagai wilayah di Taiwan. Setiap kali, saya sangat tersentuh dan mendoakan kalian dengan tulus. Terlebih beberapa hari ini, dari lubuk hati, saya sangat memuji para sesepuh Buddhis dan Guru Dharma. Mereka telah menginspirasi masyarakat untuk bekerja sama dan menghormati satu sama lain. Para Guru Dharma menjadikan diri sendiri sebagai teladan dan bersungguh hati berlatih memukul lonceng dan genderang dengan lagu “Himne Jing Si.” Gerakan mereka sangat kompak dan menghasilkan irama yang harmoni.

“Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Dengan perpaduan bunyi lonceng dan genderang, kita bisa membangkitkan hakikat kebuddhaan yang terpendam di dalam hati. Saat seseorang bisa membangkitkan hakikat kebuddhaan, segala sesuatu akan terlihat cemerlang dan dia akan terbebas dari rintangan,” ungkap Master Wei Wu dari Wihara Jing Yin.


“Berkat datangnya Buddha ke dunia ini, kita bisa memahami kebijaksanaan dan welas asih dalam hidup kita. Dengan mengajak orang banyak untuk memperingati hari kelahiran Buddha, di satu sisi, kita dapat menghapus noda batin kita. Di sisi lain, lewat upacara pemandian Rupang Buddha, kita juga dapat menilai diri sendiri tekun melatih diri atau tidak,” ucap Master Da Hui dari Wihara Guang Xiu.

“Para guru Dharma dari berbagai wihara dan organisasi turut berpartisipasi sehingga seluruh dunia bisa melihat kesatuan hati dan keharmonisan kita,” kata Master Zi Zheng dari Wihara Yuan Lin.

“Selama bertahun-tahun, banyak Guru Dharma yang bersedia berpartisipasi dalam upacara pemandian Rupang Buddha dan bertindak secara nyata untuk membawa dampak positif. Kita menggunakan keyakinan penuh welas asih dan ikrar penuh kebijaksanaan untuk menolong semua makhluk,” tutur Master Ming Yu dari Chinese Young Buddhist Association.


Selain itu, saya juga melihat di bawah terik matahari, ada banyak Guru Dharma yang berlatih dengan sepenuh hati dan menyesuaikan posisi dalam barisan. Saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh. Selama berhari-hari, para anggota Tzu Cheng dan komite melakukan persiapan. Mereka menempelkan lebih dari 10.000 penanda posisi berdiri di lokasi upacara yang luas. Itu sungguh tidak mudah. Terlebih dalam dua hari ini, para relawan kita dengan hati-hati dan penuh rasa hormat menaikkan gambar Buddha yang berat dan besar. Itu sungguh tidak mudah.

“Para relawan laki-laki tim bantuan darurat wilayah utara sangat bersungguh hati belajar menarik tali dan membina kekompakan. Saya merasa sangat puas,” ucap Jian Hong-xiong, Relawan Tzu Chi.


Saya sangat bersyukur atas ladang pelatihan yang agung di Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Saya sangat bersyukur Tzu Chi bisa meminjamnya untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha berskala besar sehingga seluruh dunia bisa melihat keagungan upacara ini. Dalam upacara ini terdapat gerakan dan formasi. Setiap partisipan sangat kompak dan khidmat. Melihat banyak anak muda yang berpartisipasi, saya sangat terhibur. Mereka bersedia berpartisipasi dengan sabar. Dari sini bisa diketahui bahwa kelak, ada harapan untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Karena itu, saya merasa terhibur. Hal yang saya syukuri sungguh banyak. Sungguh, dari lubuk hati, saya memuji para sesepuh Buddhis yang menginspirasi masyarakat dengan tindakan nyata. Saya sungguh bersyukur dan tersentuh oleh setiap orang dalam komunitas Buddhis.

Kemarin, hati saya dipenuhi pujian dan rasa hormat terhadap para guru Dharma yang begitu mengasihi dan mendukung insan Tzu Chi. Mereka memadukan kebajikan dan keindahan dari ajaran Buddha. Kita melakukannya demi ajaran Buddha, juga demi semua makhluk. Inilah kesatuan tekad kita. Kita berharap antarumat beragama dapat melapangkan hati dan saling menghormati serta tidak dipagari oleh agama ataupun memandang perbedaan agama dan ras. Para guru Dharma mengajari kita dengan tindakan nyata. Jadi, saya berharap setiap orang dapat menghargai upacara pemandian Rupang Buddha yang diadakan sekali dalam setahun. Tentu, saya juga bersyukur kepada para relawan senior yang bersungguh hati melakukan perencanaan.


Setiap tahun, mereka menampilkan formasi yang berbeda. Ini membutuhkan kerja sama banyak orang. Semuanya membutuhkan kesatuan hati. Selain itu, juga dibutuhkan keharmonisan. Selain menyatukan hati, kita juga harus membina keharmonisan. Semua orang harus saling mengasihi. Tanpa bantuan dan kerja sama orang banyak, upacara ini tidak akan bisa diadakan. Karena itu, kita harus bersyukur kepada setiap orang di sekitar kita. Baik penyelenggara maupun partisipan upacara, kita harus menghargai mereka. Kita harus selalu menghargai orang lain.  

Kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti ritual Namaskara

Menjadi teladan masyarakat untuk membina keharmonisan dan saling menghormati

Bersatu hati berlatih dan mempersiapkan lokasi upacara

Mewariskan sumsum Dharma dari generasi ke generasi  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 9 Mei 2018

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -