Ceramah Master Cheng Yen: Menginspirasi Cinta Kasih untuk Memberikan Bantuan Bersama

“Kami sangat senang kalian bisa kembali ke kampung halaman batin. Kita harus bersungguh hati mempelajari semangat Tzu Chi dan menggenggam setiap momen. Master juga berharap kita semua dapat melepas semua noda batin dan bersungguh hati setiap waktu. Semoga setelah datang ke sini, kalian tidak pulang dengan tangan kosong. Kalian adalah pengusaha yang memiliki pengaruh besar di masyarakat dan negara masing-masing. Semoga kalian dapat mengajak orang-orang untuk menggarap ladang berkah bersama,” ujar Huang Hua-de, relawan Tzu Chi.

Kamp pengusaha kali ini diikuti oleh 500 hingga 600 pengusaha dari 10 negara dan wilayah. Hampir 400 anggota komisaris kehormatan bergerak untuk mendampingi dan melayani peserta kamp pengusaha dengan tekun dan bersemangat. Mereka berbagi tentang misi amal Tzu Chi, bagaimana mereka berkontribusi sebagai komisaris kehormatan, bagaimana mereka setuju dengan filosofi Tzu Chi, dan bagaimana mereka mendedikasikan diri dengan tekun dan bersemangat. Mereka berbagi pengalaman dan menjadikan diri sendiri sebagai teladan saat mendampingi peserta kamp pengusaha.

 

“Sebelumnya, kita mungkin merasa bahwa untuk mengembangkan cinta kasih universal, kita harus menunggu hingga kita memiliki uang dan waktu luang. Namun, kini kita tahu bahwa untuk mengembangkan cinta kasih universal, kita bisa memulainya dari menolong orang-orang di sekitar kita. Dengan mengambil tindakan nyata, kita adalah bagian dari cinta kasih universal,” kata Peng Da-cheng, pengusaha.

Setelah kamp berakhir, ada sebagian pengusaha yang berkunjung ke Griya Jing Si. Saya juga berkata kepada para pengusaha ini bahwa banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Kepada para pengusaha yang hidup berada ini, kita menunjukkan kondisi di Afrika kini. Ada tiga negara di Afrika yang dilanda bencana besar. Penyaluran bantuan sangatlah sulit. Dampak bencana yang ditimbulkan sangat serius. Ketiga negara ini adalah negara yang sungguh sangat kekurangan, yakni Malawi, Zimbabwe, dan Mozambik.

 

Bencana kali ini menghancurkan rumah banyak orang. Yang sangat menyentuh ialah relawan lokal di Afrika Selatan. Mereka bukan orang berada, tetapi tidak takut bekerja keras. Mereka menempuh perjalanan yang penuh bahaya dan kesulitan demi menyalurkan bantuan bencana. Lihatlah betapa sulitnya perjalanan mereka.

Suatu malam, saat melewati semak-semak, mobil mereka terjebak di lumpur. Ada dua mobil yang terjebak di lumpur dan tidak bisa didorong keluar. Keesokan paginya, mereka tetap menjalankan misi. Jika tidak memiliki tekad yang teguh, mereka tidak akan bisa melanjutkan misi mereka. Inilah keteguhan tekad. Jika hanya duduk, kita tidak bisa melakukan apa-apa. Untuk melatih diri, kita harus mengatasi berbagai kesulitan. Ini berawal dari sebersit niat.

 

Jadi, kita harus tahu arah tujuan kita. Kita tidak mengejar kebahagiaan pribadi, hanya berharap semua makhluk terbebas dari penderitaan. Ini merupakan pelatihan batin dan fisik. Para relawan di Afrika menjadikan tempat yang dilanda penderitaan sebagai ladang pelatihan mereka. Orang-orang yang menderita merupakan ladang pelatihan Bodhisatwa. Bodhisatwa harus memiliki tekad yang teguh.

Di lokasi bencana, mereka dapat meneguhkan tekad mereka. Mereka juga berbagi Dharma di sana dan mengimbau korban bencana untuk menolong satu sama lain. Dengan Dharma, insan Tzu Chi menginspirasi, membimbing, dan menyemangati orang-orang menyumbangkan uang atau tenaga semampu mereka. Di sana, kita menghimpun sedikit demi sedikit cinta kasih dan sumbangsih banyak orang. Semua orang bersumbangsih dengan sukarela dan penuh sukacita. Bukankah ini merupakan pembabaran inti sari Dharma?

 

Pelatihan diri yang sesungguhnya di dunia ini ialah menghadapi berbagai kesulitan. Karena itu, saat membabarkan Dharma, saya teringat akan relawan di Afrika. Saya sungguh sangat kagum pada mereka. Jadi, saya berbagi tentang bencana di Afrika dengan pengusaha dari berbagai negara. Kemudian, tidak sedikit dari mereka yang berkata, “Saya juga ingin berdonasi untuk misi penyaluran bantuan internasional guna menolong orang-orang kurang mampu yang menderita ini.” Demikianlah kita menginspirasi cinta kasih.

Kita harus bersungguh hati menginspirasi cinta kasih orang-orang. Kita harus mengatasi berbagai kesulitan untuk bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di seluruh dunia dan menginspirasi orang-orang yang penuh cinta kasih untuk melakukan hal yang sama. Jadi, saya berharap kita dapat bersungguh hati untuk menginspirasi lebih banyak orang. Jika kita bisa menginspirasi cinta kasih orang berada mereka juga bisa menciptakan dan memupuk berkah dengan menolong orang yang membutuhkan.

 

Kita harus lebih tekun dan bersemangat melatih diri untuk melakukan segala kebajikan. Kebajikan tidaklah berujung. Kita harus bersungguh hati, tekun, dan jangan pernah mundur. Dengan menjadikan tempat yang dilanda penderitaan sebagai ladang pelatihan, kita bisa menyaksikan banyak Dharma karena Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Buddha terdapat di sana.

Hidup manusia penuh dengan penderitaan. Para relawan kita menjangkau orang-orang yang menderita dan berbagi Dharma dengan mereka. Selain sepenuh hati memberikan bantuan, relawan kita juga berbagi Dharma dan mengimbau orang-orang untuk menyumbangkan uang atau tenaga semampu mereka. Mereka mengimbau orang yang menderita untuk menolong orang lain dengan hati penuh sukacita. Ini tidaklah mudah. Karena itu, kita harus bersungguh hati.

Sungguh, kita hendaknya mengagumi para Bodhisatwa ini dan mendoakan mereka. Kita harus memberikan dukungan dan bersumbangsih bagi mereka. Bagaimana kita melakukannya? Kita harus lebih bersungguh hati.

 

Menjadikan tempat yang dilanda penderitaan sebagai ladang pelatihan

Berbagi Dharma dan menginspirasi cinta kasih untuk memberikan bantuan bersama

Menginspirasi orang berada memupuk berkah dengan menolong orang kurang mampu

Tekun dan bersemangat melakukan kebajikan yang tidak berujung

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 April 2019

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -