Ceramah Master Cheng Yen: Menginventarisasi Kehidupan dengan Sukacita Dharma dan Menghimpun Cinta Kasih
“Kali ini, Topan Danas menerjang wilayah Chiayi dan Tainan. Meski wilayah utara jaraknya cukup jauh, hati kami tetap terikat dengan para warga yang terdampak bencana. Oleh karena itu, kami membentuk sebuah tim kecil beranggotakan 23 orang. Kami membawa alat kerja, terpal, dan tenaga ahli, lalu segera berangkat menuju lokasi bencana,” kata Huang Qiu-liang, relawan Tzu Chi.
Lihatlah labu botol yang saya pegang ini. Kira-kira, apa yang bisa dimuat oleh labu botol ini? Ia memuat seluruh alam semesta. Sesungguhnya, siapa yang memiliki hati paling luas? Hati dari labu botol inilah yang paling besar. Dahulu, orang-orang sering berkata bahwa satu labu botol bisa memuat seluruh alam semesta, bahkan ribuan semesta bisa berada dalam sebuah labu botol. Labu botol ini melambangkan hati manusia. Jika ingin menampung banyak hal, isi hati manusia memiliki potensi yang tak terukur.
Sutra Buddha berkata tentang yang tak terbayangkan, bagaikan jumlah pasir 200 ribu Sungai Gangga. Berapa banyak jumlahnya? Tidak dapat dijelaskan karena sungguh tak terhingga. Jika kita menggunakan kuku untuk mengambil sejumput pasir laut, bisakah kita menghitung berapa butir jumlahnya? Tidak akan bisa. Jadi, di dunia ada begitu banyak hal yang disebut "tak terkatakan".
Sesungguhnya, di dunia ini ada banyak hal yang sulit diungkapkan. Namun, saya selalu berkata bahwa hendaknya kita melakukan tugas dengan sebaik-baiknya dan bicaralah sesuai kemampuan kita. Meski di dunia ini ada begitu banyak hal yang tak terkatakan dan hal-hal yang tidak bisa diukur oleh hati manusia, kita tetap harus menjalankan tanggung jawab dengan baik. Apakah manusia bisa melakukan semua hal di dunia? Tentu saja tidak.
“Tzu Chi sudah sejak tahun 1992, tepatnya lebih dari 30 tahun yang lalu, mendirikan kantor perwakilan pertamanya di Afrika Selatan dan memulai berbagai aksi bantuan di benua Afrika. Setahun kemudian, pada tahun 1993, kami bekerja sama dengan lembaga-lembaga eksternal untuk meyalurkan bantuan medis,” kata Kakak Yang Xiu-guang, Divisi Kerohanian Tzu Chi.
“Dalam beberapa tahun terakhir, tepatnya tahun 2022, kami menjalin kerja sama dengan organisasi lokal di Etiopia bernama Kidmia untuk menyalurkan paket bahan makanan bagi para pengungsi akibat perang saudara di wilayah utara dan barat, serta pengungsi akibat kekeringan di wilayah selatan. Selain itu, kami juga menyediakan makanan pagi dan siang bagi lebih dari seribu anak dari keluarga kurang mampu,” lanjut Kakak Yang Xiu-guang.
“Hingga akhir tahun ini, diperkirakan total bantuan yang diberikan selama 3 tahun menjangkau lebih dari 13 ribu keluarga, termasuk program penyediaan makanan yang secara keseluruhan telah membantu sekitar 800 ribu orang,” pungkas Kakak Yang Xiu-guang.


Inilah penderitaan dalam kehidupan manusia. Saat ini, di bumi ada begitu banyak negara yang menghadapi keadaan serupa. Bagaimana kita menghitungnya? Sulit untuk dihitung berapa banyaknya. Jadi, ketika berbicara tentang bantuan, bagaimana kita membantu mereka? Ada yang berkata, "Master, bantuan seperti ini tidak akan selesai." Benar, memang tidak akan pernah selesai. Namun, apakah karena itu kita berhenti menolong?
Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan ialah mengerahkan seluruh kekuatan yang kita miliki. Selama kita berupaya sepenuh hati, pasti ada yang bisa kita lakukan. Kita juga perlu terus mengimbau orang lain karena inilah kenyataan kehidupan manusia. Ketika melihat satu demi satu kantong bantuan, itu disebut dengan "bahan pangan penyelamat hidup", yaitu sumber gizi yang berupa beras, minyak, dan gula. Berkat adanya orang-orang baik yang menghimpun kekuatan cinta kasih, barulah ada harapan hidup bagi banyak orang.
Seperti lirik lagu yang berbunyi, "Melewati gunung dan bukit," semuanya harus tahu bahwa barang bantuan itu harus melewati banyak pegunungan, melintasi berbagai negara melalui jalur laut, udara, dan darat. Setiap proses pengiriman penuh dengan tantangan, Mengapa kita melintasi gunung dan bukit? Demi nyawa orang-orang yang kita kasihi. Buddha berkata bahwa di dunia ini, orang yang lebih tua adalah orang tua kita, orang yang sebaya adalah saudara kita, dan yang lebih muda adalah anak-anak kita sendiri. Kita harus memiliki hati yang luas dalam memandang semua makhluk di dunia. Setiap orang bisa melakukannya jika bersedia.

Kita sering mendengar bahwa bahkan di tempat-tempat jauh, di negara-negara yang dilanda bencana, insan Tzu Chi tetap hadir untuk mendedikasikan diri dengan sepenuh hati dan cinta kasih. Bodhisattva sekalian, cinta kasih kita sangatlah kaya. Lihatlah sekitar kita. Wilayah Taiwan tidaklah besar. Ketika bencana terjadi, selalu ada banyak insan Tzu Chi yang muncul untuk mengulurkan tangan dan memberikan rangkulan yang penuh kehangatan.
Saya merasa Taiwan benar-benar luar biasa dan penuh dengan kekuatan cinta kasih. Cinta kasih ini perlu terus diperluas agar makin banyak negara merasakan hal yang sama sehingga orang-orang menerima kebaikan di tempat mereka berada. Dengan demikian, mereka pun akan terdorong untuk turut bersumbangsih dan menjadi pribadi yang penuh rasa syukur. Dari situlah, suara "terima kasih" akan terus terdengar dan membentuk jalinan kasih sayang yang luas.
Ketika setiap orang bersumbangsih dengan cinta kasih, penerima bantuan pun akan dipenuhi rasa syukur. Rasa syukur lahir dari cinta kasih dan cinta kasih berasal dari sumbangsih tanpa pamrih yang juga dibarengi rasa syukur. Inilah yang disebut dengan cinta kasih agung yang murni dan tak bernoda. Ada begitu banyak hal yang patut disyukuri.

Saya percaya bahwa ketika berbagi laporan, hati kita pun bersukacita. Ketika kita mendengarkan laporan orang lain, secara alami kita akan teringat pada diri sendiri dan berkata dalam hati, "Saya juga sudah melakukannya dengan baik." Ini disebut dengan menginventarisasi kehidupan. Semuanya telah menghimpun kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih. Namun, kita tidak boleh lupa untuk bersyukur.
Setiap hari, selama 24 jam atau 86.400 detik, hati saya tidak pernah berhenti bersyukur. Oleh karena itu, saya dipenuhi oleh sukacita Dharma. Hanya dengan bersyukur, barulah kita bisa dipenuhi sukacita Dharma. Memupuk hati yang penuh sukacita Dharma adalah pelimpahan jasa bagi diri dendiri.
Di dalam labu botol tersimpan prinsip kebenaran alam semesta
Menghimpun cinta kasih dan berupaya menunaikan tanggung jawab
Bertekad semua makhluk terbebas dari penderitaan
Menginventarisasi kehidupan dengan sukacita Dharma dan bersumbangsih tanpa pamrih
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 13 Oktober 2025