Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kebencian Menjadi Rasa Syukur untuk Membimbing Semua Makhluk

Seiring berlalunya waktu, usia kita terus bertambah. Jalinan jodoh baik dan buruk dengan orang lain juga terus terakumulasi. Karena itu, kita harus berintrospeksi setiap hari, jalinan jodoh baik atau buruk yang telah kita ciptakan? Jika jalinan jodoh baik, maka kita harus bersyukur setiap waktu dan tidak melupakan kebaikan orang lain. Jika jalinan jodoh buruk, maka kita harus segera mengingatkan diri untuk melenyapkan kebencian hingga ke akarnya dan jangan menyisakan sedikit pun kebencian di dalam hati. Kita harus mengubah kebencian menjadi rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Apakah kita sudah berdamai dengan orang yang pernah berselisih dengan kita? Jika belum, apakah ada kesempatan? Jika ada, segeralah berdamai dengan mereka, lenyapkan kebencian, dan bimbinglah mereka menjadi Bodhisatwa.

Belakangan ini, bukankah saya mengulas bahwa inilah yang Buddha Sakyamuni lakukan terhadap Devadatta? Buddha bersyukur kepada Devadatta dari kehidupan ke kehidupan. Meski Devadatta memberi-Nya banyak siksaan dan kesulitan, Buddha tetap menghadapinya dengan rasa syukur. Buddha sama sekali tidak menyimpan dendam atau benci terhadap Devadatta. Buddha Sakyamuni meramalkan bahwa Devadatta akan mencapai kebuddhaan agar orang-orang tahu dan tidak menyimpan dendam terhadap Devadatta karena Devadatta memecah belah anggota Sangha. Merusak keharmonisan dan kesatuan Sangha adalah karma buruk yang sangat berat. Pangeran Ajatasatru juga dihasut olehnya sehingga membunuh orang tuanya. Karma buruknya sungguh sangat berat.

Ceramah Master Cheng Yen

Namun, demi melenyapkan rasa dendam di dalam hati orang-orang, Buddha memilih untuk menyampaikan ramalan-Nya pada saat itu tentang Devadatta yang suatu hari nanti akan mencapai kebuddhaan dan lebih panjang umur dari murid-murid-Nya serta memiliki lebih banyak waktu untuk membimbing semua makhluk. Mengapa demikian? Karena dia mengikuti Buddha Sakyamuni dari kehidupan ke kehidupan. Meski demikian, dari kehidupan ke kehidupan, dia selalu mempersulit perjalanan Buddha Sakyamuni. Namun, sejak berkalpa-kalpa yang lalu, dengan sifat hakiki-Nya yang murni, Buddha Sakyamuni telah membangun tekad dan ikraruntuk membimbing semua makhluk.

Dalam bab Kota Bayangan, diulas bahwa sejak zaman Buddha Mahabhijna-jnanabhibhu, Buddha Sakyamuni sudah berikrar untuk mendengar dan membabarkan Sutra Bunga Teratai. Pada saat itulah Buddha Sakyamuni membangun ikrar agung. Dari kehidupan ke kehidupan, Beliau memiliki kesadaran yang jernih untuk memahami kebenaran. Di setiap kehidupan, Beliau harus melenyapkan noda batin, kegelapan batin, dan delusi. Dalam jangka waktu yang begitu panjang, Buddha Sakyamuni berusaha memahami kebenaran serta melenyapkan noda dan kegelapan batin. Jalinan jodoh buruk antarsesama manusia harus dilenyapkan. Namun, ini tidaklah mudah karena dari kehidupan ke kehidupan, kita telah mengakumulasi banyak jalinan jodoh buruk. Sebagai makhluk awam, kita diselimuti berlapis-lapis kegelapan batin. Untuk melenyapkannya secara tuntas, kita harus menyucikan hati kita dan menghapus semua jalinan jodoh buruk dengan orang lain.

doc tzu chi

Kita harus menghapus jalinan jodoh buruk dengan menciptakan berkah dan mendukung pelatihan diri orang-orang. Ini tidaklah mudah. Karena itulah, Buddha Sakyamuni membutuhkan begitu banyak waktu untuk mencapai kebuddhaan. Buddha melatih diri dengan penuh kesabaran sehingga bisa terbebas dari niat jahat dan rasa benci. Selain itu, Buddha bahkan rela menanggung penderitaan. Meski menanggung penderitaan terbesar, Buddha sama sekali tidak memiliki rasa benci. Seperti inilah Buddha melatih diri, hati-Nya dipenuhi rasa syukur. Inilah yang disebut pelatihan diri. Buddha melatih diri dan menyelami Dharma demi semua makhluk. Agar orang-orang dapat memahami kebenaran yang terkandung dalam Dharma, Buddha menjadikan diri-Nya sebagai teladan. Ini bukanlah hal yang mustahil. Kita pasti bisa memahami kebenaran jika kita bisa membangun tekad dan ikrar serta membina kebijaksanaan yang jernih. Kita harus bersungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati, baru bisa selamanya mengingat kebaikan orang lain. Dengan begitu, kita bisa saling mendukung untuk melatih diri dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

doc tzu chi

Jadi, kita saling mendukung. Jika timbul rasa dendam atau benci, maka kita harus segera melenyapkannya hingga ke akarnya. Jadi, janganlah kita meninggalkan sedikit pun benih atau akar kebencian yang bisa bertumbuh suatu hari nanti. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus bersungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Hari ini, kalian menjalani pelantikan. Di depan dada kalian disematkan sebuah pita bertuliskan “hati Buddha, tekad Guru”. Hati Buddha adalah hati penuh welas asih agung. Tekad guru adalah menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus melakukan praktik Bodhisatwa dan menabur benih menuju kebuddhaan. Hidup di dunia ini, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menciptakan berkah bagi semua makhluk. Buddha bersusah payah menyelami Dharma dari kehidupan ke kehidupan. Untuk apa Buddha berbuat demikian? Demi melenyapkan penderitaan semua makhluk dan membuat semua makhluk menyadari sifat hakiki mereka. Membimbing semua orang menapaki Jalan Bodhi, inilah harapan Buddha. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dengan  terjun ke tengah masyarakat.

Menyelami Dharma selama berkalpa-kalpa demi membimbing semua makhluk

Mengingat kebaikan orang lain untuk selamanya dan saling mendukung untuk melatih diri

Akar kebencian harus segera dilenyapkan

Melenyapkan kebencian dan membimbing sesama menjadi Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Januari 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 3 Januari 2017

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -