Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Kehidupan dan Giat Menciptakan Berkah

Kini, kondisi iklim tidak selaras dan terus mengalami perubahan. Kondisi iklim yang tidak selaras ini sungguh membuat orang khawatir. Terlebih lagi, para ilmuwan memprediksi bahwa perubahan iklim akan semakin ekstrem dan bencana kekeringan akan semakin parah. Kelak, pada tahun 2025, di seluruh dunia akan ada sekitar 1,8 miliar orang yang terancam krisis air. Kita bisa membayangkan betapa luasnya wilayah yang dilanda kekeringan yang dapat membuat begitu banyak orang terancam krisis air. Ini membuat saya teringat akan ramalan Buddha bahwa kelak, dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan akan dilanda Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana Kecil. Bencana besar ini merupakan hasil akumulasi jangka panjang yang dapat membuat iklim semakin tidak selaras dan bencana alam semakin kerap terjadi. Salah satu dari Tiga Bencana Kecil adalah krisis bahan pangan. Selain krisis bahan pangan, juga ada wabah penyakit yang dapat terus menyebar.

Ada pula ketidakselarasan pikiran manusia yang mengakibatkan peperangan kerap terjadi sehingga banyak pengungsi yang tewas atau terluka. Ini semua telah diulas di dalam Sutra. Sungguh, kini sudah saatnya bagi umat manusia untuk berintrospeksi diri. Janganlah kita mabuk di tengah buaian kegelapan batin hingga kehilangan arah. Begitu kita kehilangan arah, banyak akar racun yang akan terbangkitkan. Akar racun ini berasal dari racun kegelapan batin. Orang yang terkena racun kegelapan batin bagaikan orang yang mabuk di dalam arak kegelapan batin yang dapat mendatangkan banyak bencana.

Kita bisa melihat seekor orang utan dan seorang anak perempuan tunarungu yang berkomunikasi lewat konferensi video. Apa yang kamu makan? Apa itu? Selai kacang. Apa itu selai kacang? Kacang tanah, gula, minyak sawit, dan garam. “Makananmu sedang merusak tempat tinggal saya.” Mengapa ia berkata demikian? Di Indonesia, ditanam banyak pohon kelapa sawit yang sangat berharga karena buahnya dapat diolah menjadi minyak. Berhubung minyak sawit sangat berharga dan dapat diekspor ke luar negeri, maka dibutuhkan pembukaan lahan baru yang luas. Untuk membuka lahan baru, hutan-hutan pun dibakar. Orang utan itu menyatakan bahwa akibat pembakaran hutan, tempat tinggal mereka terbakar dan banyak saudaranya yang terluka. Akibat pembakaran hutan, banyak hewan yang kehilangan tempat tinggal dan nyawa mereka. Pikirkanlah, betapa bodohnya manusia. Bukankah ini yang saya sebut dengan mabuk di tengah buaian kegelapan batin? Orang yang terus mabuk di tengah buaian kegelapan batin dan enggan menyadarkan diri sungguh sangat kasihan. Namun, Bodhisatwa dunia yang penuh cinta kasih juga tidak sedikit.

Lihatlah insan Tzu Chi Taiwan yang terus memperhatikan para lansia, keluarga kurang mampu, orang yang menderita penyakit, dan orang yang mengalami keterbatasan fisik. Kita juga memberikan pelayanan kesehatan ke rumah orang-orang yang membutuhkan. Ini semua sering kita lihat di berbagai wilayah di Taiwan. Sesungguhnya, cinta kasih seperti ini juga tersebar hingga ke luar negeri. Di Tiongkok, insan Tzu Chi juga melakukan survei kasus. Di sana juga terdapat lansia dan pasien yang hidup kekurangan dan tinggal di rumah yang kotor dan berantakan. Karena itu, insan Tzu Chi setempat bergerak untuk membantu mereka. Selain itu, kita juga memberikan beasiswa sehingga anak-anak di wilayah pedesaan dan pegunungan yang terpencil berkesempatan untuk menerima pendidikan. Selama belasan tahun ini, beberapa murid telah menerima beasiswa Tzu Chi dari SD, SMP, SMA, hingga lulus dari perguruan tinggi. Kini, juga ada yang kembali ke kampung halaman untuk memberikan pelayanan. Lihatlah mereka yang telah mengubah kehidupan mereka.

“Nama saya Wang Huadong. Saya baru lulus dari perguruan tinggi tahun ini dan bekerja di kantor Dinas Pertanian sekarang. Para paman dan bibi Tzu Chi telah mendampingi saya selama 11 tahun. Sebelas tahun. Setidaknya, kita bisa mengikuti para paman dan bibi Tzu Chi untuk menolong lebih banyak orang. Jadi, kita juga bisa mengerahkan sedikit tenaga. Para bibi Tzu Chi telah bersumbangsih di Luodian selama belasan tahun. Kalian terus menyemangati kami untuk teguh dalam melakukan segala sesuatu, tidak peduli menghadapi masalah apa pun. Kalian terus menyemangati kami. Berkat kalian, kami mengalami perubahan besar dari sebelumnya hanya bisa menerima bantuan hingga kini bisa berpikir untuk menolong sesama,” ucap Wang Huadong.

Jika Tzu Chi memiliki banyak anggota, maka jangkauan Tzu Chi akan semakin luas. Dengan demikian, meski berada di Negara dan penjuru dunia yang berbeda, kita tetap dapat menyelamatkan semua makhluk dan membimbing orang-orang menuju arah yang benar secara bersamaan. Untuk itu, dibutuhkan cinta kasih di dunia ini. Dunia ini penuh dengan penderitaan dan pikiran manusia penuh dengan kebodohan. Kita harus berusaha membimbing orang-orang menuju arah yang cerah, benar, dan penuh cinta kasih.

Dalam ceramah pagi hari ini, saya juga mengulas bahwa yang harus kita kejar adalah jubah kelembutan dan kesabaran. Kita juga harus mengejar embun Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Untuk mengembangkan nilai hidup kita, kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jika tidak, kita akan hidup di tengah ketidaktahuan dan tenggelam di tengah buaian kegelapan batin. Kehidupan seperti itu sungguh tak bermakna. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menggenggam waktu untuk menjadi penyelamat yang sesungguhnya bagi dunia ini.

Bencana kerap terjadi di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan

Jangan tenggelam di tengah buaian kegelapan batin

Mengasihi Bumi dengan berpola hidup sederhana

Mengubah kehidupan dan giat menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 07 April 2016

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -