Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Pola Pikir untuk Membawa Manfaat bagi Sesama


“Hari ini, diskusi kita berfokus pada berkah yang kita miliki dalam hidup ini. Berkah bagaikan menggarap sawah. Jika kita bisa menanam berkah sedikit demi sedikit, itu akan bagaikan tetes demi tetes air yang membentuk sungai. Sungguh bagus sekali warga memiliki kesempatan untuk mendengar ajaran Master di sini. Saya berharap mereka dapat menerapkannya dalam keseharian. Saya sangat gembira bisa mengambil bagian dalam penerjemahan buku ini,”
kata Moti Lal Yadav Kepala SD Gyan Prabha.

“Bodhisatwa bermunculan dan bekerja sama untuk mewujudkan kegiatan bedah buku pertama di Lumbini ini,” kata Li Jin-yu relawan Tzu Chi Malaysia.

Saya memiliki satu harapan, yaitu membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Saya bersyukur kepada para relawan dari Singapura dan Malaysia yang telah membangkitkan tekad dan ikrar agung dan menjalankannya selangkah demi selangkah dengan mantap.

“Saat mengadakan kegiatan, kita juga bisa mengajak warga untuk bersumbangsih bersama. Para ibu rumah tangga juga dapat memasak di rumah untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang,” kata Zhu Li-feng relawan Tzu Chi Malaysia.

“Dengan adanya dukungan dari keluarga, barulah seseorang bisa bersumbangsih sebagai relawan. Karena itu, kami membantu para relawan lokal bekerja di sawah. Saya merasa bahwa makin banyak orang, pekerjaan akan makin cepat selesai. Sekitar 16 orang relawan menanam semai padi di dua bidang sawah hanya dalam waktu dua jam,” kata Kua Liang Ming relawan Tzu Chi Malaysia.

Saya mendengar bahwa para relawan kita turun ke sawah untuk menanam semai padi. Ini sungguh tidak mudah. Saya juga pernah melakukannya. Dari penanaman semai padi hingga panen, setiap langkah pernah saya lakukan. Karena itu, saat membahas tentang bercocok tanam dalam ceramah saya, saya selalu berkata, "Apakah kalian tahu bagaimana para petani bekerja keras?"


Saya bisa menjabarkan metode bercocok tanam dan kerja keras para petani secara mendetail. Jadi, saat ingin berbagi sesuatu dengan orang-orang, kita harus mengalaminya secara langsung, baru bisa menjelaskannya dengan akurat. Orang-orang yang memiliki pengalaman serupa pun dapat memahami ucapan kita. Singkat kata, saya berharap para insan Tzu Chi yang memiliki kesatuan tekad dapat bersungguh hati bersumbangsih dengan hati yang tulus. Dengan pengalaman sendiri, kita bisa berbagi kisah tentang berbagai orang, hal, dan materi yang sangat menyentuh. Intinya, saya sangat bersyukur ada begitu banyak Bodhisatwa yang bersumbangsih.

Mendengar kisah tentang beberapa Bodhisatwa di Taitung, saya merasa agak sedih karena kini semua rambut mereka telah memutih. Mereka bergabung dengan Tzu Chi saat rambut mereka masih hitam. Kini, rambut mereka telah sepenuhnya putih karena telah lanjut usia. Namun, kita bisa mendengar kisah mereka. Belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus mengenang sejarah Tzu Chi. Kisah insan Tzu Chi adalah sejarah Tzu Chi. Bagaimana Tzu Chi berdiri dahulu dan bagaimana para insan Tzu Chi mengembangkan Tzu Chi selangkah demi selangkah hingga seperti sekarang?

Kita bisa melihat di peta dunia, Taiwan hanyalah setitik kecil. Meski Taiwan sangat kecil, tetapi ia telah memancarkan kecemerlangan. Di seluruh dunia, Tzu Chi telah menyalurkan bantuan ke lebih dari 120 negara dan wilayah. Tzu Chi yang telah berdiri lebih dari 50 tahun berawal dari segelintir orang yang menyisihkan 50 sen setiap hari untuk menolong orang yang membutuhkan. Tetes-tetes sumbangsih ini tidak pernah terputus. Kini, kita juga mendapat dukungan dari para pengusaha. Dengan mengubah pola pikir, orang berada dapat memberikan donasi besar.


Dalam ladang pelatihan Tzu Chi, kita bisa melihat bahwa setiap orang yang mengenakan seragam Tzu Chi, baik bos maupun karyawan, semuanya setara. Tidak ada perbedaan di antara relawan. Semua orang bisa berbagi pengalaman masing-masing,” kata Hong Jing Yuan Kepala Divisi Penyuntingan Sejarah.

“Ada seorang komisaris kehormatan, Chen Ming-ze. Kisahnya di Tzu Chi sangatlah menarik. Beliau memiliki perusahaan besar. Beliau juga merupakan penggemar kuliner dan mobil. Saat itu, sekelompok insan Tzu Chi mendampinginya menemui Master yang kebetulan berada di Taipei. Ada yang berkata bahwa beliau tergila-gila pada mobil. Master merasa heran bagaimana seseorang bisa tergila-gila pada mobil. Beliau berkata bahwa beliau memiliki tujuh unit mobil,” lanjut Hong Jing Yuan Kepala Divisi Penyuntingan Sejarah.

“Master lalu berkata padanya, ‘Tahukah Anda ada berapa banyak orang yang kelaparan? Orang miskin sangatlah banyak. Anda memiliki begitu banyak mobil. Anda dapat menyumbangkan enam mobil Anda.’ Saat itu, beliau berkata, ‘Akan saya pertimbangkan.’ Dua minggu kemudian, beliau berkunjung dengan membawa dua lembar cek,” pungkas Hong Jing Yuan Kepala Divisi Penyuntingan Sejarah.

Beliau pernah tergila-gila pada mobil dan memiliki tujuh unit mobil. Biasanya, beliau mengupah orang untuk mencuci, mengelap, dan merawat ketujuh mobilnya. Saat itu, beliau masih diliputi delusi. Tentu saja, setelah mengenal Tzu Chi, beliau mengubah pola pikir sehingga dapat merelakan dan menjual mobil-mobil mewahnya.

Saat memiliki banyak mobil, beliau membutuhkan ruang yang luas untuk menaruh mobilnya dan harus mengupah orang untuk mencucinya. Namun, dengan mengubah pola pikir, beliau dapat mengerahkan kekuatan untuk berbuat baik dan bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di seluruh dunia. Jadi, perubahan pola pikir dapat membawa perubahan besar.


Kini, masih ada banyak negara yang tengah dilanda bencana dan banyak orang yang mengungsi karena bencana akibat ulah manusia. Bencana alam bisa terjadi dalam sekejap. Ketidakkekalan juga bisa datang kapan saja. Kita sering mendengar tentang penderitaan orang-orang. Intinya, kehidupan tidaklah kekal. Dengan menggenggam waktu untuk bersumbangsih, kita akan merasa damai dan tenang. Merasa tenang dan bahagia setiap hari, bukankah ini merupakan kenikmatan terbesar di dunia ini?

Memperoleh kebahagiaan tidaklah sulit, menghapus kerisauan juga sangat mudah. Mengapa kita berkata bahwa dunia ini penuh penderitaan? Karena Buddha mengajarkan demikian. Namun, Buddha juga berkata bahwa dengan mengubah pola pikir, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Bukankah ini merupakan salah satu contoh?   

Maju selangkah demi selangkah dengan mantap untuk membalas budi luhur Buddha
Menginspirasi orang lain untuk berbuat baik dan menjalin jodoh baik
Menghimpun tetes-tetes cinta kasih dan mendedikasikan diri
Mengubah pola pikir untuk memupuk berkah sehingga memperoleh kedamaian

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 17 September 2023
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -