Ceramah Master Cheng Yen: Mengubah Tabiat Buruk dan Menanam Akar Kebajikan

Meski sama-sama pengungsi, ada juga yang lebih beruntung dan kurang beruntung. Di Serbia, para pengungsi tertahan di perbatasan. Mereka tidak bisa ke mana-mana. Mereka terjebak di perbatasan. Insan Tzu Chi telah mendampingi para pengungsi itu selama 34 hari. Selama selang waktu itu, insan Tzu Chi berharap dapat menghapus kebencian dan keluh kesah di dalam hati mereka. Kini setiap orang sudah dapat tersenyum.

Mulanya, anak-anak di sana suka melempari anjing yang mereka lihat dengan batu sebagai pelampiasan dari rasa benci mereka. Berkat bimbingan insan Tzu Chi, anak-anak itu kini bahkan dapat membagi sedikit roti yang mereka dapat untuk dimakan oleh anjing-anjing di sana. Untuk membimbing anak-anak kecil ini agar dapat melenyapkan kebencian dan keluh kesah bukanlah hal yang tak mungkin. Kita pasti bisa menumbuhkan cinta kasih mereka karena sifat manusia pada dasarnya adalah baik. Setiap orang memiliki sifat baik ini. Begitu pula dengan anak-anak pengungsi di Turki. Banyak dari mereka yang belum memiliki arah. Namun, sebagian dari mereka telah dibantu Tzu Chi.

 

Di seluruh Turki, kini sudah ada sekitar 3 juta orang pengungsi asal Suriah. Bagaimana mereka menyelesaikan masalah itu? Saya rasa Tzu Chi telah memberikan contoh yang baik dalam bantuan pendidikan bagi anak-anak pengungsi. Salah satu cara pemberian bantuan adalah adalah bekerja sama dengan pemerintah setempat. Pemerintah menyediakan sarana sekolah dan berbagai keperluan, sedangkan Tzu Chi menyediakan beasiswa agar anak-anak dapat bersekolah.

“Saya suka sekali pergi ke sekolah. Saya suka belajar membaca dan menulis. Sebelumnya, saya tidak bisa membaca dan menulis. Sekarang sudah bisa. Saya senang sekali,” ungkap salah satu anak penerima beasiswa Tzu Chi di Menahel, Istanbul, Turki.

Anak-anak itu tadinya harus bekerja. Berkat adanya insan Tzu Chi, kini anak-anak itu dapat besekolah. Kini sudah ada tiga sekolah yang dapat menampung anak-anak pengungsi. Bagi anak-anak yang tadinya harus bekerja untuk menyokong keluarga, Tzu Chi memberikan bantuan finansial sebesar upah yang pernah mereka terima sebagai pengganti biaya hidup keluarga mereka agar anak-anak itu dapat bersekolah dengan tenang. Melihat anak-anak itu bergembira, kita sangat bersyukur dan terharu. Walikota dan kepala dinas pendidikan setempat juga sempat berkunjung ke Hualien untuk membicarakan soal kerja sama. Kita lihat anak-anak ini telah bebas dari kebencian dan dapat membangkitkan cinta kasih.


Mereka juga menerapkan semangat celengan bambu dengan menyisihkan sedikit demi sedikit dana untuk membantu anak-anak lain yang lebih menderita. Lingkaran cinta kasih ini telah menunjukkan kekuatannya. Taiwan terletak jauh dari Turki. Namun, berkat adanya cinta kasih yang tulus, walikota setempat bersedia  bekerja sama dengan Tzu Chi sehingga memungkinkan ribuan anak yang mengagumkan dan ceria itu untuk memperoleh pendidikan dengan tenang.

Melihatnya, kita merasa tersentuh. Kita dapat melihat bagaimana mereka mengungkapkan terima kasih. Benar, ini adalah bahasa kasih. Meski berbeda bahasa, tetapi lewat gerakan tangan, mereka dapat mengungkapkan terima kasih. Ya, kekuatan cinta kasih sungguh membawa kebahagiaan dan berkah bagi masyarakat. Kita juga berterima kasih kepada para relawan lokal di Turki yang telah membuka klinik pengobatan dan kantor misi amal di sana.

Meski benih relawan pertama di Turki, Relawan Hu, bukanlah seorang Buddhis, melainkan seorang Muslim, tetapi kerja sama yang erat tanpa membedakan agama sangat membuat orang terharu. Saya sering mengucap syukur dan terima kasih. Cinta kasih harus disebarkan lewat bersumbangsih. Kita juga melihat di Sichuan, relawan Tzu Chi sering melakukan kunjungan kasih ke desa-desa terpencil. Ada seorang ibu yang berpencaharian sebagai seorang pemulung demi membesarkan putrinya. Namun, kini insan Tzu Chi telah membantu keluarga ini. Sang ibu tetap mengumpulkan sampah.

“Dahulu saya menjual barang daur ulang untuk biaya makan. Kini organisasi amal seperti Tzu Chi membantu saya, maka uang penjualan ini bisa saya sumbangkan. Tzu Chi membantu kami, kami pun membantu orang lain,” ungkap Ibu Cao.

Insan Tzu Chi telah membantunya. Dia tetap mengumpulkan barang daur ulang sebagai cara menjaga kebugaran tubuh. Mendengar dan melihatnya, kita sangat tersentuh. Benar, kebajikan harus disebarkan. Kita juga melihat kisah relawan bernama Wang Bao-yu. Mulanya dia bekerja sebagai penyiar radio dan bergaya hidup mewah. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi dan mengikuti pelatihan, dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan mendedikasikan diri sepenuhnya dalam misi Tzu Chi. Dia pun sudah mengubah citra dirinya.


Dahulu saya diliputi banyak kegelapan batin. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa penampilan hanyalah permukaan. Yang harus benar-benar kita benahi adalah watak dan sikap kita. Saya mendengar Master berkata pelatihan diri sangat sederhana, yaitu membuang kebiasaan kita yang buruk. Yang paling banyak saya pelajari di Tzu Chi adalah membenahi diri sendiri agar menjadi manusia sebagaimana mestinya, karena Master berkata bahwa jika kualitas sebagai manusia tercapai, barulah kualitas sebagai Buddha akan tercapai. Saya berusaha menjadi manusia yang baik. Dengan begitu, secara alami saya akan  dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan baik. Selain itu, para pendengar setianya kini juga menjadi donaturnya.

Dalam selang waktu menjalani pelatihan relawan, dia sudah membimbing masuk enam relawan. Pada masa-masa awal saya bergabung, berhubung saya masih bekerja di stasiun radio, saya sering mengajak para pendengar untuk bersumbangsih bagi masyarakat di waktu-waktu luang. Jadi, saat saya masih menjadi penyiar radio, banyak pendengar saya yang ikut menjadi sukarelawan bersama saya. Mereka sudah terbiasa. Suatu hari, saya berkata kepada mereka, "Sekarang saya menjadi relawan Tzu Chi." "Maukah kalian bergabung dalam barisan Bodhisatwa Tzu Chi?"

Tak disangka, setelah saya membuat ajakan, teman-teman baik saya mau bergabung. Mereka berkata, "Baik, kami juga mau ikut." Jadi, saya membawa mereka untuk menjalani praktik dan pelatihan. Saya juga mendengar siarannya, lalu melihat akun Facebook-nya. Saat dia membuat postingan tentang penggalangan dana 100 dolar NT dari setiap orang, saya pun ikut berdonasi. Saya langsung pergi mencarinya. Saat itu saya belum lepas dari rokok, alkohol, dan buah pinang. Perlahan-lahan, di bawah bimbingannya, saya mengikuti pelatihan relawan Tzu Chi. Seperti yang diungkapkan Wei Han-qi, salah satu pendengar radio.

Singkat kata, di dalam Sutra disebutkan bahwa keyakinan sangatlah penting. Kita harus yakin bahwa setelah kita mendengar, menyerap, dan mempraktikkan Dharma, sebutir benih kebajikan akan tertanam di dalam ladang batin kita. Kita harus yakin bahwa benih ini akan bertunas, berakar, dan lambat laun akan tumbuh menjadi pohon Bodhi.

Pohon kecil ini juga akan semakin besar dan menghasilkan banyak benih yang tak terhingga. Bapak Wang tadi memiliki keyakinan yang dalam. Dia berbagi tentang apa yang telah dilakukannya dan melakukan apa yang telah diucapkannya. Dia menyebarkan Dharma untuk membimbing semua orang. Kita harus lebih bersungguh hati dalam hal ini.


Kebahagiaan bergantung pada buah karma

Melenyapkan kebencian dan membangkitkan cinta kasih

Kembali bersumbangsih setelah terbantu sebagai ungkapan rasa syukur

Mengubah tabiat buruk dan menanam akar kebajikan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Mei 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Mei 2016

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -