Ceramah Master Cheng Yen: Meninggalkan Jejak Sejarah yang Cemerlang

Dalam sejarah hari ini, tepatnya pada 26 Desember 2003, gempa mengguncang Bam, Iran pada pagi hari. Gempa yang sangat kuat ini membuat Bam porak poranda. Pada tanggal 28 Desember 2003, relawan Tzu Chi dari Taiwan beserta Relawan Hu dari Turki dan Relawan Chen dari Yordania berkumpul di Bam.

Pada saat itu, para dokter TIMA kita berusaha mencari tempat untuk membuka pelayanan kesehatan. Namun, kita tak mengenal siapa pun di sana. Apa yang harus kita lakukan? Kita juga terus mengadakan konferensi video  sehingga muncullah saran untuk menyewa sebuah bus besar yang bisa mengangkut orang sekaligus obat-obatan serta bisa dijadikan klinik berjalan. Ini juga merupakan cara yang baik.

Di saat yang sama, kita juga mengajak orang-orang untuk membangkitkan cinta kasih. Kita menggerakkan insan Tzu Chi di seluruh dunia untuk turut berpartisipasi. Kita juga berusaha mencari cara untuk mengirimkan barang bantuan ke sana.Kita benar-benar berlomba dengan waktu. Kita segera mempersiapkan semua barang bantuan, seperti selimut dan beras, untuk dimasukkan ke dalam peti kemas, kemudian mengurus segala prosedur pengiriman. Akhirnya, pada bulan Maret 2004, kita bisa membagikan barang bantuan.

Dalam penyaluran bantuan itu, kita membagikan lebih dari 2.000 ton beras. Kekuatan cinta kasih ini sungguh berasal dari himpunan tetes demi tetes keharmonisan dan kerja sama semua orang sehingga dapat membawa manfaat besar. Kita melihat anak-anak terpaksa belajar di bawah terik matahari dengan duduk di atas tanah yang sangat panas atau di dalam peti kemas yang dijadikan ruang kelas sementara.  Kita sungguh tak sampai hati melihatnya. Karena itu, kita segera membuat perencanaan bersama seorang arsitek dari Filipina untuk membantu mereka membangun sekolah. Jadi, kita membangun lima gedung sekolah di Iran. Lihatlah, konstruksi bajanya sangat padat untuk membuat bangunannya tetap kokoh. Sampai saat ini, lima sekolah ini menjadi bangunan penting di Bam.

Inilah gempa yang terjadi pada 26 Desember 2003, tepatnya sekitar pukul 5 pagi waktu setempat. Dengan adanya jalinan jodoh ini, insan Tzu Chi menghimpun cinta kasih para relawan di dunia untuk memberi bantuan jangka panjang. Hingga gedung sekolah akhirnya dapat berdiri, barulah program bantuan kita selesai. Inilah sejarah pada hari ini.

Di tanggal yang sama, yaitu 26 Desember tahun 2004, kembali terjadi bencana yang lebih besar, yaitu tsunami Asia Selatan. Daerah yang terkena dampaknya sangat luas. Pada bencana kali ini, Tzu Chi juga menyalurkan bantuan. Saya berterima kasih karena saat saya mengeluarkan seruan, insan Tzu Chi segera bergerak untuk menghimpun tetes-tetes cinta kasih dari seluruh dunia demi membantu para korban bencana.

Di Indonesia, kita mengandalkan relawan setempat. Sugianto Kusuma dan relawan lainnya memikul tanggung jawab untuk menjalankan bantuan jangka panjang di Indonesia. Pembangunan Perumahan Cinta Kasih juga diselesaikan satu demi satu. Gempa dan tsunami saat itu sangat besar, sungguh merupakan salah satu bencana terbesar abad ini. Relawan dari negara lain juga turut bersumbangsih dengan sungguh-sungguh.

Di Sri Lanka, para relawan bersumbangsih secara langsung dan membantu warga untuk membangun lingkungan tempat tinggal baru. Kita membangun Perumahan Cinta Kasih. Rumah-rumah di sana dibuat dengan model dupleks agar para warga dapat tinggal dengan nyaman. Kita juga membangun kembali sekolah mereka. Ini membuat standar sekolah itu naik dari yang sebelumnya sebagai sekolah desa menjadi sekolah negeri. Dari sini kita bisa mengetahui kualitas bantuan kita. Kita berharap dapat memberi anak-anak lingkungan yang baik.

Di Sri Lanka, Tzu Chi membantu begitu banyak orang dan menstabilkan kehidupan mereka. Di sana terdapat banyak kisah yang menyentuh. Warga yang tadinya sering bertikai kini bisa berdamai. Inilah salah satu contoh dari banyak kisah yang penuh kehangatan di sana.

Kita juga melihat Ormoc, Filipina. Topan Haiyan telah membawa bencana besar bagi kota ini. Selama beberapa tahun ini, insan Tzu Chi terus bersumbangsih di sana tanpa henti. Tzu Chi telah berjanji untuk membangun  dua ribu rumah rakitan bagi warga di sana. Hingga kini, sekitar 700 rumah telah rampung. Pada tanggal 19 Desember lalu, sebagian warga telah menempati rumah baru dengan sangat gembira. Lihatlah, mereka bisa mendekorasi rumah mereka dengan indah. Mereka telah mendapat bantuan dan uluran kasih setelah sebelumnya dilanda bencana.

Jadi, Buddha mendorong kita agar tidak takut untuk terjun ke tengah masyarakat. Kita harus bersumbangsih dan melihat penderitaan. Meski harus bersumbangsih dengan susah payah, tetapi saat menciptakan berkah bagi orang lain, kita sendiri juga akan memperoleh kebahagiaan. Setelah menyumbangkan sedikit kemampuan kita, kini kita bisa melihat kehidupan mereka kini penuh harapan. Mereka telah terbebas dari penderitaan dan dapat menjalani hidup dengan damai.

Kini, dua tahun pascabencana, mereka sudah dapat kembali merayakan Natal dengan penuh rasa sukacita. Tanpa uluran tangan semua orang, mereka mungkin masih hidup dalam penderitaan. Kehidupan mereka sudah sulit  bahkan sebelum bencana terjadi. Kini, mereka telah memiliki

tempat untuk tinggal dan berteduh. Itulah sebabnya mereka berbahagia. Karena itu, tak heran jika setiap hari mereka juga menyisihkan uang logam ke celengan bambu. Inilah cara mereka mengingat cinta kasih Tzu Chi dari Taiwan. "Rumah yang luas tak sebaik hati yang lapang." Meski rumah yang mereka tempati tidak besar,tetapi hati mereka sangat lapang dan penuh sukacita.

Singkat kata, berapa banyak hal yang terjadi di dunia setiap hari? Tentu banyak sekali. Namun, jika kita mengenang kembali jalan yang telah Tzu Chi lalui, setiap langkah bagai meninggalkan jejak bunga teratai yang cemerlang dan indah. Jadi, kita harus menggenggam setiap waktu untuk bersumbangsih bagi dunia ini.

Mengenang kembali sejarah hari ini

Menghimpun cinta kasih untuk menolong mereka yang membutuhkan

Rumah yang luas tidak sebaik hati yang lapang

Langkah demi langkah meninggalkan jejak bunga teratai

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Desember 2015

Ditayangkan di DAAI TV tanggal 28 Desember 2015

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -