Ceramah Master Cheng Yen: Meninggalkan Jejak Welas Asih Bodhisatwa

Insan Tzu Chi tidak pernah membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan apa-apa. Semua orang sibuk bersumbangsih. Saya sungguh sangat bersyukur. Mereka merupakan Bodhisatwa dunia pada zaman sekarang.

Sebagai Bodhisatwa dunia, saat melihat penderitaan orang-orang dan mendengar bencana yang terjadi di seluruh dunia, mereka merasa tidak tega dan bisa turut merasakannya. Inilah welas asih agung Bodhisatwa. Dengan welas asih agung, mereka bisa turut merasakan penderitaan, kepedihan, rasa sakit, dan kesedihan orang lain.

Kita bisa melihat insan Tzu Chi membagikan barang kebutuhan sehari-hari. Yang paling penting ialah relawan kita mendampingi, merangkul, dan menggandeng tangan penerima bantuan saat mengobrol, merangkul, dan menggandeng tangan penerima bantuan saat mengobrol untuk menghibur mereka hingga mereka yang semula menangis dapat tersenyum. Ini sangat menyentuh.

Meski semula tidak saling mengenal dan tidak memiliki hubungan apa pun, tetapi dengan menjangkau makhluk yang menderita, relawan kita dapat menjalin jodoh baik. Relawan kita melilitkan selimut pada tubuh mereka untuk menghangatkan tubuh mereka.

Selimutnya lembut tidak? (Lembut)

Cantik tidak? (Cantik)

Apakah kamu suka? (Suka)

“Terima kasih atas selimut kalian. Saya akan menghargainya serta mengingat ajaran para relawan untuk mengasihi dan melindungi lingkungan,” kata Saruta, salah satu murid sekolah di Thailand.

“Para orang tua murid pasti sangat gembira bisa menerima selimut dari Tzu Chi karena mereka kekurangan pakaian musim dingin. Anak-anak ini sangat beruntung,” kata Krissana salah satu guru sekolah di Thailand.

“Kita harus memperhatikan mereka dengan hati yang tulus,” ucap Thanyathorn, relawan Tzu Chi Thailand.

 

Insan Tzu Chi Thailand telah banyak bersumbangsih di sana. Lokasi banjir tahun lalu sangat jauh dari Bangkok. Meski demikian, berhubung dampak bencana sangat serius maka setelah banjir surut, insan Tzu Chi segera pergi ke lokasi bencana tanpa takut bekerja keras. Selain menimbulkan kerusakan serius, banjir juga mengakibatkan terputusnya aliran listrik dan persediaan air bersih.

Selain memberikan bantuan darurat, relawan kita juga membantu warga agar bisa memperoleh air bersih. Setelah kebutuhan darurat warga terpenuhi, kita juga mencari cara untuk menjaga kestabilan persediaan air dalam jangka panjang. Kisahnya sangatlah panjang. Insan Tzu Chi telah membantu memulihkan sendi kehidupan mereka.

Tzu Chi sudah berdiri 50 tahun lebih dan sudah hampir 30 tahun berlalu sejak Tzu Chi menjangkau Thailand Utara untuk memperhatikan para veteran. Pada tahun 1994, Komisi Urusan Komunitas Luar Negeri akan menghentikan tunjangan bagi para veteran di Thailand Utara. Bapak Zhang datang dan berkata pada saya, “Sebelumnya, mereka menerima tunjangan dari pemerintah. Namun, kini pemerintah memutuskan untuk menghentikan tunjangan tersebut. Mereka sangat kasihan. Saya harap Tzu Chi bisa membantu.” Sejak saat itulah kita membantu para veteran di sana.


Kita memberikan bantuan sejak mereka berjumlah lebih dari 200 orang hingga kini tinggal beberapa orang. Saat itu, mereka sangat kekurangan dan anak mereka tidak berkesempatan untuk menerima pendidikan. Sejak saat itulah Tzu Chi memberikan bantuan.

Kita juga melakukan penghijauan bagi mereka dan mengajari mereka menanam teh. Kita membawa bibit teh dari Taiwan, mengajari mereka membuat tembok pembatas dan sawah bertingkat, serta mengajari mereka menanam teh. Kita juga meminta Bapak Lin untuk mengajari mereka memotong dan mengenten (okulasi) pohon buah.

Tzu Chi telah berdiri puluhan tahun. Negara mana pun yang membutuhkan bantuan, asalkan bisa kita jangkau, benih kebajikan pasti tertabur di sana. Kini kita bisa melihat benih-benih itu bertumbuh membentuk hutan. Di Thailand, kita juga telah menginspirasi relawan setempat dan memanfaatkan sumber daya setempat untuk menjalankan misi Tzu Chi. Hingga kini, kita telah 20 tahun lebih menjalankan misi Tzu Chi di Thailand Utara.


Kita juga mendirikan sekolah menengah di Thailand Utara. Murid-murid kita selalu sangat tertib. Saat turun dari kendaraan, mereka berbaris dengan tertib untuk masuk ke sekolah. Setelah melepas sepatu, mereka juga menyusunnya dengan rapi. Saat berjalan melewati guru, mereka pasti akan membungkukkan badan.

Melihat sistem pendidikan seperti ini, hati saya dipenuhi sukacita. Inilah yang harus kita ajarkan. Mereka akan menjadi insan berbakat di masa mendatang. Jadi, dalam pendidikan, karakter dan tata krama sangat penting. Saat membahas hal ini, hati saya dipenuhi sukacita yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Demikianlah pendidikan kita. Saya sangat bersyukur.

Mengenai bagaimana relawan kita membimbing orang-orang, menjaga kelestarian lingkungan, dan bersumbangsih dengan cinta kasih bagi dunia ini, ada banyak kisah yang tidak habis untuk diceritakan.

Bodhisatwa sekalian, ajaklah orang-orang di segala penjuru dunia untuk menonton berita dan program Da Ai TV yang dapat menyucikan hati manusia. Jadi, Bodhisatwa sekalian, semoga kalian bisa menggenggam waktu dan kesempatan untuk bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Terima kasih atas sumbangsih dan kesungguhan hati kalian.

Turut merasakan penderitaan orang lain dengan welas asih agung Bodhisatwa
Menjangkau berbagai tempat untuk menjalin jodoh baik
Mengajarkan cara bercocok tanam dan mendirikan sekolah
Membina insan berbakat hingga membentuk hutan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 Oktober 2019

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -