Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Guru yang Melindungi Pendidikan

Pingtung, 12 Maret 2016, diadakan upacara peresmian lima gedung sekolah yang dibangun kembali oleh Tzu Chi. Pada saat pembukaan kain merah dilakukan sebagai bentuk peresmian, Chen Chao-xian Kepala SMP Kung Cheng berkata, “Saya berharap kelak, saat anak-anak mampu, mereka dapat membalas budi masyarakat.Berhubung kini banyak orang yang membantu membangun kembali gedung sekolah, mereka sangat bersyukur.” 

“Saya lulus lebih dari 30 tahun yang lalu. Hari ini, sekolah saya telah dibangun kembali dan saya merupakan anggota dari organisasi yang telah membantu pembangunan ini, bagaimana bisa saya tidak merasa tersentuh?” ujar Chen Ying-mao, Alumni angkatan pertama SMP Kung Cheng.

Sungguh, pendidikan sangatlah penting. Kalian pasti masih ingat pascagempa 21 September 1999, di wilayah tengah Taiwan banyak gedung sekolah yang runtuh. Selain memberikan bantuan darurat, menenangkan hati masyarakat, dan mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi untuk menstabilkan kehidupan warga, kita juga mulai melakukan perencanaan pembangunan kembali gedung-gedung sekolah.

Saat itu, saya berada di Taichung. Saya mengambil selembar kertas yang berisi daftar nama sekolah yang runtuh yang sangat panjang. Saya mengambil pensil dan terus mencentang nama sekolah yang akan kita bangun kembali. Kedua Wakil Ketua Tzu Chi berkata, “Master, sudah lebih dari 30 sekolah.” Meski mereka berkata seperti itu, saya tetap terus mencentangnya. Mereka berkata, “Wah, semuanya merupakan sekolah besar.” Lalu, saya berkata, “Pembangunan gedung sekolah yang besar membutuhkan lebih banyak uang, benar?

Mereka menjawab, “Benar.” 

Saya berkata, “Jika kita tidak berani membangun kembali sekolah-sekolah ini, lalu siapa yang akan melakukannya?”

Dalam waktu kurang dari dua tahun, kita merampungkan pembangunan 50 gedung sekolah. Saat itu, saya juga tidak tahu harus menggalang dana pembangunan dari mana. Saya hanya berpikir bahwa usia sekolah anak-anak terbatas. Pendidikan sekolah dasar hanya 6 tahun dan sekolah menengah pertama hanya 3 tahun. Semua itu tidak bisa ditunda. Karena itu, kita terlebih dahulu menyetujui pembangunan kembali gedung sekolah agar para kepala sekolah dapat merasa tenang. Dengan demikian,insan Tzu Chi juga memiliki arah tujuan dan dapat mulai mengimbau  orang-orang untuk bersumbangsih dengan uang dan tenaga.

Pascagempa 21 September 1999, setiap orang membantu pembangunan kembali gedung sekolah dengan sepenuh hati. Kini, kita bisa melihat kondisi 50 gedung  sekolah yang telah kita bangun kembali. Saat baru selesai dibangun, sekolah-sekolah itu tidak terlihat mewah, tetapi sangat sederhana dan kukuh. Kini, saat kita melihatnya kembali, sekolah-sekolah itu tidak menua. Sekolah-sekolah itu tetap terlihat sederhana dan berada dalam kondisi yang baik. Semuanya merupakan gedung sekolah yang kukuh.

Singkat kata, kita menggarap proyek ini karena pendidikan tidak bisa ditunda. Harapan masyarakat bergantung pada insan berbakat dan harapan insan berbakat bergantung pada pendidikan. Karena itu, pendidikan tidak bisa ditunda. Kini kondisi pendidikan terus berubah dari tahun ke tahun. Namun, perubahan ini membuat orang semakin khawatir. Anak-anak zaman sekarang merupakan generasi paling modern yang entah sudah berjarak berapa generasi dari kita. Singkat kata, pada zaman kita, kedudukan guru lebih tinggi dari orang tua. Karena itu, terkadang, saat anak tidak menurut pada orang tua, orang tua akan berkata, “Kamu masih berani? Saya akan memberi tahu gurumu.” Lalu, sang anak akan segera menurut. Dahulu, orang tua murid menghormati guru dan murid menyegani guru. Dalam kondisi pendidikan seperti itu, selama guru mengajarkan hal yang benar maka murid-murid pasti sangat penurut dan terdidik.Anak-anak yang terdidik merupakan berkah bagi masyarakat. 

Kini, pendidikan di seluruh dunia sudah hampir sama, yakni lebih mengutamakan murid daripada guru. Inilah yang membuat kita sangat khawatir. Saya sungguh berharap setiap orang dapat bersungguh hati dalam mendidik anak-anak. Pola pikir anak-anak zaman sekarang sudah berbeda dengan dahulu. Saya berharap para guru dapat senantiasa ingat untuk mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih.

Berhubung telah memilih profesi sebagai guru, kalian harus mengemban tanggung jawab tanpa penyesalan dan keluh kesah. Sebagai guru, misi kalian adalah mendidik anak-anak dengan baik agar masyarakat dapat hidup aman, tenteram, dan bahagia. Inilah cinta kasih agung. Demi ketenteraman dan keharmonisan masyarakat, kita harus bersumbangsih tanpa penyesalan. Saat mengemban misi sebagai seorang guru, kita juga tidak boleh berkeluh kesah. Singkat kata, dengan kondisi masyarakat seperti ini, bagaimana cara kita bersumbangsih?  Tentu dengan mengemban misi kita. Kita juga harus mempraktikkan sukacita agung,yakni mengemban misi dengan gembira. Kita melihat sekelompok guru yang mengajari anak-anak dengan gembira dan tulus. Inilah sukacita. Semangat budaya humanis dalam misi pendidikan Tzu Chi adalah sukacita. Saat mendidik dengan semangat budaya humanis, barulah kita bisa merasa gembira setiap waktu. 

Dalam mengemban misi pendidikan, kita juga harus memiliki keseimbangan batin. Bapak dan Ibu guru sekalian, kalian harus menggunakan kebijaksanaan dan waktu kalian untuk mendidik murid-murid kalian menjadi insan berbakat. Dengan demikian, kalian akan menjadi guru yang paling dihormati dan dikasihi anak-anak. Inilah yang harus kita usahakan. Kalian juga harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Setiap guru tentu bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan tanpa pamrih.Semoga para guru dapat mempraktikkan ajaran Buddha di tengah masyarakat. Ajaran Buddha harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalian harus memberikan pendidikan yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.                     

Kata Renungan Jing Si merupakan ajaran Buddha yang paling mudah dipraktikkan dalam keseharian. Praktik keseharian ini tidak dibatasi oleh agama. Banyak guru dari agama lain yang memberikan pendidikan dengan Kata Renungan Jing Si. Singkat kata, Dharma tidak membeda-bedakan suku dan kewarganegaraan. Saya berharap para guru dapat lebih giat karena hidup di dunia ini tidaklah kekal, sedangkan nilai pendidikan bersifat kekal karena mengandung kebenaran.  Pewarisan nilai pendidikan yang kekal bergantung pada metode pengajaran para guru. Karena itu, saya sangat berharap kita semua dapat memiliki kesatuan tekad untuk membawa kebaikan bagi dunia serta membimbing masyarakat ke arah yang baik dan benar. Karena itu, kita harus lebih bekerja keras, bisa? (Bisa) Baik, terima kasih, Bapak dan Ibu guru sekalian. Saya mendoakan kalian.

Mengemban tanggung jawab dengan hati yang tulus

Membantu pembangunan kembali gedung sekolah

Menjadi guru yang mengemban misi

Menggunakan metode pengajaran yang baik untuk mewariskan nilai pendidikan 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI  TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 19 April 2016

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -