Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Penolong dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan


Posko daur ulang di Bade, Zhongshan sungguh penuh permata dari segi manusia dan benda. Para anggota komite dan Tzu Cheng di sana sangat senior dan berpengalaman. Sejak berusia paruh baya, mereka terus mengikuti saya berjalan di jalan ini. Sejak saya ingin membangun rumah sakit dan merekrut Bodhisattva dunia, mereka semua terus menapaki jalan ini langkah demi langkah. Hingga kini, mereka masih berbagi tentang Tzu Chi dan menggalang dana dari para donatur. Kini banyak dari mereka telah berusia lanjut dan saya membuka "bank usia" bagi mereka. Mereka semua terus bersumbangsih tanpa henti, tetapi juga merasa sudah tua. Setelah saya membuka "bank usia", orang-orang bagaikan muda kembali.


Lihatlah, mereka bagai berusia 30-an tahun. Kebanyakan dari mereka berusia 30-an tahun karena telah "menyimpan" 50 tahun. Kebanyakan dari mereka berusia 30-an tahun dan ada juga yang lebih dari 40 tahun. Hati mereka tetap teguh di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Mereka terus membentangkan jalan dan melakukan daur ulang. Inilah permata manusia. Setiap orang dari mereka bagaikan permata. Relawan senior di daerah itu sangat banyak. Kita juga melihat permata dari segi benda. Banyak barang antik di sana, seperti perabot rumah tangga. Kita memiliki tempat yang bagus. Menata barang-barang itu sama dengan mendidik orang-orang agar memahami kehidupan para leluhur. Di sana banyak barang antik besar ataupun kecil.

Kita dapat melihat para relawan menjaganya dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Kita melihat sekelompok anggota Tzu Cheng, seperti Relawan Yang,  menjaga barang-barang itu dengan baik. Beliau juga bisa menceritakan kisah-kisah di balik barang-barang itu, bagaimana barang-barang itu didapat, serta bagaimana beliau membersihkannya dan menatanya. Barang-barang itu bagai koleksi di museum yang dijaga dengan sangat baik, bahkan diberi nomor. Entah barang itu asli atau tiruan, semuanya sangat dihargai. Begitulah para relawan menghargai semua barang-barang itu. Orang yang memberikan barang-barang itu memercayakan barang-barang itu kepada kita, maka kita harus menghargainya. Relawan Tzu Chi menganggap semuanya bagai permata dan merawatnya dengan cinta kasih tanpa ego.


Saat melihat barang yang bagus, mereka tak berpikir untuk membawanya pulang. Tidak begitu. Insan Tzu Chi berpegang pada ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Orang-orang memercayakan barang-barang itu kepada kita, maka kita harus menghargainya. Inilah permata dari segi benda. Selain permata manusia dan benda, yang membuat saya paling bahagia adalah cinta kasih berkesadaran. Semua orang saling mendampingi dan mengasihi. Mereka bergandengan dengan erat dan saling dekat. Jalan ini sungguh merupakan Jalan Bodhisatwa yang penuh cinta kasih. Semua orang saling mendampingi. Melihatnya, hati saya dipenuhi kehangatan.

Kita beruntung dapat berada di Tzu Chi. Kita membuka lingkup dunia kita. Di dunia ini, semua orang bagai anak cucu kita. Semua orang juga bagai orang tua kita. Kita menghormati dan mengasihi semuanya. Kita menghormati orang yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda. Dengan begitu, nilai kehidupan kita akan berkembang. Kita menjadi penolong kehidupan orang lain. Di Tzu Chi, kita dapat menjadi penolong bagi kehidupan orang lain. Nilai kehidupan kita benar-benar meningkat.


“Hati kami adalah hati penuh rasa syukur. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Kami giat dan terus berusaha untuk berlatih dengan tekun dan bersemangat. Wahai Master, ribuan terima kasih atas budi luhurmu. Terima kasih.”

Semuanya berkata, "Terima kasih, Master." Namun, jika dibalik sedikit, akan berbunyi, "Master berterima kasih." Ribuan terima kasih saya  untuk murid-murid saya. Kalian semua telah mendedikasikan waktu dan kehidupan kalian untuk menjaga jiwa kebijaksanaan. Waktu dan hari-hari terus berlalu. Kita pun demikian. Dari masa muda, kita menginjak dan memasuki masa tua. Buddha mengatakan bahwa kehidupan memiliki empat fase, yaitu lahir, tua, sakit, dan mati. Ini adalah hukum alam. Benda memiliki fase terbentuk, bertahan, rusak, dan hancur. Ini berlaku bagi semua benda di Bumi ini. Pikiran memiliki fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Semuanya memiliki empat fase. Empat fase dari tiga fenomena tadi selamanya tidak akan berubah. Semaju apa pun teknologi, tidak dapat menahan penuaan ataupun menghindarkan kita dari kematian. Inilah hukum sebab akibat yang Buddha ajarkan.


Hukum sebab akibat adalah hukum kebenaran yang terus berjalan. Jadi, kehidupan kita saat ini sangat bernilai. Kita harus memanfaatkan kehidupan kita untuk menyebarkan kebajikan sampai tak terhingga. Kita dapat mengajak lebih banyak orang untuk turut menjadi relawan serta membantu meringankan penderitaan orang-orang yang menderita. Inilah yang selalu kita ingat dan jalankan selama ini.

Belakangan ini saya sering berkata bahwa kita harus meneruskan semangat para relawan senior di masa lalu yang begitu giat untuk berbagi tentang Tzu Chi. Setiap kali bertemu orang, kita bercerita tentang Tzu Chi dan mengajak orang untuk bergabung. Seluruh sel tubuh kita adalah sel Tzu Chi. Jika para relawan saat ini dapat kembali pada semangat masa itu, dunia kita akan lebih cepat tersucikan.   

 Membangkitkan semangat muda meski sudah lanjut usia

Menghargai benda bersejarah dengan cinta kasih tanpa pamrih

Menjadi penolong orang lain dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Meneruskan semangat Tzu Chi sampai tak terhingga 

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 26 Agustus 2018

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -