Ceramah Master Cheng Yen: Menjadi Teladan di Dunia dengan Mempraktikkan Kebenaran

Peserta kamp kali ini berasal dari 27 negara dan wilayah dengan bahasa, budaya, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Namun, kita memiliki kesatuan tekad serta menuju arah dan menapaki jalan yang sama. Kita semua memiliki tujuan yang sama. Semoga setiap peserta yang kembali kali ini dapat menggenggam waktu.

Sungguh, kita harus menggenggam waktu sekaligus mengintrospeksi diri. Kita harus sungguh-sungguh mengevaluasi nilai hidup kita. Usia kalian yang hadir di sini berbeda-beda. Sebagian di antara kalian telah menabung 50 tahun di dalam bank usia saya.


Pagi ini, seorang relawan datang menemui saya. Dia telah menabung dua kali 50 tahun sehingga hanya berusia 2 tahun. Dia menyatakan berguru pada saya di usia 101 tahun. Kini, dia berusia 102 tahun. Dia telah bergabung dengan TIMA. Sebelum datang menemui saya, dia menulis sepucuk surat terlebih dahulu. Ternyata, dia mengkhawatirkan saya. Dia berkata bahwa saya kurang makan dan kurang tidur. Saya akan berusaha untuk tidur nyenyak dan makan kenyang. Kamu tidak perlu khawatir. Kamu begitu memperhatikan saya. Saya bersyukur padamu.

“Terima kasih. Pertama kali mendengar Master berkata bahwa usia kita bisa… Ditabung di dalam bank usia. Sejak hari itu, saya merasa bahwa saya menjadi jauh lebih muda. Saya juga bisa kembali berkontribusi bagi masyarakat. Bagi saya, orang-orang yang berusia 70-an hingga 80-an tahun masih sangat muda meski mereka terbaring di ranjang. Saat melihat saya, mereka bisa duduk dan terlihat sangat gembira. Saya juga sangat tersentuh. Ini memotivasi saya untuk terus bersumbangsih dengan sukacita,” ucap Dokter Chen Kui-cun.


Dirimu bagaikan resep mujarab.  Melihatmu saja, mereka sudah bisa duduk. Baik, saya mendoakanmu. Tunjukkanlah pada orang-orang bahwa meski sudah menabung dua kali 50 tahun, kamu tetap terlihat muda. Ini dapat memotivasi orang-orang untuk meraih kembali kekuatan mereka. Saya mendoakanmu. “Saya akan berusaha semaksimal mungkin,” katanya.

Setelah mengobrol sebentar, dia pergi untuk berpartisipasi dalam baksos. Jadi, jangan menilai seseorang dari usianya. Hati dan pikirannya masih sangat muda. Di Griya Jing Si, saya juga mengulas tentang seorang dokter sekaligus profesor yang tahun ini berusia 99 tahun. Saat mengobrol dengan saya, dia sering membahas tentang gurunya. Meski gurunya sudah tiada, tetapi setiap kali mengobrol dengan saya, dia selalu membahas tentang gurunya. Jadi, saya merasa bahwa dia adalah teladan bagi generasi penerus.


Dia sangat menghormati gurunya dan mementingkan kebenaran. Dia sudah puluhan tahun menjadi dokter. Tahun depan, dia berusia 100 tahun. Dari mempelajari pengetahuan medis hingga memberi pengobatan, arah tujuannya sangat jelas dan tidak pernah menyimpang. Dia juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah pertama di Akademi Keperawatan Tzu Chi. Dia tidak pernah meninggalkan Tzu Chi. Kini, setiap hari Jumat, dia kembali ke Hualien untuk memeriksa pasien, memeriksa foto Sinar X, dan membimbing murid-murid. Tahun depan, dia berusia 100 tahun. Hingga saat ini, dia tidak menyia-nyiakan hidupnya dan waktu yang ada.

Dia adalah teladan bagi kita semua. Kesehatannya masih sangat baik. Banyak orang yang mendedikasikan diri untuk Tzu Chi dan telah mendampingi saya selama setengah abad. Singkat kata, Bodhisattva sekalian, kekuatan cinta kasih tidak ada habisnya.


Kita harus memanfaatkan hidup kita dan menggenggam waktu yang ada untuk menciptakan berkah di dunia. Saya bersyukur kepada para relawan kita yang telah menjalankan misi Tzu Chi. Saya yakin kelak, kalian bisa menginspirasi lebih banyak relawan di negara masing-masing. Kelak, kalian juga bisa mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi di negara masing-masing.

Di negara tetangga, kalian juga bisa menabur benih cinta kasih dan melatih relawan lokal. Kalian harus menggenggam kesempatan untuk belajar. Saya yakin bahwa apa yang kalian lihat, dengar, dan pelajari kali ini juga akan kalian praktikkan kelak. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, kalian bisa mempraktikkannya.


Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus menggenggam waktu untuk mendengar Dharma. Saya juga mendengar kembali ceramah saya dahulu. Saat mendengarnya, saya tetap merasa bahwa itu sangat bermanfaat dan segar. Jadi, Dharma selamanya segar. Jangan berpikir, “Saat Master mengulas ajaran baru, baru saya akan mendengarnya. Yang lama sudah pernah saya dengar.”

 Saat mendengar ceramah sendiri, saya saja merasa bahwa itu segar, apalagi kalian. Apakah kalian paham? (Paham) Baik. Jika paham, kalian harus lebih bersungguh hati. Waktu terus berlalu. Saya mendoakan kalian. Semoga seiring berlalunya waktu, Dharma yang kalian dengar dapat membawa manfaat bagi kalian setiap hari. Kalian juga harus lebih bersungguh hati. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Menjadi teladan di dunia dengan mempraktikkan kebenaran

Menciptakan berkah tanpa menyia-nyiakan waktu

Mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan mazhab Tzu Chi

Selamanya berpegang pada Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Juni 2018

Editor: Metta Wulandari
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -