Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kaum Lansia dengan Cinta Kasih Berkesadaran


“Saya berasal dari Changhua. Dahulu, kami dan Kakak Lan-fang sering berhimpun di Kantor Cabang Tzu Chi Taichung karena saat itu Changhua termasuk wilayah tengah. Di bawah dorongan Master, Changhua menjadi tim ke-8 pada tahun 1989 dengan Kakak Lan-fang sebagai ketua tim. Saat itu, anggota komite Changhua hanya ada 21 orang,”
kata Lin Chen Mei-rong, relawan Tzu Chi.

“Kini, anggota komite dan Tzu Cheng di Changhua hampir mencapai tiga ribu orang. Kami bersyukur kepada para relawan senior di wilayah tengah atas perhatian dan dukungan mereka terhadap relawan Changhua. Mereka juga memberi kami banyak kesempatan belajar sehingga kami dapat bertumbuh dan kuat seperti sekarang,” kata Hong Mei-xiang, relawan Tzu Chi.

“Kami berasal dari Miaoli. Hari ini, ada lebih dari 30 relawan yang hadir di sini, juga ada relawan yang naik tiga bus pariwisata dan tengah mengikuti acara ramah-tamah ini di ruangan lain secara daring. Di sini, ada relawan senior, relawan paruh baya, dan relawan muda,” kata Huang Shu-lan, relawan Tzu Chi.

Dalam perjalanan saya kali ini, di setiap wilayah, saya telah merasakan ketulusan setiap orang. Saya sungguh merasa bahwa kehidupan saya bernilai. Dahulu, saya selalu merasa bahwa nilai kehidupan saya sangat kecil karena segala sesuatu pada hakikatnya kosong. Meski kosong, tetap ada sesuatu yang bisa dilihat.

Berdasarkan ajaran Buddha, saat sesuatu yang berwujud dikupas selapis demi selapis, yang ada hanyalah kekosongan. Buddha mengajarkan hal ini agar orang-orang tidak melekat. Saat menyadari bahwa segala sesuatu pada hakikatnya kosong, setiap orang dapat memahami bahwa tidak perlu ada kemelekatan dan batin mereka akan dapat menyatu dengan Dharma sehingga benar-benar memahami kebenaran. Di saat seperti ini, Buddha memberi tahu semua orang bahwa inilah Dharma sejati.


Mendengar kisah yang kalian bagikan tadi, saya tahu bahwa setiap orang sangat tekun dan bersemangat. Kita mengasihi semua orang, bukan hanya orang yang kita kenal. Yang sangat penting, kita juga mengasihi orang yang tidak kita kenal. Kita juga memperlakukan lansia sebatang kara bagai orang tua sendiri. Kita memperhatikan keselamatan mereka dan berusaha untuk menjaga mereka. Di saat seperti ini, pegangan sangatlah penting.

Belakangan ini, saya mendengar tentang pemasangan pegangan di mana-mana. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur. Saya juga mendengar tentang daur ulang alat bantu. Saya bisa melihat relawan kita mengumpulkan, membersihkan, memperbaiki, dan menyatukan alat bantu. Alat bantu bekas pun berubah menjadi alat bantu yang sangat kokoh dan berguna.

Bagi kaum lansia yang membutuhkan, alat bantu ini dapat membantu mereka beraktivitas dengan lebih aman dan stabil. Terlebih pegangan, ini sangat penting. Jatuh bisa berakibat fatal bagi kaum lansia. Karena itu, kita harus mencegah jatuh. Yang kalian lakukan sekarang ialah upaya untuk mencegah jatuh.


“Para relawan datang ke rumah saya untuk membantu memasang pegangan. Saya sungguh sangat bersyukur. Master, pemasangan pegangan membuat kami merasa sangat aman dan jauh lebih leluasa. Master, saya sangat bersyukur atas pegangan yang dipasang untuk kami. Terima kasih,”
kata Liu Shu-mei, relawan Tzu Chi.

“Dalam perjalanan tadi, dia berkata bahwa dia dapat melihat Master saat menonton Da Ai TV. Kini, melihat pegangan di rumah, dia merasa Master tengah menggandeng tangannya,” kata Huang Shu-lan, relawan Tzu Chi.

“Ada orang bertanya, ‘Kamar mandi saya begitu kecil, tetapi ada 3 hingga 4 orang yang bekerja di dalamnya. Berapa upah kalian?’ Saya berkata, ‘Upah kami sangat murah. Master menyuruh kami untuk memasang pegangan ini. Jika Anda merasa tidak enak hati, sering-seringlah mengikuti aktivitas Tzu Chi atau bersumbangsih bersama kami. Itu sudah cukup’,” kata Zhang Huan-qi, relawan Tzu Chi.

Mengenai upaya untuk mencegah jatuh ini, saat kalian memasang pegangan untuk orang lain, saya juga merasakan rasa aman. Kaum lansia selalu ada dalam pikiran saya dan butuh orang untuk menjaga mereka. Di tengah masyarakat zaman sekarang, orang-orang perlu menjaga satu sama lain. Kita hendaknya menyerukan hal ini di komunitas kita. Mari kita mengimbau kaum lansia untuk saling menjaga. Mari kita mengimbau setiap keluarga untuk berbakti. Mari kita mengimbau setiap orang untuk menjadi Bodhisatwa.

Orang yang sehat dapat menjaga orang yang jatuh sakit. Ada pula kaum lansia yang lebih sehat dari kaum muda. Dengan menjaga kaum muda yang jatuh sakit, kaum lansia akan merasa bahwa dirinya masih berguna. Kita bukan hanya dinafkahi oleh keluarga, melainkan dapat membawa manfaat bagi orang lain. Demikianlah cara kita mengembangkan nilai kehidupan.


Kakak Cai Kuan telah berusia 107 tahun. Dalam suatu kesempatan, beliau mengenal Tzu Chi pada usia 70 tahun dan mulai menjalankan misi Tzu Chi. Jalinan jodoh di antara kami sangat mendalam. Saat saya mengajak beliau mengikuti kegiatan Tzu Chi, beliau selalu menyanggupi,” kata Hong Mei-xiang, relawan Tzu Chi.

“Setiap hari Rabu, saya mengajak beliau untuk bersumbangsih sebagai relawan ladang berkah di Kantor Cabang Tzu Chi Taichung. Beliau juga selalu ikut bersama kami untuk mengunjungi penerima bantuan. Beliau juga bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan besar,” lanjut Hong Mei-xiang.

“Hingga kini, beliau pun masih melakukan daur ulang dan mengemas barang bantuan dengan sungguh-sungguh. Setiap hari Jumat, beliau bersumbangsih di bagian informasi kita. Hingga kini, beliau telah bersumbangsih puluhan tahun,” pungkas Hong Mei-xiang.

Cai Kuan selalu ada dalam benak saya setiap hari. Saat teringat akan dirinya, saya akan menegakkan badan. Jika berjalan di belakang saya, terkadang kalian bisa melihat saya menegakkan badan. Kalian bisa melihatnya saat berada di belakang saya. Saya menegakkan badan saat teringat akan Cai Kuan. Lihatlah, saat bertemu dengannya hari ini dan melihatnya dengan saksama, saya mendapati bahwa punggungnya tetap tegak. Ini sangat tidak mudah. Kehidupannya sangat bernilai.

Setiap insan Tzu Chi harus memiliki cinta kasih berkesadaran. Makhluk dengan cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa. Ada Sepuluh Bhumi Bodhisatwa dan yang pertama ialah Bhumi Sukacita. Jadi, dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus memulainya dengan rasa sukacita.

Para anggota komite dan Tzu Cheng harus bersatu hati dan bersumbangsih dengan sukacita. Dengan kemajuan teknologi sekarang, banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah, seperti menghubungi satu sama lain. Jadi, kita harus bersatu hati dan saling mengasihi. Selain itu, kita juga harus bergotong royong. Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, bergotong royong, ini harus senantiasa kita ingat di dalam hati.

Menyadari kebenaran tentang kekosongan sejati dan eksistensi ajaib
Menghargai berkah dengan mendaur ulang alat bantu
Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sukacita
Menjaga kaum lansia dengan cinta kasih berkesadaran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 21 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 23 Juli 2025
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -