Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kitab Sejarah Tzu Chi sebagai Warisan Keluarga


“Setelah saya mendonorkan sumsum tulang saya pada 20 tahun yang lalu, Master mendoakan saya dan berkata, ‘Oleh karena Anda telah mendonorkan sumsum tulang, Anda dapat bergabung untuk membantu mempromosikan kegiatan donor sumsum tulang.’ Berkat perkataan Master ini, saya kemudian bergabung dengan keluarga besar Tzu Chi,”
kata Zhu Guo-liang relawan Tzu Chi.

“Sejak pelantikan Tzu Cheng angkatan pertama hingga saat ini, waktu telah berlalu lebih dari 30 tahun. Saya pernah berpartisipasi dalam kegiatan penggalangan dana bagi bencana banjir besar di Tiongkok Timur, pembangunan ulang sekolah yang rusak akibat gempa dahsyat 21 September, dan pembangunan rumah permanen pascabencana Topan Morakot. Pada 18 September tahun lalu, saya juga mengambil bagian dalam bantuan pascabencana gempa Yuli, Hualien. Di sini, saya menyaksikan bahwa kepedulian dan cinta kasih Master telah membebaskan banyak orang di Taiwan dari penderitaan,” kata Hong Wen-dun relawan Tzu Chi.

Setelah mendengarkan cerita dari semuanya, saya menyadari bahwa Tzu Chi telah melakukan banyak hal bagi Taiwan. Ini semua dimungkinkan karena upaya dari banyak orang. Berkat sumbangsih sepenuh hati dari semuanya, saya merasa kitab sejarah Tzu Chi bagaikan kitab Sutra. Hendaklah kita bersama-sama mendedikasikan diri bagi Tzu Chi sepanjang hidup kita dan memikul tanggung jawab untuk mewariskan sejarah kepada generasi mendatang.

Saat ini, kita semua telah menjadi relawan senior. Saya ingin memberi tahu kepada semuanya agar tidak menganggap diri kita tua. Sesungguhnya, tubuh mengalami perubahan sehingga menjadi tua itu adalah hal yang pasti terjadi. Namun, jiwa kebijaksanaan tetap ada selamanya, tidak hanya dalam kehidupan sekarang, melainkan dari kehidupan ke kehidupan. Jiwa kebijaksanaan tidak memandang usia.


Buddha telah memberi tahu kita bahwa semua orang pada dasarnya memiliki kebijaksanaan hakiki dan kebijaksanaan tidak memandang usia. Kebijaksanaan terakumulasi dari pengetahuan. Ketika kita mengetahui banyak hal yang berharga, kita akan menyimpannya dalam pikiran kita. Inilah yang disebut dengan pengetahuan.

Hal berharga yang telah kita lalui, hendaknya terus kita ingat. Setiap hal terakumulasi seiring waktu dan akan menjadi sejarah masa lalu. Hal yang pantas diingat disebut sejarah dan harus kita wariskan kepada generasi mendatang. Pengalaman yang kita bagikan saat ini akan menjadi edukasi bagi generasi mendatang.

“Saya sebelumnya bekerja di sektor publik. Pekerjaan polisi terakhir saya ialah di Unit Perlindungan Wanita dan Anak, khusus menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga. Para pelaku kejahatan cukup kooperatif. Jika saya meminta mereka untuk tidak bergerak, mereka tidak akan bergerak. Namun, ketika saya menjadi ketua tim Heqi, saya menyadari bahwa saya tengah membina diri dengan terjun ke tengah masyarakat. Meski demikian, selama 7 tahun mejadi relawan, saya merasa sangat tersentuh dan bersyukur. Master, saya masih sangat muda dan saya dapat bekerja keras di tengah kesulitan. Saya merasa bahwa memikul tanggung jawab adalah suatu bagian dari perkembangan kemampuan. Saya yakin bahwa ketika saya melakukannya, kekuatan itu akan terus mengalir,” kata Liu Meng-ping relawan Tzu Chi.

“Master, saya ingin menunjukkan isyarat tangan kepada Anda. Master pernah berkata bahwa ketika kelima jari ini digabungkan, maka tidak boleh dipisahkan. Ketika kedua tangan didekatkan, maka membentuk hati. Ketika ibu jari dihubungkan dan didekatkan ke mulut, terbentuklah aksara Tionghoa ‘bersatu’ dan ketika didekatkan ke dada, terbentuklah isyarat tangan ‘hati’. Master, tenanglah. Kami memahami arti kata bersatu dan akan selalu menyatukan hati kami bersama. Master juga pernah mengatakan bahwa sebuah jangka dapat menggambar lingkaran yang sempurna karena hati atau porosnya kuat dan teguh serta memiliki kaki yang bergerak dengan tekun,” kata Liu Xue-ru relawan Tzu Chi.


Kalian sungguh-sungguh mendengarkan apa yang telah saya katakan. Oleh karena itu, Tzu Chi dapat menjadi seperti hari ini. Saat ini, saya ingin memberi tahu kepada kalian bahwa kita harus meninggalkan catatan sejarah. Hendaklah kita menginventarisasi sejarah dan nilai kehidupan kita. Kalian harus bertanya kepada relawan lansia mengenai pengalaman mereka dan mencatatnya dengan baik. Kita harus memiliki catatan sejarah ini untuk diwariskan kepada generasi mendatang agar mereka dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh ayah, ibu, kakek, dan nenek mereka.

Belakangan ini, Da Ai TV memiliki program yang berisi anak-anak muda yang menceritakan tentang aktivitas kakek dan neneknya di Tzu Chi. Sama prinsipnya dengan ini, hendaklah anak, cucu, dan keluarga kita memiliki kebanggaan atas apa yang telah kita lakukan.

Kontribusi Tzu Chi bagi Taiwan sangatlah luar biasa. Semua ini dimungkinkan oleh kalian semua. Jika tidak ada kalian yang berhimpun menjadi sebuah tim, kita tidak akan memiliki cara untuk menyalurkan bantuan bencana bagi Taiwan. Taiwan bukan sama sekali bebas dari bencana. Bagaikan Bodhisatwa yang muncul dari dalam bumi, insan Tzu Chi dari berbagai daerah berdatangan untuk membawa bantuan. Ketika kalian mengatakan, "Saya bersedia," itu bukan hanya sekadar mengacungkan tangan, melainkan kalian bersedia dengan semangat yang penuh. Hendaklah kita mengingat kembali hal itu.

Saat ini, usia kita telah tua. Jadi, hendaklah kita sepenuh hati mengingat apa yang telah kita lakukan dan mencatatnya menjadi sebuah kitab sejarah, yaitu kitab sejarah Tzu Chi Taiwan. Ada banyak hal yang perlu dicatat dalam kitab sejarah itu. Tidak hanya ada satu orang yang mendedikasikan diri di Tzu Chi, melainkan ada banyak pasangan dan keluarga yang melayani bersama. Jadi, sejarah bukan hanya tentang satu orang, melainkan seluruh keluarga kalian. Ingatlah bagaimana kalian sebagai pasangan saling merespons, saling menyemangati, dan bagaimana anak-anak mendukung kalian. Semua orang bersedia bersumbangsih.


Hendaklah kita membangkitkan hati dan pikiran, bersatu, dan menghimpun kekuatan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Kita telah bersumbangsih tanpa pamrih sehingga dapat menciptakan kekuatan yang besar. Namun, sumbangsih tanpa pamrih itu harus kita ingat kembali untuk dapat dicatat menjadi sebuah sejarah. Ketika melihat catatan tersebut, kita dapat mengingat kembali semua hal yang pernah kita lakukan dan orang lain dapat menjadi saksi atas apa yang kita kerjakan. Dengan demikian, kita juga dapat mengingat kembali bahwa kita pernah muda dan dipenuhi dengan berkah.

Saat ini, masih sehat lahir batin adalah berkah yang kita peroleh. Semua orang yang berada di dekat saya tahu bahwa setiap hari, ketika memasuki tempat ini, saya akan meregangkan bahu, mengambil napas yang dalam, dan berdiri dengan tegak. Saya merasa beruntung karena hari ini masih dapat berdiri dengan tegak. Saya juga selalu melihat bahwa kalian berdiri dengan tegak. Tentu saja, Tzu Chi harus diwariskan tanpa henti dari generasi ke generasi.

Saya sangat berterima kasih kepada semuanya. Saya akan terus menyerukan kepada semuanya bahwa sejarah harus kita wariskan. Kita tidak boleh membiarkannya hilang begitu saja. Dalam kitab sejarah ini, meski kita melakukan segala hal tanpa pamrih, kita harus terus mewariskannya sebagai permata bagi keluarga. Kitab ini adalah warisan bagi keluarga.

Menyelami kitab suci dan berani memikul tanggung jawab
Menginventarisasi kehidupan dan mewariskan semangat Tzu Chi
Bodhisatwa muncul membawa bantuan bencana
Menjadi saksi atas sejarah yang penuh welas asih dan kebijaksanaan 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 10 September 2023
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -