Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Pelita Hati dan Menyebarkan Dharma ke Seluruh Dunia

“Saya selalu merasa bahwa menggalang hati dan donasi merupakan kewajiban kita sebagai murid Jing Si. Kita harus melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena rumor, ada seorang donatur saya yang salah paham terhadap Tzu Chi. Dalam suatu kesempatan, saya mengundangnya menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun. Saat acara berakhir, dia mengungkapkan penyesalannya dengan air mata di wajahnya. Dia tidak tahu betapa besarnya kontribusi dan sumbangsih Tzu Chi bagi masyarakat. Sekarang yang menjadi donatur bukan hanya dia, melainkan seluruh anggota keluarganya,” kata Chen Zheng-de, relawan Tzu Chi.

“Saya juga punya seorang teman yang merupakan pengusaha. Saat Taiwan dilanda bencana, dia sering kali merasa heran karena tidak ada media massa yang meliput penyaluran bantuan Tzu Chi. Saya langsung berkata padanya bahwa Tzu Chi selalu menjadi yang pertama tiba dan yang terakhir meninggalkan lokasi. Saya lalu menyarankannya untuk menonton Da Ai TV. Setelah menonton Da Ai TV, dia menyadari bahwa Da Ai TV menyiarkan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar. Sekarang dia bukan hanya menjadi donatur Tzu Chi, juga menjadi penonton setia Da Ai TV. Tahun ini, saya merekrut donatur baru setiap bulan. Saya berharap setiap bulan, saya dapat merekrut donatur baru dan menggalang cinta kasih mereka agar semakin banyak orang yang bergabung dalam barisan Tzu Chi,” kata Chen Zheng-de melanjutkan sharingnya di depan relawan Tzu Chi lainnya.

 

Saya sangat tersentuh melihat relawan kita mempraktikkan Dharma. Umat Buddha mendengar Dharma dan membabarkan Dharma dalam keseharian. Inilah yang hendaknya dipelajari umat Buddha, menerapkan Dharma dalam keseharian.

Insan Tzu Chi sangat mengagumkan. Mereka mendengar Dharma dengan tekun dan membabarkan Dharma dengan sepenuh hati. Yang terpenting, mereka mempraktikkan Dharma.

Selain mendengar, membabarkan, dan mempraktikkan Dharma, mereka juga memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Saat satu mata memandang, seribu mata ikut memandang.

Berkat kecanggihan teknologi, insan Tzu Chi bisa melihat dan mengetahui suatu hal secara bersamaan. Bukankah kita juga melihat dan mengetahui kondisi di Afrika Timur secara bersamaan? Meski kita tidak bisa pergi ke Afrika Timur, tetapi dengan kecanggihan teknologi, relawan di sana bisa mengirimkan laporan ke sini sehingga kita bisa melihat dan mendengarnya serta membangkitkan niat untuk memberikan bantuan. Karena itulah, kita menggalang hati.

Ada seorang lansia berusia 100 tahun yang hidup sebatang kara datang dengan didampingi relawan kita. Dia memberikan seuntai tasbih pada saya dan berkata, “Master, awalnya saya ingin meninggalkan keduniawian. Saat itu saya berencana menggunakan tasbih ini setelah meninggalkan keduniawian. Kini tasbih ini saya berikan pada Master.”

 

Pada saat yang sama, dia juga menyerahkan sebuah celengan bambu dan berkata, “Ini uang yang saya sisihkan sehari-hari.” Dia juga ingin berdonasi untuk menolong korban bencana di Afrika. Kedua barang yang saya terima darinya bagaikan permata bagi saya. Meski sudah berusia 100 tahun, pikirannya masih sangat tajam dan bisa menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk menolong orang yang menderita. Karena itu, bagi saya, donasinya sangat berarti. Singkat kata, inilah cinta kasih.

Saya sering mengingatkan insan Tzu Chi untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui.

“Tahun lalu, saat menggalang hati dan cinta kasih, saat menggalang hati dan cinta kasih, saya juga pernah ditolak. Apa yang harus saya lakukan? Saya lebih tekun mendengar Dharma. Dengan keyakinan dan pemahaman mendalam, saya bisa menemukan jalan keluar. Kemudian, saya bisa menginspirasi orang-orang,” kata Li Lai Qin-e, relawan Tzu Chi, “kini saya memiliki 70 donatur dari 45 keluarga. Saya sering berkata pada diri sendiri bahwa jalinan jodoh menentukan 30% dari pencapaian kita dan 70% bergantung pada kerja keras. Saya akan berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang saya temui. Saya akan lebih tekun menjalankan Tzu Chi untuk membangkitkan welas asih lebih banyak orang guna membawa manfaat bagi sesama. Terima kasih.”

Saya sangat tersentuh. Demikianlah kita mewariskan ajaran Jing Si dari generasi ke generasi dan menyebarluaskan Mazhab Tzu Chi. Kita harus meneruskan estafet cinta kasih dan mengajak orang-orang untuk bergabung. Jika tidak berbagi tentang Tzu Chi, kita tidak bisa menginspirasi orang lain.


Kisah yang menyentuh sungguh banyak. Janganlah kita melupakan sejarah Tzu Chi. Embusan angin kegelapan batin mungkin dapat menggoyangkan api pelita, bahkan memadamkan sebagian. Beruntung, ada sebagian pelita yang tidak padam meski ditiup angin. Asalkan masih ada pelita yang menyala, pelita yang sudah padam dapat dinyalakan kembali. Bagai pelita yang dinyalakan kembali, tekad yang dibangkitkan kembali akan semakin teguh.

Saya sering berkata bahwa kesulitan merupakan kekuatan. Karena menghadapi kesulitan, kekuatan kita bisa berkembang. Dengan adanya berbagai kesulitan, kita bisa menghimpun kekuatan bersama. Kita bisa berbagi tentang Tzu Chi lewat ucapan, tulisan, ataupun tindakan nyata. Kita bisa berbagi lewat ucapan, tulisan, dan tindakan nyata di komunitas masing-masing, juga bisa memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan Dharma ke seluruh dunia.

Kita harus menyucikan hati manusia tanpa terintangi oleh sikap dan pendapat orang lain. Dengan terbebas dari rintangan batin, kita baru bisa melangkah maju. Jadi, jalinan jodoh menentukan 30% pencapaian kita dan 70% bergantung pada kerja keras. Kerja keras akan membuahkan hasil.

Saya bersyukur pada kalian semua. Semoga kalian bisa berbuat baik dan menjadi teladan bagi umat manusia. Saya mendoakan kalian semua. Semoga kalian bisa menjadi teladan untuk membangkitkan cinta kasih berkesadaran orang-orang dan membimbing mereka bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi untuk berbuat baik dan menciptakan berkah bersama. Jadi, saya bersyukur kepada kalian yang berusaha menyucikan hati manusia.

Semoga kalian lebih bersungguh hati.

Terima kasih.

Menjaga pelita hati dan menghimpun cinta kasih
Memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan Dharma ke seluruh dunia
Semua makhluk memiliki welas asih untuk membawa manfaat bagi sesama
Mempraktikkan Dharma dalam keseharian

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Agustus 2019
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -