Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar dengan Sukacita dan Mempertahankan Tekad Awal


Para dokter dan perawat kita telah menggantikan saya untuk melindungi kehidupan dan kesehatan orang-orang di sini dengan cinta kasih. Kalian telah mengerahkan cinta kasih. Saya sungguh sangat bersyukur pada kalian.

Pada 20 hingga 30 tahun yang lalu, lahan berdirinya RS Tzu Chi Dalin merupakan kebun tebu. Saat itu, ketua parlemen dan camat setempat secara khusus melakukan dua atau tiga kali kunjungan ke Hualien dengan harapan Tzu Chi dapat membangun sebuah rumah sakit di sini. Lihatlah rumah sakit kita sekarang. Rumah sakit kita telah didirikan dan beroperasi selama 20-an tahun. Jadi, 20-an tahun yang lalu, lahan ini adalah kebun tebu.

Saat itu, sebelum pembangunan dimulai, kita terlebih dahulu menebang tebu. Ada banyak orang yang bergerak untuk membantu. Saat kembali ke kantor, mereka bisa menikmati teh yang manis. Teh ini disiapkan oleh ayah dan ibu mertua A-jing. Saya yakin bahwa semua orang di sini mengenal mereka. Mereka juga memiliki kebun tebu.

Saat memanen tebu, mereka mengumpulkan pucuk tebu dan menggunakannya untuk memasak teh. Kini, saat mengenang cita rasa teh tersebut, saya merasa penuh kehangatan dan kemanisan. Tehnya memiliki rasa manis yang pas, tidak terlalu manis. Rasanya sungguh menyenangkan. Dibandingkan dengan 20-an tahun yang lalu, apakah kedua Bodhisattva lansia ini berubah? Perubahan pasti ada.


Seiring bertambahnya usia, tubuh mereka agak membungkuk saat berjalan. Namun, apakah hati mereka berubah? Sama sekali tidak. Hati mereka sangatlah tulus. Mereka tetap giat bersumbangsih dengan sukarela. Dahulu, mereka menyiapkan sebuah tempat di samping rumah sakit kita untuk menyediakan teh bagi orang-orang. Kabarnya, demi membangun asrama rumah sakit, tempat itu telah dibongkar. Kini, mereka menyiapkan tempat di samping lahan mereka dan tetap menyediakan teh setiap hari.

Hati dan ikrar mereka tidak pernah berubah. Meski telah lanjut usia, mereka tetap sangat tekun. Mereka bersumbangsih dengan sukarela dan segenap hati dan tenaga. Saya sangat mengagumi, menghormati, dan mengasihi mereka. Hingga kini, mereka sekeluarga terus bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka selalu bersungguh-sungguh mendukung rumah sakit kita dan melindungi Dharma. Karena itulah, saya bersyukur pada mereka.

Tzu Chi berawal dari segelintir orang yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Meski dahulu kita harus bersusah payah, tetapi kini kita dipenuhi rasa syukur. Di setiap rumah sakit kita, para kepala rumah sakit dan dokter memiliki kesatuan hati. Kita bisa melihat kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Para dokter dan perawat kita mendedikasikan kehidupan mereka untuk melindungi kehidupan orang-orang. Inilah ketulusan mereka.


Para pasien, relawan Tzu Chi, dan donatur Tzu Chi berkata pada saya, "Master, terima kasih. Kita sangat beruntung memiliki rumah sakit." Saya juga merasa sangat terhibur. Tentu saja, saya bersyukur atas dukungan semua insan Tzu Chi sejak Tzu Chi memulai praktik celengan bambu. Karena itu, saya harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak menyia-nyiakan keyakinan orang-orang terhadap Tzu Chi.

Saya sering berkata bahwa kita harus menggunakan setiap donasi pada tempat yang tepat. Dengan menghimpun tetes demi tetes donasi, kita dapat membangkitkan cinta kasih orang-orang, membangun keyakinan mereka, serta mewujudkan kesatuan hati dan keharmonisan. Saat semua orang bersatu hati, masyarakat kita akan penuh cinta kasih. Meski memiliki profesi yang berbeda-beda, semua orang memiliki cinta kasih yang sama. Bagaikan jari tangan yang tidak sama panjang, kondisi ekonomi setiap orang pun berbeda-beda. Namun, semuanya memiliki cinta kasih yang sama. Saya bersyukur kepada semuanya.

Waktu terus bergulir. Sesungguhnya, saya sangat menghargai kesempatan untuk datang ke sini kali ini. Kali ini, saya sungguh harus menguras energi. Saat berjalan, saya harus berpegang pada sesuatu agar bisa melangkah dengan stabil. Karena itu, saya sangat menghargai kunjungan kali ini. Dalam kunjungan kali ini, saya merasa sangat tenang dan sangat bersyukur. Saya berharap para dokter dan perawat di sini dapat memiliki hati Buddha dan tekad Bodhisattva. Anggaplah profesi kalian sebagai misi kalian. Saat menjalankan profesi kalian sebagai perawat atau dokter, kalian harus memiliki semangat misi. Jadi, kita memadukan profesi dan misi.


Menjadi dokter atau perawat adalah cita-cita kalian. Inilah yang disebut tekad. Saya ingin memberi tahu kalian bahwa di Tzu Chi, kita bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih. Saat ini, saya bisa dengan lantang memberi tahu semua orang di seluruh dunia bahwa kita memiliki cinta kasih tanpa pamrih. Saya telah melihat sumbangsih tanpa pamrih. Ini bukan sekadar slogan. Saya benar-benar menyaksikannya sendiri.

Adakalanya, dalam Pemberkahan Akhir Tahun, di antara para dokter dan perawat yang naik ke atas panggung, ada yang berkata, "Master, anak Master telah kembali." Benar, anak saya telah kembali. Ada yang merupakan dokter, perawat, apoteker, ataupun staf dari departemen lainnya. Saat melihat anak-anak saya kembali, saya pun teringat akan usia saya. Sungguh, saya telah lanjut usia. Melihat generasi muda yang begitu bisa diandalkan, saya merasa sangat tenang. Jadi, tiada penyesalan dalam hidup saya.

Mengenang masa lalu dan mempertahankan tekad awal
Menjalankan ikrar dengan sukacita dan tanpa pamrih
Merasakan kemanisan dan bersatu dalam cinta kasih
Berani mengemban misi dengan hati Buddha dan tekad Guru

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 04 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 06 November 2023
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -