Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Praktik Bodhisatwa dengan Empat Pikiran Tanpa Batas


“Ajaran Master menjadi motivasi dan arah hidup kami. Kami akan terus mengikuti Master. Setiap bulan, kami pergi ke Nanzhuang untuk mengadakan baksos kesehatan dan pengobatan keliling. Dalam proses ini, kami bisa menumbuhkan empati dan welas asih melalui interaksi dengan pasien. Hal ini juga membangkitkan kembali tekad awal kami. Dengan kegiatan bulanan ini, kita dapat mempersempit jarak antara ‘belajar’ dan ‘sadar’,”
kata Lin Ying-chao, Sekretaris Medis RS Tzu Chi Taichung.

“Kepala RS Zhao pernah berkata bahwa kualitas pelayanan medis sepenuhnya bergantung pada kerja sama tim. Oleh karena itu, kami membangun tim agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Namun, tujuannya bukan untuk mengalahkan siapa pun, melainkan untuk menyelamatkan kehidupan,” pungkas Lin Ying-chao.

Dalam aksara Tionghoa "belajar" dan "sadar", terdapat unsur "anak" dan "melihat". Ini berarti kita harus memiliki hati seperti anak kecil. Hidup terus berulang dari kehidupan ke kehidupan dan tentunya ada proses dalam hitungan detik, menit, dan hari yang terus bergulir. Ada banyak hal yang memprihatinkan. Dari generasi ke generasi, kita harus menghargai waktu dan mulai mendidik. Pendidikan harus kita mulai dari sekarang agar ketika datang kembali di masa depan, kita berada di lingkungan masyarakat yang baik.

Zaman yang baru haruslah sederhana dan penuh dengan kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Kebenaran, kebajikan, dan keindahan adalah kunci di zaman ini, yaitu zaman peralihan. Oleh karena itu, misi budaya humanis Tzu Chi harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan misi pendidikan. Dari Empat Misi Tzu Chi, misi amal telah menjangkau seluruh dunia. Saat ini, akses transportasi makin mudah dan kita harus mengandalkan badan misi budaya humanis untuk menyebarkan informasi.


Hendaknya kita menggenggam jalinan jodoh yang terbentuk di Tzu Chi ini. Baik itu misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, maupun misi budaya humanis, kita harus bisa menyebarkan potensi kebajikan. Misi kesehatan bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan dan melindungi kesehatan dengan cinta kasih. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan berhubungan langsung dengan nyawa dan tubuh manusia. Jika tubuh tidak sehat, sekuat apa pun mental kita, tetap akan terasa tidak bertenaga.

Kita memerlukan adanya tubuh dan pikiran yang sehat. Kita juga memerlukan adanya arah pendidikan yang benar sehingga semuanya dapat menyatu dan disiarkan secara global. Dengan demikian, seluruh dunia dapat melihat aksi nyata insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi begitu tertata dan harmonis. Inilah yang disebut dengan teladan.

Saya merasa sangat bersyukur. Banyak hal yang ingin saya sampaikan, tetapi waktu berlalu begitu cepat. Banyak hal yang patut disyukuri. Kita harus memanfaatkan kehidupan ini sebaik-baiknya. Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan. Apakah hidup kita di dunia ini bernilai? Kita harus benar-benar menggunakan kehidupan ini demi memberi makna bagi dunia.

Ajaran Buddha menjelaskan tentang sebab dan akibat. Sebagaimana sebab dan kondisi, demikianlah jodoh yang terjalin. Kita telah menjalin jodoh baik. Dengan teknologi saat ini, semua orang di seluruh dunia dapat menyaksikan kegiatan kita hanya dengan satu jari. Mereka dapat mendengarkan bagaimana staf empat badan misi Tzu Chi memimpin dan melakukan suatu hal. Kita sungguh-sungguh memiliki jalinan jodoh.


Lagu Mars Universitas Tzu Chi berbunyi, "Lautan ilmu kedokteran sangatlah luas dan kita memiliki jalinan jodoh untuk berlayar bersama." Di tengah lautan umat manusia yang luas ini, kita memiliki jalinan jodoh untuk berada dalam satu perahu. Perahu ini adalah perahu cinta kasih yang membawa kita mengarungi samudra luas demi menyelamatkan dunia, tubuh, dan jiwa, serta menunjukkan arah yang benar bagi semua orang. Jadi, hendaknya kita bersungguh hati untuk menghadirkan kekuatan cinta kasih.

Da Ai berarti cinta kasih agung. Dalam begitu banyak bahasa di dunia, satu kata yang mewakili semuanya ialah "cinta". Jika Empat Misi Tzu Chi digabungkan, semuanya berakar pada cinta kasih. Cinta kasih agung adalah penyatuan dari Empat Misi Tzu Chi. Delapan Jejak Dharma juga hendaknya kita jalankan dengan disiplin dan sesuai Dharma. Inilah teladan yang ingin kita berikan kepada dunia. Tanpa wujud nyata, kita tidak akan mampu membimbing orang lain.

Kita harus memiliki kesatuan hati dan pikiran agar bisa melangkah di arah dan pemikiran yang sama untuk mewujudkan sesuatu. Dalam misi kesehatan, kita menciptakan sistem untuk melindungi kehidupan. Dalam misi budaya humanis dan misi pendidikan, kita mendidik generasi muda agar nilai-nilai Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Nama saya Hui-li, berasal dari Malaysia. Saat Kakek Guru memberi arahan agar kita mengubah kondisi di tanah kelahiran Buddha, dalam hati saya langsung berkata, ‘Saya bersedia.’ Pada tanggal 8 April 2024, saya pun melangkah ke Bodh Gaya. Di sana, saya mendorong misi pendidikan Tzu Chi dengan melatih guru-guru lokal melalui program bantuan lewat pemberian upah. Ini karena kami sadar bahwa akan tiba waktunya kami harus pergi dan saat itu mereka harus mampu berdiri sendiri,” kata Shi Hui-li, Staf administrasi pendidikan Kantor Tzu Chi Bodh Gaya, India.

“Apakah menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk itu mudah? Sungguh tidak mudah. Sesungguhnya, dalam hati pun sempat timbul keinginan untuk menyerah. Mengapa? Karena saya tidak pernah membayangkan bahwa suhu udara bisa mencapai 47 derajat Celsius. Kondisi kehidupan di sana pun sangat sulit. Airnya tidak layak dikonsumsi dan makanannya pun setiap hari harus mengikuti apa yang dimakan warga setempat,” lanjut Shi Hui-li.

Shi Hui-li melanjutkan “Apakah saya rindu rumah? Sangat rindu. Lingkungan di sana pun sangat sederhana karena hampir tidak memiliki fasilitas apa pun. Dalam kondisi sesulit itu, mengapa saya tetap bertahan? Karena Jalan Bodhisatwa memang sulit dilalui, tetapi harus tetap bisa dijalani. Justru karena keteguhan hati, saya bisa melihat harapan.”

“Kakek Guru, saya berikrar untuk menemukan anak-anak Anda dan mengajak ribuan orang menjadi tangan Bodhisatwa. Saya akan mengemban tanggung jawab ini dan mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan. Saya akan mengajak anak-anak muda untuk bergabung dalam tim yang ada di tanah kelahiran Buddha. Meski berat dan tidak mudah, kami bisa melihat kekuatan yang mampu mengubah keadaan. Dengan cinta kasih, kami berusaha meratakan setiap jalan yang penuh kesulitan,” pungkas Shi Hui-li.

Mendengar kabar tentang tanah kelahiran Buddha, hati saya dipenuhi rasa syukur. Meski saya sendiri tidak bisa pergi ke sana, tetapi hati dan pikiran saya selalu ada kerinduan untuk membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha.

Sekelompok Bodhisatwa dari Malaysia dan Singapura kini hampir menetap di sana secara permanen. Selama beberapa tahun terakhir, begitu banyak hal yang patut disyukuri. Singkat kata, inilah pengorbanan besar yang penuh dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin agung. Mereka menjalankan misi di sana dengan hati yang penuh sukacita. Jadi, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin menjadi jalan yang mereka tempuh hari demi hari.

Ada juga pasangan suami istri yang bersama-sama menjalankan misi di sana. Saya merasa sangat bersyukur. Kehidupan di sana sangat sulit dengan suhu udara yang mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Namun, mereka tidak takut karena inilah Jalan Bodhisatwa. Jalan ini memang sulit dan penuh tantangan, tetapi dengan ketulusan dalam bersumbangsih, kita justru bisa menemukan kebahagiaan di dalamnya.

Menghimpun kebajikan, membentangkan jalan, dan menyebarkan mazhab Tzu Chi
Menyeberangkan mereka yang berjodoh dengan perahu cinta kasih
Menyebarkan Dharma demi membalas budi luhur Buddha
Menjalankan praktik Bodhisatwa dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 25 Juli 2025
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -