Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Tugas dengan Baik demi Menyucikan Hati Manusia


“Pada bulan Oktober 2020, melalui program bantuan biaya pendidikan, relawan Tzu Chi hadir dalam kehidupan Qing-mei dan mendampinginya menyelesaikan pendidikan. Qing-mei adalah pelajar keturunan Tionghoa asal Indonesia. Sekolahnya memiliki program belajar 6 bulan di sekolah dan bermagang di pabrik selama 6 bulan. Sebagai anak yang berbakti, dia bahkan membantu orang tuanya untuk menanggung biaya sewa rumah dan asuransi,”
kata Chen Zhen-ling, Pekerja sosial Departemen Pengembangan Misi Amal.

“Saat duduk di tahun kedua perkuliahan, Qing-mei mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju tempat magang. Dia mengalami cedera di tangan dan kaki sehingga harus beristirahat dan tidak dapat bekerja. Akibatnya, pemilik usaha langsung memberhentikannya. Di sisi lain, pihak kampus terus mendesaknya untuk segera membayar uang pendaftaran, sementara ayahnya juga sering mengirim pesan untuk meminjam uang darinya,” lanjut Chen Zhen-ling.

“Tekanan demi tekanan membuat Qing-mei merasa tercekik. Dia mulai mengalami insomnia dan gejala depresi hingga harus mengonsumsi obat tidur. Mengetahui kondisi ini, guru SMK Qing-mei merasa tidak sampai hati dan melaporkan hal ini kepada Tzu Chi melalui program bantuan biaya Pendidikan,” pungkas Chen Zhen-ling.

“Setelah menerima laporan dari guru Qing-mei, kami segera menghubunginya untuk bertemu langsung dan memahami kesulitannya. Keesokan paginya, kami langsung pergi ke kampusnya dan membayarkan seluruh biaya pendaftarannya. Kami juga memutuskan untuk menjadikan Qing-mei sebagai penerima pendampingan jangka panjang karena dia hidup seorang diri di negeri asing ini. Qing-mei pun bertekad bahwa ketika sudah memiliki kemampuan kelak, dia akan membawa manfaat bagi masyarakat dan menyebarkan cinta kasih yang telah diberikan oleh paman dan bibi Tzu Chi,” kata Huang Mei-hui, relawan Tzu Chi Pingtung.

“Dahulu, setiap hari saya menjalani hidup dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan. Semuanya serba terburu-buru dan saya merasa tidak ada yang mengasihi serta memedulikan saya. Saya pun tidak memahami betapa berharganya hidup ini. Namun, bantuan dan pendampingan Tzu Chi selama beberapa tahun ini membuat saya merasakan kehangatan cinta kasih dan pendampingan. Sekalipun hidup terasa berat, saya merasa semuanya layak untuk dijalani,” kata Li Qing-mei, penerima bantuan Tzu Chi.

“Ternyata, cinta kasih memang begitu kuat karena mampu memberi saya keberanian untuk bersinar. Ke depannya, saya akan berusaha lebih giat lagi dalam menyebarkan cinta kasih kepada orang lain. Terima kasih, semuanya,” pungkas Li Qing-mei.


Setiap minggu, di waktu seperti ini, saya selalu menantikan kehadiran Bodhisatwa sekalian untuk saling berbagi laporan. Ini juga disebut dengan menyucikan hati manusia karena segala yang dilakukan Tzu Chi ialah demi membawa manfaat bagi semua orang dan menyucikan hati manusia.

Kita telah melakukan banyak hal. Setiap departemen bersumbangsih dalam hal yang berbeda-beda. Ada yang bersumbangsih di ranah internasional, ada juga yang di dalam negeri. Ada yang membantu orang-orang kurang mampu, ada yang mengedukasi mereka yang berkecukupan, ada yang membantu di bidang pendidikan, dan ada pula yang membantu di bidang budaya humanis. Meski memiliki tugas yang berbeda-beda, semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu membawa manfaat bagi dunia.

Mengapa kita perlu membagi diri menjadi begitu banyak departemen? Karena tiada waktu lagi. Dengan adanya banyak departemen, setiap orang dapat memanfaatkan waktu dengan benar agar semuanya dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena keterbatasan waktu itulah, kita perlu membentuk berbagai departemen.

Setiap bidang dan setiap Bodhisatwa dapat mengembangkan potensi diri secara bersamaan. Semuanya dapat memikirkan tentang bagaimana menjalankan tugas hari ini, bagaimana mencatat dan mengevaluasi hasilnya, atau bagaimana menyebarkan informasi. Semua itu menunjukkan arah kerja yang berbeda dari setiap departemen dan inilah nilai yang terkandung dalam pembagian tersebut.


Setiap kali mengadakan rapat, semuanya selalu berpacu dengan waktu. Setiap hari, yang paling saya tekankan ialah kesadaran tentang waktu. Tentu saja, pada akhirnya kita selalu kalah oleh waktu. Sering kali, saya berharap dapat mengalahkan waktu, tetapi itu tidak mungkin. Setiap hari saya selalu kalah. Terlihat jelas bahwa di dunia ini, kita memang kalah oleh waktu.

Janganlah terlalu memaksa untuk menang, melainkan kita harus menjalankan tanggung jawab kita. Jika setiap orang tidak menjalankan tugas dengan baik, hari-hari yang dilalui hanya akan terbuang sia-sia. Oleh karena itu, saya ingin memberi tahu semuanya bahwa hal yang paling bernilai dalam hidup ialah waktu. Waktu dapat mewujudkan segalanya dan memberi nilai dalam kehidupan kita.

Mengingat kembali sebersit niat pada masa lalu, niat itulah yang mewujudkan Tzu Chi hari ini. Tzu Chi yang ada sekarang ini juga terbangun lewat pengorbanan waktu. Jika seseorang tidak tahu bagaimana menjaga waktu, itu akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidup.

Setiap hari, saya terus menyemangati diri sendiri. Berapa banyak waktu yang tersisa bagi saya? Saya tidak boleh merasa tua dan tidak boleh berpikir untuk beristirahat. Berapa banyak waktu yang tersisa bagi saya untuk dapat terus berbicara bagi dunia dengan tutur kata baik yang dapat menginspirasi dan diterima oleh banyak orang?

Puluhan tahun yang lalu, Kata Renungan Jing Si yang hanya sepenggal demi sepenggal ternyata dapat menginspirasi begitu banyak orang. Semuanya terjadi dalam ruang dan waktu. Hal yang terpenting ialah sebersit niat yang muncul.


Setiap kali berbicara, saya selalu mengingatkan untuk menginventarisasi kehidupan, meliputi niat yang kita bangkitkan, orang yang ada saat itu, dan hal yang pernah terjadi. Kita harus terus-menerus mengingat nilai kehidupan kita. Seberapa besar nilai kita bagi dunia? Seberapa banyak kekurangan kita terhadap dunia?

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa segala sesuatu perlu ditimbang. Berhubung waktu sangat berharga, semuanya ditimbang dalam satuan yang sangat kecil. Timbangan ini bagaikan timbangan emas yang diukur dalam satuan yang sangat kecil.

Dalam kesensitifan timbangan, satu kalimat baik dapat mendukung banyak orang, melenyapkan berbagai kerisauan dan noda batin, serta menyelesaikan banyak persoalan. Inilah waktu dan tutur kata baik yang bernilai. Ini semua membawa manfaat bagi orang lain. Jika di suatu momen kita tidak memilih untuk bertutur kata baik dan justru mengucapkan hal-hal yang membuat resah, maka akan menimbulkan kegelapan batin dalam hati manusia.

Dalam satu detik, bahkan sepersekian detik, satu kalimat bisa melukai sesama atau merusak Bumi. Semua terjadi hanya dalam perbedaan yang sangat tipis antara benar dan salah. Semuanya tak lepas dari waktu. Nilai kehidupan terletak pada bagaimana kita menggunakan waktu dengan baik.

Empat Misi Tzu Chi melindungi cinta kasih
Menyelesaikan tugas dengan tanggung jawab penuh
Memanfaatkan waktu dengan baik untuk menjalankan kewajiban
Menyebarkan ajaran baik demi melenyapkan kegelapan batin

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 17 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela

Ditayangkan Tanggal 19 Mei 2025

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -