Ceramah Master Cheng Yen: Menjalin Jodoh Baik untuk Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan Buddha

Saya sering memberi tahu orang-orang bahwa setiap pagi, ketika saya membuka mata, saat masih bisa meregangkan tangan dan kaki, saya harus bersyukur. Sebenarnya, sejak 50 tahun yang lalu saya sudah melakukan ini. Pada saat itu, Tzu Chi baru dimulai selama 2 tahun lebih. Bagaimana perasaan saya pada masa itu? Seperti apakah kondisi kesehatan saya pada masa itu?

Sebenarnya, penyakit angina saya terus kambuh. Terkadang, ia kambuh pada saat sebelum langit terang. Saya bisa tiba-tiba pingsan dan baru sadar beberapa saat kemudian. Rasa sakitnya sangat parah sehingga saya tidak sadarkan diri. Ketika sadar kembali, saya akan berkata pada diri sendiri, "Saya bersyukur, saya masih hidup hari ini."

Lima puluh tahun kemudian seperti saat ini, rambut saya sudah memutih dan wajah saya sudah berkerut. Penampilan luar saya seperti itu, kondisi tubuh saya tentu saja juga mengalami penurunan. Untuk perjalanan kali ini, awalnya saya sendiri juga kurang percaya diri. "Bisakah saya memberikan ceramah?" "Bisakah saya berjalan dengan mantap seorang diri?" Saya sungguh tidak begitu percaya diri.


Namun, kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi telah memberi saya semangat yang sangat besar. Saya juga merasa bahwa berhubung waktu terus berlalu, selama ini telah terhimpun sekelompok besar Bodhisatwa yang sepenuh hati bersumbangsih bagi dunia dan demi misi Tzu Chi. Kalian telah mengikuti saya dalam waktu yang lama.

Saya hanya memiliki satu harapan, yaitu membuat ajaran Buddha bertahan untuk selamanya di dunia, membuka Jalan Bodhisatwa, dan membentangkan jalan yang rata. Jadi, kali ini saya bersikeras melakukan perjalanan ini. Saya ingin tahu apakah  silsilah Dharma Jing Si telah diwariskan.

Pada masa lalu, kita telah begitu sepenuh hati mendedikasikan diri demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Kita tak dapat menghitung berapa banyak orang yang telah kita tolong. Saya melihat bagaimana Bodhisatwa dunia mempraktikkan ajaran saya di komunitas. Saat mulai melangkah di Tzu Chi, kalian bertekad untuk bersumbangsih bagi dunia. Setiap langkah kalian adalah Dharma.


Yang kalian lakukan adalah membuka Jalan Bodhisatwa sedikit demi sedikit dengan tindakan nyata. Kalian telah menghabiskan banyak waktu untuk memperluas Jalan Bodhisatwa. Kalianlah yang telah melakukannya, saya hanya membimbing kalian dengan kata-kata. Kalian telah membentangkan jalan yang kukuh sesuai Dharma.

Semua orang sangat bersungguh hati dalam menaati prinsip Tzu Chi. Datang ke Taoyuan, saya selalu mendengar kisah sesama saudara se-Dharma saling memberi perhatian dan dukungan. Kalian harus menjaga yang lebih tua dan menginspirasi yang lebih muda. Kalian telah melakukannya. Antarsaudara se-Dharma saling memberi perhatian, itu membuat saya sangat tersentuh. Jadi, relawan Tzu Chi adalah Bodhisatwa yang penuh cinta kasih. Dengan cinta kasih berkesadaran ini, relawan Tzu Chi dapat bekerja sama untuk membantu orang yang menderita di dunia.

Dalam rangka Waisak, saya mendengar selain mengadakan upacara di komunitas, kalian juga memiliki mobil pemandian rupang Buddha yang berkeliling di komunitas selama 12 hari. Itu membuat orang-orang berkesempatan untuk menerima ajaran Buddha dan membantu mereka membuka pikiran mereka, serta melenyapkan noda batin.


Ini membantu orang-orang melihat jalan yang benar di dunia sehingga semua orang bisa hidup dengan pikiran yang jernih, tahu apa yang harus dilakukan, dan tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Saya juga mendengar kisah seorang relawan yang bernama A-cai. Selama puluhan tahun, dia telah bersusah payah demi putranya.

Putra saya tahun ini berusia 41 tahun. Sejak duduk di SMA dia sudah merokok. Sejak berkuliah, selain merokok, dia mulai minum minuman keras, berjudi, pergi ke klub malam, dan makan pinang. Dia makan pinang selama 20 tahun lebih.”

Untuk makan pinang, dalam sehari dia bisa menghabiskan uang di atas 1.000 dolar NT. Saya adalah mesin ATM baginya. Hingga tahun lalu, berdasarkan laporan patologi, dokter menyatakan bahwa dia menderita kanker mulut stadium akhir.

Sejak 1 April, mulai muncul luka di mulutnya. Dari pertengahan April hingga awal Mei, lukanya semakin besar hingga menyerupai wajah manusia. Saat itu saya berkata pada putra saya, ‘Sudah terlambat bagi kamu untuk berdamai dengan penyakitmu.’ ‘Kamu harus meminta maaf padanya.’ Saya pun menceritakan kisah Mahabhiksu Wu Da padanya.

Karma buruk yang tak ada habisnya sungguh sangat menakutkan. Saya berkata pada putra saya,Jika kamu tak meminta maaf padanya, ia tak akan melepaskan kamu.’ Rasa sakit putra saya setiap hari sungguh tak dapat kita bayangkan. Dengan suntikan morfin, obat penghilang rasa sakit, dan koyo anti nyeri, dia baru dapat tidur selama satu jam lebih. Setelah bangun, dia tetap merasa sakit. Kehidupannya begitu menderita.

Bagaimana mungkin saya tega menyalahkannya? Saya hanya berharap dia bisa pergi dengan damai. Saya merawat putra saya dengan tanpa keluh kesah. Saya melakukannya dengan ikhlas karena Master Cheng Yen mengajarkan kepada kita bahwa dengan keikhlasan, karma buruk terasa 20 persen lebih ringan. Dengan ikhlas menerima, baru bisa mengubah karma buruk masa lalu ke arah karma baik,” petikan wawancara Ding Ling Cai, relawan Tzu Chi.


A-cai menyokong putranya dari segi finansial dan merawat putranya saat menderita kanker. Dia sangat menderita selama setahun lebih. Saudara sekalian, tubuh kita tidaklah bersih. Begitu karma buruk berbuah, yang kita rasakan adalah penderitaan. Sesuai hukum sebab akibat, melakukan perbuatan baik akan mendatangkan berkah. Semua orang harus benar-benar bersungguh hati.

Sejak zaman Buddha, orang-orang telah diajarkan untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa. Namun, di zaman sekarang, apakah noda batin orang-orang sudah berkurang? Tidak. Karena itu, dunia tak kunjung damai. Kita bisa melihat masalah pengungsi, termasuk yang mengungsi akibat iklim. Mereka mengungsi karena perubahan iklim atau bencana akibat ulah manusia dan lain-lain.

Banyak orang yang menderita di dunia ini. Jadi, sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus memperkuat silsilah Dharma Jing Si, terus mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi kepada generasi lebih muda, serta memberikan pendampingan. Ini kita lakukan demi jiwa kebijaksanaan kita, demi anak cucu kita, dan demi dunia di masa depan. Kita melakukan pendampingan demi jiwa kebijaksanaan kita. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu dan janganlah kita berhenti menjalin jodoh baik.

Hidup tanpa pamrih sesuai Dharma

Mobil pemandian rupang Buddha berkeliling di komunitas

Buah karma buruk membawa penderitaan

Menjalin jodoh baik untuk meneruskan jiwa kebijaksanaan Buddha

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Lilie

Ditayangkan tanggal 11 Juli 2018
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -