Ceramah Master Cheng Yen: Menjernihkan Hati Manusia untuk Mengurangi Bencana

Kondisi iklim sekarang sungguh tidak selaras. Di seluruh dunia, negara yang dilanda bencana kebakaran dan banjir sudah tak terhitung.

Pada zaman Buddha hidup, Beliau sudah  mengingatkan kita bahwa pada masa depan, bencana kebakaran akan terjadi silih berganti. Kenyataannya, selama beberapa tahun ini kita dapat melihat bencana bertambah dari tahun ke tahun.

Di zaman sekarang ini, bencana terjadi silih berganti. Ketidakselarasan unsur air, unsur angin, unsur api, dan tanah telah mendatangkan berbagai bencana. Ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin telah menyebabkan bencana terjadi silih berganti. Bencana terjadi di berbagai negara. Ini sungguh mengkhawatirkan.

Di dalam Buddhisme, ada sebuah istilah “kalpa” yang berarti waktu yang sangat panjang. Kini kita berada di era kerusakan karena bencana terjadi silih berganti. Era ini akan berlangsung beberapa waktu karena banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia.

Selain bencana alam, bencana akibat ulah manusia juga sangat menakutkan. Ya, kini kita dapat melihat krisis pengungsi. Jumlah pengungsi tidak berkurang, malah semakin bertambah. Demi menyelamatkan diri, banyak pengungsi melakukan perjalanan laut. Kita sering mendengar berita tentang kapal yang terbalik dan tenggelam. Ada banyak berita tentang kecelakaan kapal yang terdengar. Mengapa para pengungsi harus terombang-ambing di atas laut?

 

Demi menyelamatkan diri dari bencana akibat ulah manusia. Mereka mencari tempat yang aman dan tidak ada peperangan. Meski sudah selamat dari perjalanan laut dan berhasil menginjak daratan, tetapi ke manakah mereka harus pergi?

Meski kaki sudah menginjak daratan, tetapi apakah negara tujuan mereka bersedia membuka pintu bagi mereka?

Bagi negara yang menghadapi banyaknya pengungsi, mereka harus menerima atau menolak?

Inilah dilema para organisasi kemanusiaan. Manusia membuat perbatasan sendiri pada Bumi Pertiwi ini dan mengklaimnya sebagai milik masing-masing. Antarnegara saling bertikai untuk merebut hak milik atas lahan orang lain. Akan tetapi, para warga negara di sana tidaklah bersalah. Akibat pertikaian itu, warga yang tidak bersalah harus kehilangan tempat tinggal dan selamanya berpisah dengan keluarga mereka.


Selain keluarga terpecah-belah, mereka yang masih hidup harus saling menjaga dan mengungsi untuk menyelamatkan diri. Untuk mencari tempat tinggal yang aman bukanlah hal yang mudah. Sungguh sulit. Kehidupan manusia penuh dengan penderitaan.

Kita harus bersyukur saat berada dalam kondisi aman dan tenteram. Kita harus bersyukur pada momen ini dan setiap saat. Kita juga harus bersyukur kepada semua orang. Dengan saling bersyukur maka kita akan tahu untuk saling mencurahkan cinta kasih. Kita harus bersyukur atas ketenteraman dan keamanan yang dimiliki saat ini. Kita juga harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun tekad guna membantu sesama.

Generasi muda harus membangun tekad untuk bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia karena kelak masyarakat dan dunia ini akan menjadi milik anak muda, bukan milik generasi orang tua. Apakah kondisi masyarakat kelak akan aman dan tenteram? Apakah kelak kondisi iklim akan seimbang?

Semua itu bergantung pada generasi muda sekarang. Mereka harus memandang lebih jauh untuk menjaga bumi ini dengan baik. Karena itu, setiap orang harus tahu untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Konsep pelestarian lingkungan bukan ada sejak dahulu. Konsep ini terbentuk dari pola pikir setiap orang. Orang-orang memiliki kebiasaan konsumtif dan membuang plastik. Plastik-plastik yang dibuang itu telah mendatangkan kerusakan besar bagi bumi.


Selain bencana alam dan bencana akibat ulah manusia yang menyebabkan banyak orang terpaksa mengungsi, sesungguhnya warga di kota metropolitan juga menghadapi masalah sampah. Masalah sampah menimbulkan pencemaran udara, bau tidak sedap, dan lain-lain. Semua ini sangat mengkhawatirkan.

Anak muda zaman sekarang semakin tidak tahan karena timbunan sampah semakin banyak. Banyak orang zaman sekarang yang sudah mengetahui pentingnya hidup sederhana, mengurangi volume sampah, dan melakukan daur ulang. Namun, biaya produksi bahan daur ulang sangatlah tinggi. Tingginya biaya produksi menyebabkan harga barang semakin tinggi. Orang yang berada terus menciptakan sampah, sedangkan orang yang hidupnya kekurangan akan semakin sulit.

Singkat kata, bagaimanakah kondisi dunia ini kelak?

Para anak muda sungguh harus membangkitkan kesadaran. Setiap orang harus melakukan tindakan nyata. Janganlah kita terus membuang sampah hingga memenuhi sungai. Tanpa perlu menumpang perahu, orang sudah bisa menyeberang sungai dengan berjalan kaki. Ini sungguh menakutkan. Begitu turun hujan, arus air akan membawa sampah-sampah itu ke laut. Karena itu, kita bisa melihat bahwa kini laut penuh dengan sampah. Ini adalah lingkaran yang buruk.

Kita semua harus meningkatkan kesadaran dan bersungguh hati. Jika menanam benih buruk, maka kita jugalah menerima konsekuensinya. Jadi, kita semua harus memiliki pandangan dan arah yang sama. Sungguh, menjernihkan hati manusia dan melakukan pelestarian lingkungan sangatlah penting.

Bencana alam dan ulah manusia mendatangkan banyak penderitaan
Timbunan sampah mendatangkan kerusakan bagi bumi
Membangkitkan kesadaran untuk melakukan pelestarian lingkungan
Memanfaatkan kesempatan untuk bersyukur dan bersumbangsih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 1 September 2019
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -