Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Korban Bencana yang Kelaparan dan Menderita

“Kami tinggal di desa ini dan tidak bisa menyeberangi jembatan. Semua orang terjebak di sini tanpa makanan,” ujar Anggota IFRC.

“Kami hidup di atap. Kami tidak punya makanan dan sangat lapar. Kami juga tidak bisa pergi ke mana-mana karena semuanya telah hancur,” curahan hati salah seorang korban bencana di Beira.

“Di salah satu sekolah yang saya kunjungi, setengahnya masih terendam banjir. Di sana, hanya terdapat 15 ruang kelas untuk 3.000 orang dan hanya ada enam toilet yang bisa digunakan,” kata anggota Dokter Lintas Batas.

 

“Banyak orang berkumpul di satu tempat dapat mengakibatkan timbulnya penyakit. Lansia dan anak-anak sangatlah rentan,” laporan insan Tzu Chi Zimbabwe.

“Perlahan-lahan, akan ada semakin banyak orang yang terserang diare, gangguan pernapasan, dan penyakit kulit. Kini kebersihan adalah masalah terbesar. Ini dapat memengaruhi kesehatan,” laporan insan Tzu Chi Mozambik.

Tiga negara di Afrika terkena dampak bencana serius akibat terjangan siklon. Banyak orang yang terancam kelaparan dan terus berjuang dari waktu ke waktu demi bertahan hidup. Penderitaan mereka tak terkira. Bagaimana kita menolong mereka? Berapa jumlah korban bencana dan barang bantuan yang dibutuhkan? Bagaimana kondisi di sana sekarang? Barang seperti apa yang bisa dikirimkan ke lokasi bencana?

 

Di ketiga negara itu, insan Tzu Chi telah melakukan analisis dan memberikan laporan. Saat melakukan telekonferensi, waktu di Taiwan hampir senja, sedangkan waktu di Afrika sekitar tengah hari dan waktu di AS ialah dini hari. Berkat kecanggihan teknologi, kita bisa memanfaatkan internet untuk saling bertatap muka dan saling berbagi informasi.

Kita bisa mendengar dan melihat betapa parahnya kondisi bencana di Mozambik sekarang. Para korban bencana sangat menderita dan sedih. Para orang dewasa hanya bisa berdiri di tengah tumpukan puing dan memandangi rumah mereka yang telah hancur. Mereka berdiri di sana dan tidak tahu bagaimana membangun kembali rumah mereka. Meski sudah berada di tempat penampungan, tetapi kebersihan di sana tidaklah baik.

 

Kondisi tempat tinggal mereka juga kurang nyaman. Ada yang mendirikan tenda agar orang-orang memiliki tempat tinggal. Di sana, pemerintah hanya bisa menyediakan makanan sekali dalam sehari. Apa yang mereka makan?

“Berapa banyak makanan yang didapatkan oleh orang-orang di ruang kelas ini?”

“Hanya segelas kacang.”

“Ini makan siang atau makan malam?”

“Hanya makan siang. Di sini tidak ada makan malam.”

Mereka menggunakan kacang itu untuk memasak sup dengan banyak air sehingga sangat encer. Sup dari segelas kacang itu dikonsumsi oleh 44 orang untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Di tempat penampungan itu, mereka hanya bisa makan sekali dalam sehari. Bagaimana dengan anak-anak? Setelah siklon berlalu, anak-anak mengkhawatirkan pelajaran mereka. Buku-buku mereka basah karena terendam banjir. Mereka lalu mencari buku-buku mereka dan menjemurnya di bawah sinar matahari.

 

Anak-anak membuka setiap buku mereka untuk menjemurnya hingga kering agar mereka bisa kembali belajar. Saya sungguh tidak tega mendengarnya. Orang yang tertimpa bencana sungguh menderita. Saya sangat berharap ada orang yang dapat menolong mereka agar mereka dapat bertahan hidup. Para korban bencana sangat membutuhkan bantuan. Orang yang ingin menyalurkan bantuan telah bersusah payah menempuh perjalanan untuk menjangkau lokasi bencana.

Selama belasan hari ini, relawan kita telah menanggung banyak kesulitan. Ada pula relawan yang sedang sakit, tetapi tetap melangkah maju. Mereka sangat bekerja keras. Saya juga merasa tidak tega. Kini, penyakit mulai mewabah di sana. Apa yang harus kita lakukan? Saya tidak bisa mendeskripsikan kekhawatiran di dalam hati saya. Bagaimana kita mengatasi berbagai kesulitan? Bagaimana kita mengirimkan barang bantuan dengan cepat ke sana? Bagaimana relawan kita masuk ke lokasi bencana dengan lancar dan kembali dengan selamat? Semua ini merupakan tantangan besar.

 

Tzu Chi Taiwan akan membantu insan Tzu Chi di Afrika dengan mengirimkan barang bantuan. Korban bencana membutuhkan barang kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian, makanan, dan berbagai kebutuhan lainnya. Selain itu, juga ada masalah kebersihan dan kurangnya obat-obatan. Apa langkah lanjutan yang harus kita ambil di Malawi? Insan Tzu Chi di Zimbabwe telah melaporkan kondisi di sana dan masih banyak yang harus dilakukan untuk menolong korban bencana.

Begitu pula di Mozambik. Setelah melakukan survei dan berusaha mencari jalan, Setelah melakukan survei dan berusaha mencari jalan, kini kita telah menemukan rute untuk mengirimkan barang bantuan. Orang-orang dari negara lain yang berniat dan berkemampuan untuk menolong juga mulai muncul untuk berkontribusi. Meski menganut agama yang berbeda, warga Afrika Selatan yang memiliki kekuatan besar  bersedia membantu kita mengirimkan barang bantuan. Penyaluran bantuan kali ini sungguh sangat sulit. Semoga insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat membangun tekad untuk turut mengerahkan hati dan tenaga.

  

Semua orang di seluruh dunia hidup di kolong langit yang sama. Saya berharap setiap orang dapat membangun tekad yang sama untuk bersumbangsih bagi korban bencana di Afrika yang tertimpa bencana besar kali ini. Semoga lewat penyaluran bantuan kali ini, kita bisa menjangkau warga Afrika dan membantu mereka memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Saya berharap semua orang di seluruh dunia dapat mencurahkan perhatian dan membawa secercah harapan bagi mereka. Inilah harapan terbesar saya.

 

Bencana alam mendatangkan kelaparan dan penderitaan

Mengkhawatirkan masa depan korban bencana yang kekurangan makanan

Penyaluran bantuan bencana mengalami berbagai kesulitan

Berdoa dengan tulus semoga korban bencana bisa melihat secercah harapan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 31 Maret 2019

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -