Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Semua Makhluk Tanpa Rasa Takut

“Setelah sesi ramah tamah pada pelatihan 4 in 1 tahun lalu, relawan dari Johor Bahru berlutut di hadapan Master dan berikrar untuk sepenuh hati terjun ke masyarakat guna menggalang jutaan Bodhisatwa. Master sekali lagi mengatakan bahwa ini adalah gerakan seluruh dunia. Setiap relawan harus ikut serta dan mengingat wejangan Master,” Relawan Tzu Chi Johor Bahru, Malaysia, Wu Xiu-xiang, berbagi pengalaman.

“Semua orang terjun ke masyarakat dan belajar untuk menghadapi orang banyak serta berbagi tentang kegiatan Tzu Chi. Untuk menggalang 3 juta donatur, kami menghabiskan waktu dua malam untuk berkeliling di rumah susun berlantai 5. Kakak Ming-zhu mulanya hanya memiliki empat belas donatur, kini bertambah hingga 30-an donatur. Kakak Xiao-wei menggunakan lima malam untuk berkeliling di komunitasnya. Dia jadi kembali bersemangat,” kata Wu Xiu-xiang.

“Donaturnya dari tidak ada kini bertambah hingga 60-an orang. Berkat jalinan jodoh penggalangan tiga juta donatur ini, relawan tiba di rumah susun tempat tinggal seorang penerima bantuan Tzu Chi. Ibunya setiap malam mendampingi relawan untuk berkeliling dari rumah ke rumah. Dari sini, kami juga menemukan empat kasus stroke dan mengatur tim medis TIMA untuk datang memeriksa dan mengajari keluarga mereka untuk membantu melakukan terapi. Semoga pada tengah tahun kedua tahun ini, kita dapat terus menyosialisasikan gerakan ini. Seiring dengan Delapan Jejak Dharma, semoga kami dapat mengajak lebih banyak relawan dan membangkitkan lebih banyak cinta kasih. Semoga para murid Jing Si di Malaysia dapat segera merealisasi tiga juta donatur dan tujuan menyucikan hati manusia. Terima kasih,” Relawan Tzu Chi Penang, Malaysia, Xie Wei-xiang, berbagi pengalaman.


Lihatlah insan Tzu Chi Malaysia. Mereka berusaha menggalang 3 juta Bodhisatwa. Ini bukan demi uang. Semoga di Malaysia bertambah 3 juta orang yang bukan hanya mendengar dan melihat tentang Tzu Chi, tetapi juga bergabung dengan Tzu Chi. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka akan memahami tujuan hidup.

Perjalanan Tzu Chi sudah setengah abad. Perjalanan menuju setengah abad kedua memerlukan kita semua untuk teguh membuka dan membentangkan jalan. Untuk mencapai satu abad atau seratus tahun, jalan harus dibentangkan dengan baik agar ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi. Kita harus bekerja keras.

Selama lima puluh tahun ini, saya berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Demi semua makhluk, kita telah mengembangkan Empat Misi Tzu Chi dengan mantap selama empat puluhan tahun. Baik misi amal, kesehatan, pendidikan, maupun budaya humanis, kita sudah merampungkan perangkat kerasnya. Selanjutnya, kita harus mewariskan ajaran atau silsilah Dharma.


Intinya, kita harus mewariskan silsilah Dharma ini dengan teguh. Saat membabarkan Dharma, saya berharap semua murid saya dapat mempraktikkan Dharma ini. Dalam interaksi antarmanusia, kita harus saling membantu dan mengembangkan praktik Bodhisatwa. Karena itu, saya menekankan Enam Paramita.

Enam Paramita harus diwujudkan ke dalam berbagai praktik karena semua makhluk memiliki sifat, tabiat, dan pandangan masing-masing. Buddha memberi ajaran sesuai kondisi dengan mengamati sifat si pendengar, zaman, dan kebutuhan. Buddha mengajar sesuai dengan zaman, kemampuan pendengar, dan kebutuhan agar kita semua dapat sungguh-sungguh menolong semua makhluk dari penderitaan.

Bodhisatwa sekalian, kalian yang duduk di sini memiliki kehidupan yang baik bagai di surga. Saya berharap kalian semua dapat melampaui ini dan menjadi Bodhisatwa dunia. Untuk itu, kalian harus bertekad dan berikrar. Waktu tidak akan menunggu orang. Sebelum melakukan perjalanan kali ini, saya harus sangat berusaha untuk menghimpun energi setiap hari.


Bersyukur saya masih memiliki energi. Tentu, saya juga sering mengatakan terima kasih kepada insan Tzu Chi Malaysia yang menambah energi saya. Benar, saya mendengar para murid saya dapat mengembangkan potensi sebagai Bodhisatwa dunia dan membimbing orang-orang di tempat yang gelap.

Cinta kasih Bodhisatwa mampu melunakkan orang-orang yang keras. Warga lokal dan warga Tionghoa tidak berani masuk ke daerah itu. Menurut berita di surat kabar, di daerah itu tingkat kriminalitas sangat tinggi. Daerah itu disebut "daerah hitam". Artinya, banyak orang di sana yang membawa senjata dan menggunakan narkoba. Pengedaran narkoba, perkelahian, dan penyelundupan banyak terjadi di daerah itu.

“Beberapa polisi yang bertemu kami berkata, "Kalian berani sekali. Warga Tionghoa berani datang ke tempat ini? Kalian pulang saja." Kami lalu berkata kepada polisi, "Maaf, kami datang membawa cinta kasih. Guru kami mengatakan bahwa tempat yang paling gelap dan dingin adalah tempat yang harus kami datangi. Kami tidak takut,” ujar Mei Bao-lian, relawan Tzu Chi.


Sungguh, saya pun merasa para relawan memiliki semangat misi yang besar. Kedatangan para Bodhisatwa ini membuat semua orang tersentuh. Tak lama kemudian, "daerah hitam" ini berubah menjadi daerah yang terang. Dahulu, anak-anak di sana suka berjudi. Kini, mereka mengenakan pakaian seragam dengan sangat rapi dan pergi ke sekolah. Mereka bisa membaca Kata Renungan Jing Si. Mereka sangat patuh.

Melihat para murid saya melakukan hal ini, energi saya pun bertambah. Ternyata murid-murid saya begitu tekun dan bersemangat. Jika demikian, bagaimana boleh saya tidak berusaha mengumpulkan energi? Kali ini kalian datang untuk mengikuti pelatihan. Jadi, saya harus mengumpulkan energi.

Saya sangat berusaha. Sebelum berangkat, selama beberapa hari saya terus berusaha memulihkan energi. Setiap hari saya bersyukur pada hari itu saya masih memiliki energi untuk berbicara. Begitu pula keesokan harinya. Saya bersyukur setiap hari energi saya lebih besar dari hari sebelumnya. Beberapa hari ini saya selalu bersyukur hingga perjalanan dimulai.


Bodhisatwa sekalian, saya sendiri harus mengumpulkan energi. Semua ini hanya demi menghargai jalinan jodoh di antara kita dan demi mewariskan silsilah Dharma Jing Si serta demi tegaknya mazhab Tzu Chi. Hanya ini yang saya pikiran. Jadi, saya harus mengumpulkan energi. Saya harus terus berjuang keras. Semoga kalian menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Saya bertahan hidup bukan demi apa-apa, hanya demi bertumbuhnya jiwa kebijaksanaan murid-murid saya. Dengan demikian, barulah tujuan kehidupan saya terpenuhi dan kehidupan kalian menjadi bermakna. Waktu sungguh tidak menunggu orang. Usia kehidupan juga tidak akan bertambah. Jadi, saya harus berjuang lebih keras.

Saya juga berharap semua orang mengubah kehidupan awam menjadi jiwa kebijaksanaan. Untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita harus menggenggam waktu saat ini dan memanfaatkan kehidupan kita.


Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Kini, 50 tahun usia dapat disimpan dalam "bank usia" sehingga kita dapat muda kembali. Begitu pula, kalian yang muda harus memanfaatkan masa muda untuk berlatih dengan tekun dan bersemangat. Saya mendoakan kalian semua.

Membentangkan jalan kehidupan yang positif

Mempraktikkan Enam Paramita di Jalan Bodhisatwa

Menolong semua makhluk tanpa rasa takut

Memanfaatkan kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 1 Juli 2018
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -