Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Sesama dengan Cinta Kasih Berkesinambungan

Hari ini pada 21 tahun yang lalu (2 Februari 1995), terjadi ledakan di Banqiao, New Taipei City akibat kebocoran gas. Ditambah lagi, hari itu merupakan hari ketiga Tahun Baru Imlek sehingga pagi-pagi sudah ada banyak orang yang membakar kertas sembahyang. Akibatnya, terjadilah ledakan gas yang menghancurkan 119 unit rumah dan membuat 570 warga kehilangan tempat tinggal. Saat terjadi kecelakaan berskala besar seperti itu, kita bisa melihat insan Tzu Chi segera bergerak untuk memberikan bantuan. Berhubung anggota komite kita, Li Xiu-qing, tinggal di dekat lokasi ledakan, kita pun segera membentuk pusat pelayanan darurat di rumahnya.

“Pada hari ketiga Tahun Baru Imlek, kami tidak dapat berbelanja karena tidak ada yang berdagang. Jadi, kami membawa bahan pangan seadanya dari kulkas masing-masing ke sini,” ucap Zheng Qing-hui, relawan Tzu Chi.

“Ledakan gas terjadi sekitar pukul tujuh pagi. Sebelum pukul 09.30 pagi, kami sudah menyediakan makanan hangat di sini. Kami pergi ke berbagai tempat untuk mengundang warga yang terkena dampak bencana dan belum makan untuk datang ke sini menyantap makanan hangat yang kami sediakan,” ujar You Li Xiu-qing Relawan Tzu Chi.

Menyediakan makanan dan minuman dengan segera bagi orang yang membutuhkan sudah kita lakukan sejak saat itu. Ini sungguh membuat orang sangat tersentuh. Kekuatan cinta kasih para anggota komite sudah dibangkitkan sejak saat itu. Kita bisa melihat cinta kasih yang tak terbatas dan jalinan kasih sayang yang tak berujung. Meski perjalanan ini sudah sangat lama, tetapi mereka tetap memiliki hati yang tulus. Cinta kasih dan jalinan kasih sayang mereka tetap tidak berubah hingga kini.Dahulu, mereka dapat segera memberikan bantuan. Kini, mereka tetap dapat melakukannya. 

Kini, kita berada pada musim dingin dan Tahun Baru Imlek sudah hampir tiba. Kita bisa melihat di berbagai wilayah, baik di Taiwan maupun di luar Taiwan, relawan kita merayakan Tahun Baru Imlek bersama para lansia yang hidup sebatang kara dan keluarga kurang mampu dengan membagikan barang bantuan dan mengadakan acara makan bersama bagi mereka. Setiap relawan di setiap wilayah berusaha semampu mereka untuk meningkatkan kualitas acara makan bersama ini.

Meski acara makan bersama diadakan di tempat yang sederhana di Griya Jing Si, tetapi semua orang merasa sangat gembira karena dapat berkumpul sebagai satu keluarga. Kemarin, Dinas Kesehatan Hualien mengirimkan dua kendaraan ke sini untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Ini merupakan kebijakan pemerintah yang penuh cinta kasih demi menjaga kesehatan setiap orang.

Kemarin, saat berkeliling, saya melihat banyak orang yang datang bersama seluruh anggota keluarga mereka. Ada orang yang memiliki 6 hingga 7 orang anak, seperti deretan nada do re mi sol. Memiliki begitu banyak anak, suasana pasti sangat ramai. Namun, membesarkan anak tidak semudah melahirkan anak. Melihat pemandangan seperti itu, saya sangat bersyukur ada begitu banyak relawan yang begitu memperhatikan dan memahami kondisi setiap keluarga. Mei-yue memperkenalkan tiga orang anak dari satu keluarga penerima bantuan kepada saya. Salah satu di antara mereka telah menerima bantuan kita selama belasan tahun dan akan segera lulus dari perguruan tinggi. Sejak ayah mereka terkena kanker pada belasan tahun yang lalu, insan Tzu Chi terus mendampingi mereka hingga kini.

Melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dan menerima pendidikan yang sangat baik, sang ayah berkata bahwa beruntung, ada insan Tzu Chi yang memperhatikan mereka selama belasan tahun. Sungguh, saya juga berpikir demikian. Beruntung, anak-anak itu juga sangat patuh. Mereka merupakan tunas baru yang sedang dibina. Setelah lulus, mereka dapat bersumbangsih bagi masyarakat.

Kita juga melihat sepasang kakak-beradik yang sangat tidak berdaya. Sang ibu telah meninggal dunia dan meninggalkan tiga putri. Putri bungsu menderita lumpuh otak bawaan. Kedua kakaknyalah yang merawatnya.

Kedua kakak beradik ini dapat mengemban tanggung jawab seperti ini, ini juga sangat mengagumkan.

Kemarin, saat berkeliling, saya melihat banyak penderitaan hidup, seperti kemiskinan, penyakit, dan keterbatasan fisik. Hanya berjalan satu keliling saja, sudah melihat begitu banyak penderitaan hidup. Saya juga melihat sekelompok Bodhisatwa cilik yang menuangkan celengan bambu. Saat saya berkeliling, mereka datang dengan membawa celengan bambu. Meski tidak membawa uang, saya tetap berusaha membantu mereka. Saya bertanya kepada orang-orang yang berada di samping apakah mereka membawa uang untuk diberikan kepada anak-anak itu atau tidak. Anak-anak itu terus mengikuti saya hingga ke depan pintu. Ternyata, mereka bukan ingin menggalang dana, melainkan ingin saya menerima celengan bambu mereka. Sekelompok anak itu sungguh menggemaskan.

Dengan adanya orang-orang seperti ini, barulah dunia bisa penuh kehangatan. Belakangan ini, saya melihat sekelompok anak muda yang bergabung ke dalam barisan relawan dan membantu membersihkan rumah lansia bersama para insan Tzu Chi.

“Kalian tetap datang meski turun hujan. Saya sangat bersyukur,” ujar Kakek Jiang merasa tersentuh. 

“Pertama, daya ingat saya sudah menurun. Kedua, saya sudah lanjut usia. Saya menggunakan lutut buatan sehingga tidak dapat berjongkok. Cinta kasih Tzu Chi sangat banyak. Saya berterima kasih kepada kalian semua,” ujar nenek Lin.

“Kalian sudah bekerja keras.Kami tinggal di seberang rumahnya. Setiap tahun, aroma tidak sedap mengundang banyak lalat dan nyamuk. Kami sudah bersabar sangat lama dan hampir tidak tahan,” ujar salah seorang tetangga yang kebetulan mampir dan menyapa relawan.

Setelah melakukan kegiatan bersih-bersih, para muda-mudi yangmembantu mulai menyadari betapa lelahnya ibu yang setiap hari harus merapikan rumah. “Usai mengikuti kegiatan ini, saya sangat ingin berterima kasih kepada orang tua saya yang telah memberi saya lingkungan yang baik,” terang Li Yi-ming Mahasiswa Akademi Kepolisian Taiwan.

“Setelah pulang ke rumah, saya akan berinisiatif membantu merapikan rumah,” ucap Lin Wei-ting ,Mahasiswa Universitas Teknologi Ming Chi.

“Saya merasa bahwa ibu saya sangat hebat. Ibu, setelah pulang, saya akan membantu membersihkan rumah.Saya tidak akan bermalas-malasan,” pungkas Lai Zi-ying, Mahasiswi Universitas Ming Chuan .

Inilah para Bodhisatwa muda mudi yang dibimbing oleh para insan Tzu Chi. Usai membantu membersihkan rumah lansia, sekelompok anak muda yang menggemaskan ini berkata bahwa setelah membersihkan rumah, mereka baru tahu bahwa ibu mereka sangat hebat. Untuk menjaga dapur hingga begitu bersih, ibu mereka telah sangat bekerja keras. Setelah pulang, mereka akan membantu ibu mereka. Lihatlah, ini juga termasuk pendidikan batin masyarakat. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati untuk mengembangkan kekuatan cinta kasih.

Segera memberikan bantuan di kala dibutuhkan dengan kasih sayang yang tulus

Acara makan bersama membawa kehangatan

Bertekad merawat sang adik dengan kasih sayang yang mendalam

Mengajak anak muda bersumbangsih dan mewariskan cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 04 Februari 2016

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -