Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan dan Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan dari Kehidupan ke Kehidupan


Kita sungguh penuh berkah. Berkat kecanggihan teknologi, kemarin relawan di empat puluhan negara dan wilayah mengikuti telekonferensi secara bersamaan. Insan Tzu Chi mengikuti acara secara daring sesuai waktu setempat, baik pada pagi, sore, maupun malam hari. Mereka terus berbagi pengalaman masing-masing. Jadi, insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat bergabung dan mendengarkan sesuai waktu setempat. Selain itu, Asosiasi Guru Tzu Chi dan Tzu Ching telah berdiri selama 30 tahun.

Para anggota berbagi pengalaman masing-masing pada peringatan ulang tahun ke-30 ini. Meski muda mudi Tzu Ching ini sudah lulus, mereka masih berbagi kepada para adik kelas. Mereka yang berseragam abu-abu adalah para alumni. Meski ada yang sudah menjadi guru atau dosen, mereka tetap kembali untuk berbagi. Begitu pula dengan para guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi.

Kemarin, saya mendengar banyak kisah yang menarik, bermutu, dan bernilai. Meski mereka berbagi pengalaman mengajar di Tzu Chi pada 30 tahun yang lalu, kita tetap terharu mendengarnya. Sekarang, mereka kembali untuk mengikuti pelatihan. Dalam acara itu, mereka dibagi ke dalam berbagai kelompok untuk berbagi kebijaksanaan bersama para bhiksuni Griya Jing Si.


Setiap bhiksuni berbagi dan memberi bimbingan sesuai kondisi dan karakter masing-masing orang. Para bhiksuni berbagi pengalaman melatih diri, sedangkan para guru dan peserta lainnya dapat mengajukan pertanyaan. Mereka saling berinteraksi dan berbagi kesan. Saya merasa ini adalah hal yang baik. Saya bisa berdiri di barisan belakang dan menjadi pendengar Dharma. Dahulu, saya yang membabarkan Dharma. Sekarang, saya punya waktu seharian untuk mendengar apa yang mereka katakan.

Para bhiksuni berbagi pengalaman hidup mereka dan apa yang telah mereka dengar, seperti apa yang saya katakan, apa yang mereka dengar, apa yang mereka simak dari Sutra, dan bagian mana dari Sutra yang mengena bagi mereka. Para bhiksuni membagikannya kepada para peserta. Dipikir-pikir, kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan profesi dan asosiasi yang berbeda-beda.

Dua tahun ini, karena pengaruh pandemi, saya terus berkata bahwa kita harus menjaga jarak. Namun, kita juga harus menjaga hubungan agar tetap langgeng seperti biasa. Para Bodhisatwa di Nantou sangat mengagumkan. Mereka saling mengingatkan untuk membuka aplikasi telekonferensi.


“Kelas bedah buku akan dimulai. Cepatlah kita semua bergabung dalam telekonferensi. Cantik, nyalakan kamera videonya.
Sekarang, tekan tombol ‘es krim’ dan pengeras suara,” kata Xu Ya-xiu relawan Tzu Chi.

“Apakah kalian bisa melihat saya?” tanya Zhang Su-yun relawan Tzu Chi.

“Videonya sudah kelihatan atau belum? Kelasnya sudah mau dimulai. Apakah semuanya sudah siap?” tanya Xu Zhen relawan Tzu Chi.

“Apa kabar, semuanya? Kita sudah berada dalam jaringan,” kata Huang Feng-zhu relawan Tzu Chi.

“Apa arti ‘es krim’ yang dimaksud?” tanya salah seorang relawan Tzu Chi.

“Tombol mikrofon itu mirip bentuk es krim. Mereka tidak terlalu mengerti. Jadi, kami selalu mengatakan untuk menekan tombol ‘es krim’,” jawab relawan lainnya.

“Setelah diberi petunjuk, baru kami bisa menekan tombolnya,” kata Zhang Su-yun relawan Tzu Chi.

“Kami belajar dari nol sampai bisa tanpa harus membayar. Anak muda juga sabar menghadapi kami yang banyak bertanya,” kata Huang Feng-zhu relawan Tzu Chi.

“Insan Tzu Chi selalu saling mendampingi. Mereka mendampingi kami dalam banyak hal. Sekarang, kelas bedah buku digelar secara daring. Kami yang lebih muda juga harus mendampingi mereka,” kata Xu Ya-xiu relawan Tzu Chi.

Itu disebut tombol "es krim". Sangat masuk akal. Saat api di dalam hati berkobar-kobar, sudah waktunya kita memakan es krim. Saat hati terasa sejuk, kita merasa senang. Prinsipnya sama. Saya sangat terharu karena telah belajar sesuatu hari ini.


Saya juga telah melihat semangat relawan Malaysia. Setiap kali mendengar dan melihat mereka, saya sangat terharu. Saya sangat bersyukur karena mereka menyerap Dharma ke dalam hati. Itu memberi saya kekuatan dan menjadi lebih percaya diri untuk membabarkan ajaran Buddha dengan memanfaatkan waktu yang ada. Meski tahu bahwa itu adalah ajaran Buddha, tetapi cara penyampaiannya dapat disesuaikan dengan berbagai keadaan.

Kita hendaknya menyemangati orang-orang dan memberi bimbingan sesuai kondisi mereka. Alangkah baiknya jika mereka bisa menerima. Itu bagaikan seseorang yang bersedia menyalakan lilin di dalam ruang gelap. Ketika kita bersedia menyalakan sebatang lilin ini, berarti kita telah membangkitkan potensi kehidupan kita.

Meski kehidupan kita terus berjalan seiring berlalunya waktu, tetapi kita telah mempergunakannya secara bernilai. Kita memanfaatkan waktu saat ini untuk mengukir nilai kehidupan. Meski waktu terus berlalu, nilai kehidupan dan jiwa kebijaksanaan terus bertumbuh dan bersifat abadi. Meski kehidupan terus berjalan, benih kebijaksanaan selalu ada.

Dari kehidupan ke kehidupan, kesadaran dan pengalaman kita akan terus bertumbuh dan terakumulasi. Melihat mereka memanfaatkan kehidupan dengan baik, saya sangat kagum dan bersyukur. Jalinan jodoh ini akan kita lanjutkan dari kehidupan ke kehidupan.

Membabarkan ajaran Buddha sesuai kondisi dan karakter penerima
Mempraktikkan Dharma guna menyejukkan pikiran
Menyalakan pelita untuk menerangi ruang gelap
Menumbuhkan dan meneruskan jiwa kebijaksanaan dari kehidupan ke kehidupan   

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 10 Agustus 2022
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -