Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan dari Waktu ke Waktu

Kita harus menghargai berkah. Kondisi India sekarang tidak jauh berbeda dengan zaman Buddha hidup. Kita bisa melihat penderitaan. Lewat cara Buddha bertapa di Hutan Uruvilva, kita bisa mengetahui kesungguhan hati, kekhawatiran, dan perhatian Buddha terhadap dunia ini. Buddha bersungguh hati melatih diri untuk memahami prinsip kebenaran dan kondisi dunia. Lewat pelatihan diri, Buddha menyadari hubungan dunia ini dengan prinsip kebenaran sehingga sifat hakiki-Nya menyatu dengan alam semesta dan Beliau mencapai pencerahan.

Buddha ingin berbagi banyak kebenaran, tetapi sulit bagi semua makhluk untuk memahaminya. Namun, ada satu kondisi yang bisa dilihat dan dipahami oleh semua orang. Apa itu? Pertama kali membabarkan Dharma, apa yang Buddha katakan?(Empat Kebenaran Mulia) Benar. Kebenaran terkandung dalam hal kecil. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati.


Dharma sangat menakjubkan dan luas, tetapi yang sungguh-sungguh memahami dan bisa mempraktikkannya tidak banyak. Jika kalian tidak bergabung dengan Tzu Chi, seluas apa lingkaran sosial kalian? Mungkin terbatas pada keluarga kecil. Kalian mungkin hanya hidup demi keluarga, anak, dan karier masing-masing. Setelah anak kalian dewasa, apa yang akan kalian lakukan? Saat anak kalian sudah berkeluarga dan sukses dalam kariernya, apa lagi yang akan kalian lakukan? Hidup kalian akan terbatas dalam lingkaran keluarga kecil. Demikianlah kehidupan manusia.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, Tzu Chi sungguh telah memperkaya hidup kita. Di ladang pelatihan di Hsinchu ini, saya melihat ketekunan dan semangat kalian. Kalian saling membantu dan menyemangati. Sudah berapa lama Tzu Chi ada di Hsinchu? Sudah lebih dari 30 tahun. Kalian juga memiliki banyak mitra. Dahulu, saya terkadang melakukan kunjungan dadakan ke Hsinchu. Begitu masuk, saya melihat relawan kita melakukan daur ulang, menulis kaligrafi, dan menyiapkan makanan yang harum.


Mereka tidak tahu saya akan berkunjung. Saya diam-diam mengelilingi bangunan dari samping. Mungkin kini masih ada banyak relawan yang tidak tahu tentang kunjungan saya kali itu. Sungguh, apa yang saya lihat saat itu membuat saya sangat tenang. Karena itulah, saya sangat menantikan ladang pelatihan baru di Hsinchu.

Saat saya berkunjung, kantor kita masih pabrik tua. Tempatnya sangat luas, tetapi kurang cemerlang. Setelah diam-diam berkeliling dan melihat ketekunan para relawan, saya pun berpikir untuk mencemerlangkan tempat ini. Saya sepenuhnya percaya pada murid-murid saya. Tanpa hati yang tulus, kalian tidak akan bisa mengikuti langkah saya selama lebih dari 30 tahun. Dengan keteguhan tekad ini, kini kalian harus lebih tekun merekrut Bodhisatwa dunia.

Saya menaruh harapan pada Hsinchu karena Hsinchu adalah kawasan sains dan seharusnya merupakan tempat yang penuh dengan insan berbakat. Asalkan ada tekad, kalian pasti bisa merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kalian harus lebih tekun dan bersemangat. Seiring berlalunya waktu, dunia mengalami perubahan dan manusia juga terus menua. Tidak peduli “bank usia” dibentuk atau tidak, seiring bertambahnya usia, semua orang akan berpikir untuk pensiun.


Selain pensiun dari profesi, kalian mungkin juga ingin pensiun dari misi Tzu Chi. Inilah yang paling saya khawatirkan. Kalian boleh pensiun dari pekerjaan atau bisnis kalian, tetapi jangan biarkan tekad pelatihan kalian mundur. Kalian bekerja demi biaya hidup. Saat kelangsungan hidup keluarga kalian sudah terjamin, sesungguhnya kalian tak perlu khawatir lagi.

Lain halnya dengan jiwa kebijaksanaan. Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan bergantung pada diri sendiri. Dari bisnis atau pekerjaan kalian, kalian seharusnya sudah memiliki tabungan yang lebih dari cukup. Anak-anak kalian pun sudah dewasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Jadi, kalian tidak perlu khawatir tentang biaya hidup karena ada anak cucu kalian yang bisa menanggungnya. Kalian mungkin juga memiliki tabungan.


Namun, lain halnya dengan jiwa kebijaksanaan. Untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita harus berusaha sendiri. Jiwa kebijaksanaan harus ditumbuhkan dari kehidupan ke kehidupan. Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan di kehidupan ini saja tidaklah cukup. Jika sudah cukup, kita akan mencapai pencerahan. Namun, dengan menilik diri sendiri, kita tahu bahwa kita semua masih manusia awam. Kita belum cukup menumbuhkan jiwa kebijaksanaan di kehidupan ini.

Jika kita berhenti sekarang dan tekad pelatihan kita mundur, kekuatan karma buruk akan meningkat. Setiap hari, kita mengikis berkah dan pikiran kita bergejolak sehingga menimbulkan semakin banyak kegelapan batin dan karma buruk. Jika kita berhenti melatih diri dan berhenti menciptakan berkah, maka jiwa kebijaksanaan kita akan terluka. Buddha juga mengingatkan kita untuk menjaga pikiran.


Kita setiap hari mendengar dan menyebarkan Dharma. Jika tidak tekun dan bersemangat, kita mungkin saja salah mendengar sehingga menyebarkan Dharma yang salah pula. Untuk menghindarinya, kita harus sepenuh hati mendengar Dharma. Ini demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita harus menyerap Dharma dan menggenggam waktu. Setelah mendengar Dharma, kita juga harus mempraktikkannya. Dharma tidak lepas dari praktik nyata. Kita mendengar Dharma untuk mempraktikkannya dalam menghadapi semua orang dan hal. Jadi, kita harus terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Lebih bersungguh hati mempraktikkan kebenaran dalam segala hal

Tekun dan bersemangat merekrut Bodhisatwa dunia

Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dari waktu ke waktu

Mendengar, menyebarkan, dan mempraktikkan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 27 Mei 2018

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -