Ceramah Master Cheng Yen: Menunjukkan Dharma dan Memberi Penghiburan dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

“Saat kereta kedua datang, saya melihat para relawan kita yang mengenakan seragam biru putih masuk untuk memindahkan kantong jenazah. Mereka bekerja sama untuk memindahkan kantong jenazah dari kereta. Jenazah yang dipindahkan berlumuran darah. Namun, kami pergi ke sana untuk memberi penghiburan. Karena itu, kami harus tegar,” kata Chen Mu-xiang relawan Tzu Chi.

“Hari itu, sekitar pukul dua siang di Stasiun Xincheng, kami melafalkan nama Buddha selama lebih dari dua jam. Awalnya pemindahan jenazah lebih cepat, tetapi semakin lama semakin lambat. Itu menunjukkan bahwa jenazah-jenazah yang dipindahkan belakangan tidak utuh. Hati saya benar-benar hancur saat itu,” kata Cai Yue-gui relawan Tzu Chi.

Saya mendengar para relawan kita saling berbagi tentang kesedihan mereka beberapa hari ini. Kita turut merasakan rasa sakit para korban. Melihat penderitaan orang-orang, kita turut merasa sedih. Inilah perasaan senasib dan sepenanggungan.

Kini kalian pun telah merasakan berbagai perasaan yang muncul seketika. Ini membuktikan ajaran Buddha tentang ketidakkekalan, penderitaan, kekosongan, dan Empat Kebenaran Mulia. Kita harus mengamati bahwa tubuh ini tidak bersih, perasaan membawa derita, pikiran tidaklah kekal, dan segala fenomena adalah tanpa inti.

 

Seiring berlalunya waktu, kesedihan di dalam hati kita juga harus berlalu. Jangan sampai waktu berlalu, tetapi kesedihan tetap tersimpan di dalam hati. Pada saat seperti ini, kita harus mempraktikkan Dharma. Apa yang disebut ketidakkekalan? Kita harus memahami dengan jelas bahwa pikiran tidaklah kekal. Jika kita tidak mempraktikkan Dharma, kesedihan ini akan selalu membayangi hati kita.

Jangan biarkan kesedihan ini berdiam di dalam hati kita. Jangan menyimpannya di dalam hati. Kita harus menghalau kesedihan ini dan segera mempraktikkan Dharma. Ajaran Buddha bertujuan untuk menyadarkan kita.

Sebelumnya, saya membabarkan Dharma dan orang-orang mendengarkan. Namun, apakah mereka mengingatnya di dalam hati? Berapa banyak yang telah dilupakan? Setelah kecelakaan kali ini, setiap orang hendaklah mengingat kembali Dharma yang telah dilupakan. Semua prinsip kebenaran adalah permata. Kini saya selalu berkata bahwa kita harus bersyukur atas kehidupan kita yang bernilai.

Saat berinteraksi dengan keluarga penumpang, kita harus menghibur mereka dengan harapan mereka dapat melepas semua kesedihan dan emosi mereka. Kita harus memberi pendampingan dan dukungan yang penuh kehangatan. Contohnya saya. Mengapa saya mengundang kalian ke sini hari ini? Pertama, agar saya bisa melihat kalian semua. 


Meski kini penglihatan saya sangat kabur, tetapi setidaknya, saya bisa menghibur kalian. Penghiburan ini tidak berwujud dan saya tidak bisa memberikannya satu per satu. Akan tetapi, saya ingin berkata pada kalian bahwa kalian telah bersumbangsih semampu kalian.

Kesedihan hendaknya berlalu seiring berlalunya detik demi detik. Kita juga harus berusaha untuk mengubah penderitaan menjadi sukacita. Mengapa saya menyebutnya sukacita? Karena dengan adanya Dharma, kita bisa dipenuhi sukacita yang nyata. Ini disebut sukacita dalam Dharma.

Saya sering berkata bahwa kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih karena sesuai hukum alam, usia kehidupan kita terus berkurang. Lahir, tua, sakit, dan mati merupakan bagian dari hukum alam. Karena itu, kita harus menghargai jalinan jodoh di antara kita. Kecelakaan kali ini mendatangkan pelajaran besar bagi kita.

Selain itu, kita juga merasakan bahwa Dharma adalah kebenaran sejati, bukan ilusi. Bisa dikatakan bahwa kecelakaan kali ini membawa sukacita dalam Dharma bagi kita. Kita merasakan dukacita dan sukacita. Dukacita dirasakan dalam beberapa hari pertama, tetapi setelah terjun untuk bersumbangsih, kita hendaknya juga merasakan sukacita dalam Dharma.


Jadi, kita hendaknya mendoakan diri sendiri dan bersyukur pada diri sendiri karena telah bergabung dengan Tzu Chi sehingga bisa bersumbangsih seperti ini.

Kita turut bersumbangsih semampu kita demi korban kecelakaan kali ini. Jadi, kita harus berkata pada diri sendiri bahwa kita telah berusaha semampu kita. Kita juga hendaknya bersyukur diri sendiri bisa memperoleh Dharma di ladang pelatihan yang nyata.

Ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan yang diajarkan oleh Buddha merupakan ladang pelatihan bagi kita. Setiap orang menunjukkan welas asih dan kebijaksanaan hakiki yang setara dengan Buddha.

Dalam menjalankan misi amal, kita memang sering melihat penderitaan. Karena itulah, kita harus senantiasa mengembangkan kebijaksanaan. Jadi, welas asih harus digunakan dalam keseharian, tetapi pada kondisi darurat, kebijaksanaan harus diutamakan. Dengan kebijaksanaan, kita akan tetap tenang sehingga dapat melihat dengan jelas bantuan apa yang harus segera diberikan dan bantuan tambahan apa yang harus disediakan. Inilah keberanian agung dari kebijaksanaan.

Jadi, kita harus memiliki welas asih agung dan keberanian agung dari kebijaksanaan. Keberanian ini berasal dari kebijaksanaan. Kita tidak bertindak secara membabi buta, melainkan dengan kepala dingin dan penuh tanggung jawab.

 

“Master berkata bahwa dengan menjadi relawan, kita akan semakin lama semakin tegar; dengan berpartisipasi dalam kegiatan, jiwa kebijaksanaan dan keberanian kita akan terus bertumbuh. Mengenai kecelakaan kali ini, saya yakin setiap orang pasti mereka sedih dan tidak tega. Saya merasa bahwa ajaran Master cukup bagi kita untuk menghadapi kecelakaan ini. Saat satu kaki melangkah, kaki lain harus mengikuti. Masih ada banyak hal yang harus kita lakukan. Jadi, kita harus memulihkan kondisi batin kita dalam waktu sesingkat mungkin untuk melanjutkan perjalanan kita,” kata Chen Mu-xiang relawan Tzu Chi.

Para relawan kita berbagi perasaan mereka. Kita juga mendapatkan pelajaran besar yang sangat nyata. Jadi, kita harus mendorong diri sendiri untuk tekun melatih diri. Kita harus menghubungkan nilai kehidupan kita dengan waktu.

Seiring berlalunya satu detik, usia kehidupan kita juga berkurang satu detik. Jadi, waktu tidak kekal dan semu.

Begitu pula dengan kehidupan manusia. Tidak peduli kita tidak melakukan apa-apa ataupun bersumbangsih, waktu tetap terus berlalu. Meski waktu sama-sama berlalu, tetapi nilai kehidupan yang diciptakan berbeda. Jika kita tidak melakukan apa-apa, kehidupan kita akan sia-sia. Namun, jika kita bersumbangsih, kehidupan kita akan bernilai.

Mengobati kesedihan yang timbul karena perasaan senasib dan sepenanggungan
Menghargai jalinan jodoh dan menghibur dengan welas asih dan kebijaksanaan
Berpegang teguh pada Empat Landasan Perenungan untuk berbuat baik
Memetik pelajaran besar dari kecelakaan dan tekun melatih diri

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 09 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 April 2021
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -