Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Berkah dan Menghargai Jalinan Jodoh untuk Membimbing Semua Makhluk
Mengenai rangkaian Pemberkahan Akhir Tahun kali ini, saya sangat bersyukur masih bisa keluar untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang. Saya sangat sukacita. Kehidupan tidaklah kekal. Saya tidak tahu apakah saya masih bisa datang ke sini tahun depan untuk menjalin jodoh baik dengan kalian. Saya tidak tahu. (Pasti bisa.) Saya juga berharap demikian. Karena itu, hendaklah kita saling menghargai.
Selama beberapa tahun ini, saya sangat mengkhawatirkan tanah kelahiran Buddha. Banyak orang yang hidup kekurangan di sana. Saat relawan kita mengunjungi desa-desa di sana, saya melihat saat hendak masuk ke satu rumah, mereka harus membungkukkan badan, baru bisa masuk. Di dalam, yang terlihat hanyalah empat sisi dinding yang terbuat dari jerami seadanya sebagai pembatas. Itu tidak bisa melindungi orang dari angin dan hujan. Atap rumah penuh dengan lubang dan di dalamnya tidak ada apa-apa.
Saudara sekalian, bayangkanlah kondisi rumah masing-masing. Ada orang yang sering berkeluh kesah, "Rumah saya kalah jauh dari rumah orang-orang." Di Nepal, terdapat banyak rumah yang kondisinya seperti yang saya deskripsikan tadi. Dibandingkan dengan mereka, kita sangatlah beruntung. Saya merasa bahwa di tengah kondisi seperti ini, dibutuhkan orang yang bisa menginspirasi orang-orang dan bertekad untuk menyalurkan bantuan.


Hendaklah semua orang menghimpun cinta kasih dan kekuatan untuk menyalurkan bantuan. Saya selalu berharap dapat membenahi pendidikan di sana. Kita harus membantu mereka menjalani kehidupan yang stabil dan membimbing mereka agar dapat berdiri di atas kaki sendiri. Kita juga mengajari mereka untuk mengurus keluarga dan bekerja. Apakah pekerjaan yang bisa mereka lakukan di sana?
Kita memberikan bantuan pada mereka dan memberi tahu mereka bahwa kondisi kehidupan manusia bergantung pada kerja keras, bukan takdir. Kita mengajari mereka untuk berjuang. Jadi, kita mengajari mereka dari dasar. Ini membutuhkan kesabaran. Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Namun, kita segera bergerak untuk melakukan hal yang benar.
Di Nepal, kita telah menyediakan mesin jahit dan mengajari warga setempat secara langsung, seperti bagaimana memegang gunting, bagaimana membuat pola, bagaimana mengguntingnya, dan bagaimana menjahit. Awalnya, relawan kita bersusah payah mengajari mereka. Para relawan kita sangatlah sabar.


Demi memperbaiki kondisi di Nepal, kita memulainya dari pendidikan. Sebelumnya, mereka tidak memiliki kualitas dan budaya hidup seperti ini. Kita berbagi pemikiran kita dengan warga setempat dan mengajari mereka agar dapat memulai hidup baru. Kita bersungguh hati memberikan edukasi sehingga kondisi pendidikan di seluruh desa menjadi sangat indah.
Para guru juga mempelajari cara untuk mendidik anak-anak. Kita telah membawa nilai budaya humanis dan pendidikan Tzu Chi ke sana. Di tanah kelahiran Buddha, inilah poin utama yang ingin insan Tzu Chi wujudkan. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya berharap dalam waktu dekat, harapan untuk memperbaiki kehidupan di Nepal dapat terwujud.
Saudara sekalian, kini para relawan kita telah menjangkau tanah kelahiran Buddha. Mulai sekarang, kita harus menyebarkan kembali Dharma yang benar di tanah kelahiran Buddha. Sesungguhnya, lebih dari 2.000 tahun yang lalu, di tanah kelahiran-Nya, Buddha mencapai pencerahan dan membimbing orang-orang untuk menapaki jalan kebenaran.


“Kami berikrar untuk selamanya mengingat silsilah Dharma dan mazhab Tzu Chi; berpegang pada hati Buddha dan tekad Guru serta meyakini, menerima, dan mempraktikkan ajaran; menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk hingga selamanya.”
Terima kasih. Dengan cinta kasih, kalian melipatgandakan kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Saya sungguh sangat bersyukur. Tanpa dedikasi kalian selama ini, bagaimana mungkin Tzu Chi bisa memiliki ketulusan, keindahan, dan keagungan seperti sekarang? Semua ini berkat adanya kerja sama yang harmonis antarmanusia.
Saat ini, insan Tzu Chi di seluruh dunia berhimpun dengan kesatuan hati dan tekad untuk bersumbangsih bagi dunia. Setiap insan Tzu Chi di berbagai negara bersumbangsih bagi warga setempat. Semuanya menjalankan hal yang sama, yaitu "Tzu Chi". Kita berbelas kasih terhadap semua makhluk dan menciptakan berkah bagi dunia. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian semua adalah Bodhisatwa. Menjadi Bodhisatwa harus dimulai dari diri sendiri.
Bodhisatwa sekalian, semoga dunia bisa terbebas dari bencana, semua orang bisa hidup tenteram, dan cuaca bisa bersahabat. Dengan hati yang lebih tulus lagi, saya berdoa semoga setiap orang menuju arah yang baik dan lebih bersungguh hati dalam bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia. Sebagai insan Tzu Chi, inilah tujuan terpenting kita menapaki Jalan Tzu Chi di dunia.
Bodhisatwa sekalian, arah tujuan kita harus benar, niat dan pikiran kita pun harus benar. Janganlah kita melupakan ajaran Sutra Makna Tanpa Batas. Tadi, kalian telah menunjukkan ketulusan kalian lewat gerakan yang indah dan rapi. Ini adalah cara yang baik untuk menunjukkan kebajikan dan keindahan. Dunia yang penuh cinta kasih adalah yang terindah.
Saya sungguh bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian. Jangan melupakan pementasan kalian hari ini. Hendaklah kalian menghimpun kekuatan cinta kasih dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari berkah dan menghargai jalinan jodoh untuk membimbing semua makhluk
Bersumbangsih secara nyata dengan penuh kesabaran
Membenahi pendidikan di tanah kelahiran Buddha
Ketulusan, keindahan, dan kebajikan mendatangkan berkah
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 Desember 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 07 Desember 2025







Sitemap