Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Kebenaran lewat Belajar dan Menjalin Jodoh Dharma


“Untuk Pemberkahan Akhir Tahun, kami ingin menampilkan gambar Master menuangkan isi celengan bambu. Saat itu, saya berpikir bahwa itu bagaikan Master tengah menuangkan air. Air itu adalah air Dharma. Jika kami dapat menggunakan air yang asli dan menampilkan sesuatu dalam proses penuangan air, itu akan bagaikan kekosongan sejati dan eksistensi ajaib yang diajarkan oleh Buddha,”
kata Li Pei-shu, relawan Tzu Chi.

“Kami berharap dapat menampilkan ‘belajar’ dan ‘sadar’ yang Master ajarkan. Selain itu, kami juga berharap dapat menampilkan basuhan air Dharma, keselarasan bumi, dan segala sesuatu yang murni tanpa noda,” pungkas Li Pei-shu.

“Dengan hati penuh rasa sukacita, saya berpartisipasi dalam produksi perlengkapan acara kali ini. Produksi perlengkapan acara kali ini menghabiskan waktu sekitar 60 hari. Kita belajar hingga bisa melihat dan sadar. Setiap kali muncul ide yang bagus, kita berpikir, ‘Dengan berbuat demikian, hasilnya akan seperti ini.’ Akan tetapi, saat hasilnya tidak sesuai bayangan, rasa frustrasi dan kecewa akan terus bertambah,” kata Chen Yan-xiang, relawan Tzu Chi.

“Namun, mohon Master tenang. Murid-murid Jing Si tidak gentar menghadapi kesulitan dan pasti akan bersiteguh hingga akhir. Adakalanya, kami mendongak untuk melihat RS Tzu Chi dan memikirkan bagaimana prosesnya dari tidak ada hingga ada,” pungkas Chen Yan-xiang.

“Semut kecil ini melambangkan Bodhisatwa cilik kita. Di punggung setiap ekor semut, terdapat aksara ‘belajar’. Mereka menapaki Jalan Bodhisatwa dan berikrar bersama pada usia dini untuk menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk,” kata Kakak Chen Li-fen, relawan Tzu Chi.

Kalian ingin mempersembahkannya kepada siapa?

“Kakek Guru.”

Apakah kalian gembira?/ Ya.

Semua ini kalian buat sendiri?/ Benar.

“Apakah semut-semut kecil ini kalian tempel sendiri?/ Benar.

Baik, semuanya "benar". Kalian membuatnya dengan sepenuh hati dan sukacita. Lakukan saja hal yang benar, benar tidak?/ Benar.


Benar lagi. Baiklah, kalian harus lebih tekun belajar, ya. Generasi kita tengah menyebarkan Dharma. Lihatlah "belajar" dan "sadar" ini. Kalian menampilkan aksara "belajar" dan "sadar" dalam bentuk tiga dimensi. Saat saya membahasnya, aksara "belajar" dan "sadar" ini akan muncul. Setelah itu, saya akan membahas lebih lanjut tentang apa yang harus dipelajari dan menganalisisnya satu per satu.

Orang-orang yang belum mendengar ajaran ini kini memiliki jalinan jodoh untuk mendengarnya. Orang-orang yang sudah pernah mendengarnya pun dapat menggenggam waktu sekarang untuk membagikannya kepada teman-teman kalian. Dari aksara "sadar", yang terpenting adalah bagian ini. Setelah mempelajari sesuatu, kita harus mempraktikkannya, baru bisa benar-benar memahaminya, melihat kebenaran, dan mencapai pencerahan.

Dengan belajar dan melihat kebenaran, barulah kita bisa tercerahkan. Setelah diri sendiri tercerahkan, kita juga harus mencerahkan orang lain. Kita dapat mendengar kisah orang lain. Orang lain berbagi dengan kita tentang bagaimana dahulu mereka melakukan kesalahan. Kita mendengar kisah mereka dan mencatatnya menjadi sejarah.

Masa lalu setiap orang adalah sejarah. Kita dapat mencari tahu lebih banyak tentang orang-orang. Jangan biarkan otak kita tertidur. Kita hendaknya menjaganya agar tetap sadar. Dengan demikian, kita akan selalu mengingat bagaimana orang lain tersesat dan bagaimana kita tersadarkan. Kita juga pernah tersesat sepertinya, tetapi telah tersadarkan. Jadi, kita bisa berbagi masa lalu kita atau membagikan kisah orang lain dengannya untuk membawa manfaat baginya. Jadi, kita mencerahkan diri sendiri dan orang lain.

Kita harus menggenggam waktu yang ada. Saat ini, saya harus menguras energi untuk berbicara. Belakangan ini, saya sering berkata demikian. Sungguh, saya tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Jika kata-kata saya bermanfaat bagi kalian, itu adalah pencapaian bagi saya karena saya telah memberikan ajaran sesuai kebutuhan semua makhluk, dunia, dan umat manusia.


Semua makhluk mencakup manusia. "Ajaran Master ini sesuai dengan kapasitas saya. Saya telah tersadarkan." Jika tahu bahwa ada yang mengerti dan menyerap ajaran saya, saya akan merasa bahwa saya menyadarkan satu orang lagi. Metode saya ini telah menyadarkannya. Jadi, saya akan berkata pada diri sendiri, "Saya menjalin jodoh Dharma lagi." Kita harus menginventarisasi jalinan jodoh kita.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa segala pencapaian membutuhkan jalinan jodoh. Saat saya memberikan ajaran yang sesuai kapasitas kalian dan kalian bisa menerimanya, berarti kita menjalin jodoh Dharma. Saya menjalin jodoh Dharma lagi. Demikianlah jalinan jodoh terakumulasi. Bagaimana kita membimbing semua makhluk secara luas? Dengan mengakumulasi jalinan jodoh. Saya yakin bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, kalian juga berharap dapat lebih banyak menjalin jodoh baik. Saya juga berharap kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.

Untuk generasi-generasi mendatang, kalian harus menyerap ajaran saya ke dalam hati. Kita bisa berhimpun sekarang berkat jalinan jodoh dari masa lampau. Masa mendatang yang kita bahas di masa lalu adalah masa kini. Masa mendatang yang kita bahas sekarang masih ada di masa mendatang. Di kehidupan sekarang, kita telah bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap. Kini, kita tengah menapakinya. Apakah kita terus berhenti dalam menapaki jalan ini?

Orang-orang yang berjalan bersama kita dan di depan kita terus menjalin jodoh dengan orang lain. Bagaimana dengan kita? Apakah kita terus melangkah? Berapa banyak lagi jalinan jodoh yang kita miliki untuk kembali memperoleh pencapaian dan menjalin jodoh yang lebih dalam dan luas di masa mendatang? Hendaklah kita sering memikirkan hal ini. Dengan demikian, kita tidak akan berhenti. Kita bisa memotivasi diri sendiri dengan berpikir, "Saya masih bisa menjalin jodoh dengan tetangga dan orang-orang di sekitar saya."


Ukurlah kekuatan diri sendiri. Jika masih mampu bergerak, ajaklah teman-teman kita untuk bersumbangsih bersama. Seiring berjalannya waktu, kita akan bersyukur pada diri sendiri yang telah keluar untuk bertemu dengan orang-orang, mendengar kisah orang lain, atau membagikan kisah diri sendiri sehingga orang lain dapat tersenyum, bangkit kembali, dan bersedia bergabung dengan kita. Kita harus membawa lebih banyak manfaat.

"Belajar" dan "sadar" bukan hanya bisa ditampilkan di Hualien. Kini, kita telah berhasil melakukannya dan orang-orang bisa belajar dari kita. Inilah yang disebut "belajar". Kita menjalin jodoh dengan mereka sehingga mereka pulang dengan hati penuh Dharma. Jika bisa, mereka pun akan menyebarkan dan mengajarkan apa yang mereka pelajari ke seluruh dunia.

Di sini, kita bisa kembali mengembangkan cara lain untuk menginspirasi orang-orang, mengembangkan kebijaksanaan, dan menjalin jodoh Dharma secara luas. Jika bisa demikian, kita dapat mewariskan Dharma dari generasi ke generasi dan menjalin jodoh Dharma secara luas.

Membimbing orang-orang sesuai kapasitas masing-masing
Belajar dan tersadarkan dengan merenung dan mempraktikkan
Beralih dari kesesatan ke kesadaran setelah bertemu mitra bajik
Menjalin jodoh Dharma dari kehidupan ke kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 09 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 11 Juni 2025
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -