Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Kekuatan Karma

Lihatlah anak muda ini. Dia bergabung dengan geng sejak berusia 15 tahun. Dia juga mengonsumsi narkoba sehingga melukai hati orang tuanya. Pada usia 35 tahun, dia telah menghabiskan 8 tahun keluar masuk lapas berulang kali. Dia ingin memulai hidup baru, tetapi kekuatan karma yang tak berwujud kembali menariknya ke jalan yang salah.

Berhubung tidak bisa menahan diri dari perbuatan salah, dia akhirnya masuk lapas lagi. Di dalam lapas, dia sangat menderita dan tidak bebas. Saat keluar dari lapas, dia ingin memperbaiki diri, tetapi tidak bisa melakukannya sehingga masuk lapas lagi. Kekuatan karma yang diciptakannya berada di luar kendalinya sehingga dia berulang kali masuk lapas. Dia telah menyia-nyiakan banyak waktu dalam hidupnya. Orang tua dan saudaranya hampir menyerah padanya.

“Anda sungguh harus bersyukur kepada Kakak Qing-quan penyelamat pertama dalam hidup Anda. Saat tidak bisa bertemu dengannya, Anda menulis surat untuk kakak sepupu Anda ini dan bertanya apakah Tzu Chi akan menerima Anda. Apa yang menyentuh hati Anda sehingga Anda ingin bergabung dengan Tzu Chi?,” tanya seorang relawan Tzu Chi. 

“Banyak sekali. Para relawan Tzu Chi datang ke lapas. Setiap kali datang ke lapas, insan Tzu Chi menghabiskan lebih dari dua jam untuk membimbing para narapidana. Interaksi kami cukup baik. Setiap kali melihat relawan Tzu Chi, saya teringat akan kakak sepupu saya. Saya terus berpikir sesungguhnya apa yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi. Saya ingin mengetahuinya. Setelah mengetahuinya, saya ingin bergabung, tetapi takut ditolak. Kebetulan, saat itu saya bertemu dengan seorang relawan yang berusia sekitar 60-an tahun. Kata-katanya menyadarkan saya. Dia dan putrinya memperoleh gelar doctor secara bersamaan. Dia berkata, “Saya yang begitu tua saja bisa. Apakah kalian yang masih begitu muda tak bisa? Saya yang sudah lanjut usia saja bisa menggapai cita-cita saya. Kalian tentu juga bisa. Kata- katanya itulah yang membuat saya menulis surat ini,” ujar Zeng Zhi-long.

Setiap kali, insan Tzu Chi menghabiskan dua jam di lapas untuk berbagi pengalaman dengan narapidana. Relawan kita berbagi bagaimana Tzu Chi bersumbangsih di seluruh dunia, bagaimana orang kurang mampu turut bersumbangsih bagi sesama, dan bagaimana mantan narapidana memperbaiki diri setelah keluar dari lapas. Inilah cara insan Tzu Chi membimbing mereka. Para relawan kita menghimpun kekuatan dan menggunakan Dharma untuk membimbing mereka kembali ke jalan yang benar dan membuka pintu hati mereka. Kita bukan hanya membimbing mereka meninggalkan lapas, tetapi juga membuka pintu hati mereka.

“Saya menyadari bahwa saya harus memulai hidup baru. Sampah adalah sesuatu yang kotor. Namun, Tzu Chi mengumpulkan dan mendaurulangnya untuk membuat barang baru. Begitu pula dengan saya. Sebelumnya, saya tidak berani memberi tahu orang-orang bahwa saya adalah mantan narapidana. Setelah melakukan daur ulang, saya baru memahami kebenaran-kebenaran ini,” Zeng Zhi-long menambahkan.

“A-long melakukannya dengan baik. Saya merasa sangat tenang. Ada Dharma yang membimbingnya menapaki jalan kebenaran. Meski demikian, dia juga harus bersungguh hati. Jika tidak, dia tidak akan bisa memulai hidup baru meski memiliki kesempatan. Namun, saya tidak perlu khawatir akan dirinya,”kata relawan Tzu Chi, Zeng Qing-quan.

Dahulu setiap orang mencelanya, tetapi kini, setiap orang memujinya. Dia juga bisa membawa manfaat bagi orang lain. Keluarganya memainkan wayang potehi secara turun-temurun. Kini dia juga meneruskannya dan mengajarkannya pada anak-anak muda. Anak-anak muda itu memanggilnya guru. Dia juga pergi ke lapas bersama insan Tzu Chi untuk berbagi pengalamannya.

Jadi, setiap orang memiliki potensi terpendam. Kita bisa menggunakan berbagai cara untuk membimbing orang-orang memperbaiki diri dan membebaskan diri dari penderitaan. Singkat kata, semua orang bisa berubah. Yang terpenting adalah memiliki tekad untuk berubah. Jika diri sendiri tidak memiliki tekad dan hanya bergantung pada orang lain, maka perubahan itu tidak akan bertahan lama. Jadi, selain dibantu orang lain, kita juga harus membantu diri sendiri.

Hidup di dunia ini, kita tidak bisa menghindari bencana alam karena ditimbulkan oleh karma kolektif semua makhluk. Karma satu orang bisa dihadapi sendiri. Saat ada yang membantu, kita bisa lebih cepat membebaskan diri. Namun, lain halnya dengan bencana alam yang ditimbulkan oleh karma kolektif.

Kita bisa melihat berita tentang terbentuknya Topan Malou yang bergerak menuju Jepang. Bayangkanlah, sejak akhir bulan Juli atau awal bulan Agustus, hanya dalam waktu sebulan lebih, Jepang telah diterjang enam topan. Terjangan topan secara beruntun ini telah memecahkan rekor. Terjangan topan secara beruntun ini diakibatkan oleh perubahan iklim yang ekstrem. Ini sungguh membuat orang tidak tega melihatnya.

Karena itu, kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Kekuatan alam berada di luar kendali manusia. Meski demikian, kita bisa menghindari karma buruk dengan hidup disiplin. Jangan berbuat jahat dan lakukanlah segala kebajikan. Ini sangatlah penting karena segala sesuatu berawal dari pikiran.

Kita juga melihat di Filipina, ada orang yang mengalami keterbatasan fisik, yakni tidak memiliki kedua telapak tangan. Namun, dia memiliki bakat melukis. Dia melukis di tepi jalan. Baik lukisan pemandangan, tokoh, maupun reklame, semuanya bisa dilukis olehnya. Namun, dua tahun belakangan ini, dia terkena katarak sehingga penglihatannya perlahan-lahan memburuk. Karena itu, kelangsungan hidupnya terganggu.

Beruntung, ada insan Tzu Chi yang segera membantunya menjalani operasi katarak. Akhirnya, penglihatannya pulih kembali.

“Saya ingin memberikan lukisan ini kepada Master Cheng Yen. Inilah cara saya berterima kasih. Tanpa Tzu Chi, penglihatan saya tidak akan pulih kembali. Kelak, saya akan melukis potret Master di atas kanvas,” kata Florante seorang pelukis

Lihatlah, meski tangannya tidak sempurna, tetapi dia bisa melukis lukisan yang bagus. Potensinya sungguh mengagumkan. Tanpa anggota gerak yang lengkap, dia tetap memiliki hidup yang cemerlang. Jadi, tidak ada hal yang mustahil, kecuali kita tenggelam di tengah kegelapan batin dan menciptakan karma buruk. Intinya, setiap orang memiliki kebijaksanaan yang setara dengan Buddha dan potensi terpendam.

Mantan narapidana menyucikan hati dan mengubah tabiat buruk

Berbagi pengalaman untuk membimbing narapidana

Menyadari pengaruh kekuatan karma

Pelukis jalanan mengembangkan potensi kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 September 2016

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -