Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Ketidakkekalan dan Melatih Diri dengan Tulus dan Tekun


“Apartemen tempat tinggal saya telah runtuh. Saya sangat berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang telah berkunjung empat atau lima kali ke kontrakan saya untuk memperhatikan saya. Hari ini, saya datang mengikuti acara ini dengan hati penuh rasa syukur,”
kata Wu Yong-he warga.

“Hari ini, kita berkumpul di sini dengan harapan dapat menghimpun cinta kasih semua orang guna menghadapi bencana kali ini dan kembali pada kehidupan normal kita,” kata Hsiung Shih-min wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.

“Mari kita mengangkat lentera batin kita setinggi alis dan menggunakan hati tertulus untuk berdoa. Semoga warga kita dapat segera melewati bencana kali ini,” kata De Jian Bhiksuni Griya Jing Si.

Waktu berlalu dengan cepat. Kehidupan tidak kekal, bumi pun terus mengalami perubahan. Bodhisatwa sekalian, dalam melatih diri, kita hendaknya senantiasa mengingat ketidakkekalan. Kita semua telah mengalami ketidakkekalan hidup. Buddha datang ke dunia dan membabarkan kebenaran tentang penderitaan, sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan. Benar, kehidupan memang penuh penderitaan.

Selain itu, segala sesuatu di dunia ini mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Inilah fase yang dialami oleh materi. Bagaimana dengan tubuh kita? Tubuh mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Tiada yang abadi di dunia ini. Yang berbeda hanyalah durasi mereka bertahan.


“Kami menghancurkan tembok-tembok yang runtuh. Berhubung mesin tidak bisa masuk ke sini, kami harus menghancurkannya secara manual dan mengangkutnya keluar,”
kata He Wan-chun relawan Tzu Chi.

“Balok di sini dikuatkan dengan tripleks, tetapi retak setelah gempa. Kami memakunya kembali, merapikannya, dan mengecatnya kembali,” kata Cai Zhong-he relawan Tzu Chi.

“Jika mengerjakannya sendiri, butuh banyak waktu. Pascagempa, pekerja konstruksi, teknisi listrik, dan tukang leding sangat sibuk,” kata Bapak Shi warga.

“Hari ini, kami membantu keluarga-keluarga yang memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas atau anak-anak yang menderita autisme. Di tengah lingkungan yang berantakan, mereka akan lebih gelisah. Seandainya kami berada di posisi mereka, kami juga berharap ada orang yang dapat segera membantu kami mengatasi masalah ini,” kata Li Pei-shu relawan Tzu Chi.

“Tembok ini mengalami tekanan diagonal, bukan vertikal ataupun horizontal. Kami harus membongkar permukaan tembok untuk memeriksa kondisi dalamnya, baru tahu ia bisa diperbaiki atau tidak,” pungkas Li Pei-shu.


Dalam hidup ini, segala materi mengalami pembentukan. Setelah materi ini terbentuk, ia akan berlangsung selama beberapa waktu. Seiring waktu, ia akan menua hingga mengalami kerusakan. Setelah rusak, ia pun hancur. Inilah perubahan yang dialami materi. Bagaimana dengan manusia?

Bayi yang baru lahir sangatlah menggemaskan. Setiap bayi merupakan dambaan orang tuanya. Bayi yang baru lahir membuat semua orang sukacita. Namun, sebelum momen sukacita ini datang, sang ibu harus menderita terlebih dahulu, baru bisa melahirkan bayinya. Inilah penderitaan. Setelah bayi ini lahir, dia perlahan-lahan bertumbuh.

Saat masih kecil, anak-anak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya. Seiring bertambahnya usia, mereka mulai memiliki nafsu keinginan dan akan menangis sekeras-kerasnya saat tidak memperoleh makanan atau barang yang mereka inginkan.

Sifat hakiki setiap orang ialah bajik. Namun, karena adanya ketamakan, kegelapan batin akan terbangkitkan dan terus terakumulasi. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, manusia terus mengakumulasi kegelapan batin dan tabiat buruk. Inilah sebab penderitaan.


“Akibat gempa bumi, bangunan runtuh dan warga terluka. Melihat kondisi di sana, kami turut merasa sedih. Yang bisa kami lakukan di sini hanyalah berdonasi sesuai kemampuan kami dan berdoa semoga warga yang terdampak bencana dapat segera melewati bencana kali ini,”
kata Daw Thu Sari Kepala Sekolah Biara Kaymaryama.

“Dengan memberikan bantuan saat orang lain membutuhkan, kita akan dipenuhi berkah di kehidupan sekarang dan mendatang. Saya juga menggalang dana dari umat yang berkunjung ke vihara hari ini dan mengajak mereka untuk berbuat baik bersama Tzu Chi dan berdoa semoga semua orang aman dan tenteram,” kata Ashin Nada Wunta Kepala biara.

Dari lahir hingga tua, kita terus mengakumulasi karma baik dan buruk lewat perbuatan kita. Dalam hidup ini, tubuh kita terus mengalami perubahan seiring waktu. Jadi, tubuh mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati.

Beberapa hari ini, gempa susulan terus terjadi. Selang waktunya sudah cukup lama dari gempa utama. Para ilmuwan berkata bahwa bumi tengah melakukan penyesuaian dan belum stabil. Kita harus tetap waspada karena dalam satu hingga dua bulan ke depan, gempa susulan mungkin akan terus terjadi.


Dari pagi hari hingga kini, kalian semua pasti juga merasakan guncangan gempa. Namun, saya mendengar kalian melantunkan Sutra dengan tenang. Sejak kita memulai kebaktian pagi di aula utama, gempa susulan telah terjadi beberapa kali, tetapi kalian tetap melantunkan Sutra dengan tenang. Suara kalian dalam melantunkan Sutra tetap sama seperti biasanya. Saya sangat kagum pada kalian. Jadi, kita harus memiliki hati yang tenang.

Dalam melatih diri, kita harus menjaga ketenangan hati. Namun, kita juga harus tetap meningkatkan kewaspadaan dan bertobat. Akibat karma buruk kolektif semua makhluk, banyak bencana alam yang terjadi.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa langit, bumi, dan manusia memiliki energi masing-masing. Manusia terus mengakumulasi energi negatif. Langit menandakan waktu dan bumi adalah tempat tinggal kita. Saat karma buruk kolektif semua makhluk berbuah, bencana pun terjadi. Ini adalah prinsip kebenaran yang harus kita pahami.

Kita juga harus memahami bahwa prinsip kebenaran ini berasal dari hukum sebab akibat. Karena itu, kita hendaknya menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran kita. Kita harus mengingatkan diri sendiri untuk melakukan segala kebajikan dan menghindari semua kejahatan. Inilah yang paling penting dalam melatih diri. Bodhisatwa sekalian, mari kita melatih diri dengan tulus, tekun, dan bersemangat. Janganlah kita lengah. Saya mendoakan kalian.   

Semua materi di dunia mengalami empat fase perubahan
Empat fase dari tiga fenomena menunjukkan ketidakkekalan
Melatih diri dengan tulus, tekun, dan bersemangat serta senantiasa waspada
Menyucikan pikiran diri sendiri dan mempraktikkan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 25 April 2024
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -