Ceramah Master Cheng Yen: Menyaksikan Cinta Kasih Melalui Pertukaran Pelajar

Anak-anak yang terlahir di negara yang damai sungguh beruntung. Anak-anak yang menerima pendidikan di Tzu Chi juga sangat beruntung karena bisa pergi ke luar negeri. Kalian bukan pergi untuk berwisata, melainkan untuk mempelajari kelebihan negara lain dan membawanya kembali ke negara kita. Sebelum kalian lahir, Tzu Chi telah membentangkan jalan di berbagai negara bagi generasi-generasi muda di masa mendatang. Dengan apa kita membentangkan jalan? Kita membentangkan jalan dengan cinta kasih.

Kita telah membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih selama hampir lima puluh tahun. Karena itulah, kini insan Tzu Chi terdapat di berbagai negara. Karena itu, saat kalian pergi ke luar negeri, saya bisa merasa tenang. Contohnya saat kalian berkunjung ke Gansu. Perlu kalian ketahui bahwa hingga kini, kita telah bersumbangsih di dataran tinggi Gansu selama hampir dua puluh tahun. Saat itu, warga setempat kekurangan air. Karena itu, kita membantu mereka membangun tempat penampungan air. 

Kita membangun lebih dari 10.000 tempat penampungan air di sana dengan harapan air hujan dapat terkumpul di bawah tanah. Mereka menggunakan air di tempat penampungan air dengan sangat hemat karena mereka juga memanfaatkan air ini untuk tanaman pangan mereka. Saya masih ingat dengan jelas bahwa mereka menyiram tanaman jagung dengan gelas. Mereka mengambil air dari ember dengan gelas kecil.

Segelas air digunakan untuk menyiram beberapa batang tanaman jagung. Mereka begitu menghargai air karena membutuhkan hasil dari bercocok tanam untuk menghidupi keluarga. Karena itulah, mereka sangat menghargai air. Namun, curah hujan perlahan-lahan berkurang karena kondisi iklim sudah berbeda dengan sebelumnya. Mereka mengalami kekeringan selama beberapa tahun karena tidak turun hujan. Kita mendapati bahwa kehidupan warga di wilayah pegunungan semakin lama semakin sulit.

Lalu, saya menyarankan untuk merelokasi warga dari wilayah pegunungan. Karena itulah, terdapat dua Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Gansu. Kini, air yang mereka gunakan dipompa dari Sungai Kuning. Mereka telah memiliki saluran irigasi untuk tanaman pangan mereka. Selain itu, tanaman pangan yang ditanam juga lebih bernilai. Karena itu, setelah bercocok tanam di sana dan memperoleh hasil panen, mereka perlahan-lahan terbebas dari hidup kekurangan. Ini semua berkat cinta kasih dan sumbangsih banyak orang. Berkat himpunan tetes demi tetes cinta kasih, barulah kita bisa membantu mereka dan mendirikan desa baru bagi mereka. Kita juga mendirikan sekolah di sana sehingga anak-anak dapat belajar di dalam desa dan menerima pendidikan dengan leluasa. Kehidupan mereka telah berubah. Dapat menolong sesama sungguh menyenangkan.

Sesungguhnya, dalam hidup ini, sudah seharusnya semua orang saling membantu, mengasihi, dan bersumbangsih. Murid sekalian, dengan memiliki cinta kasih, setiap orang dapat menginspirasi cinta kasih orang lain. Kalian telah memahami kekuatan cinta kasih dan melihat cinta kasih Tzu Chi yang telah mengubah kehidupan begitu banyak orang. Setelah pergi ke Gansu dan menyaksikannya sendiri, kalian juga bisa berbagi dengan orang lain untuk menginspirasi lebih banyak orang. Belakangan ini, saya terus mengulas tentang pengungsi. Penderitaan para pengungsi sungguh tak terkira. Banyak anak yang ikut mengungsi. Mereka tidak tahu kapan mereka bisa pulang ke rumah atau kapan mereka bisa memiliki izin tinggal di negara lain. Mereka sungguh menderita. Jika tidak menerima pendidikan maka kelak anak-anak tidak akan memiliki harapan.

Saya berpikir, jika terus seperti ini, maka akan tumbuh rasa benci di dalam hati anak-anak ini. Mereka tidak bisa tinggal di negara mereka, menjalani hidup dengan penuh rasa takut, dan menerjang berbagai bahaya untuk meninggalkan kampung halaman mereka. Saat tiba di negara lain, mereka dianggap sebagai imigran ilegal, didiskriminasi oleh warga setempat, dan tidak dapat menerima pendidikan. Kita khawatir setelah mereka tumbuh besar, pikiran mereka akan menjadi tidak selaras. Karena itu, di Turki, kita memberikan bantuan biaya hidup untuk keluarga pengungsi sesuai upah anak-anak saat bekerja. Pada saat yang sama, kita juga membayar biaya pendaftaran bagi anak-anak agar mereka dapat bersekolah.

Murid sekalian, kita sungguh sangat beruntung. Melihat arus pengungsi, kita hendaknya dengan tulus bersyukur dapat hidup di tengah masyarakat yang damai. Kita harus sungguh-sungguh menghargainya dan bersyukur setiap hari. Jadi, saya berharap murid-murid di sekolah kita dapat menyerap lebih banyak berita tentang perbuatan baik. Di dunia ini, ada orang yang menderita, ada pula orang yang berbuat baik. Semua itu harus kalian bagikan lewat internet dengan teman-teman yang seumur dengan kalian untuk menyebarkan benih kebajikan dan berita cinta kasih.

Bukan hanya murid jurusan komunikasi massa, setiap orang bisa menyebarkan berita cinta kasih. Ini bertujuan untuk memberi masyarakat kita sebuah pandangan yang sehat agar setiap orang dapat memahami bahwa cinta kasih merupakan harapan bagi masyarakat dan pendidikan harus didasari oleh cinta kasih. Murid sekalian, kita harus sungguh-sungguh menghargai waktu, belajar dengan sepenuh hati, dan menentukan arah hidup yang benar. Untuk membina kekuatan cinta kasih, kita harus senantiasa memiliki hati penuh rasa syukur.

Mengatasi bencana kekeringan dengan welas asih dan kebijaksanaan

Melenyapkan rasa benci anak-anak pengungsi dengan cinta kasih

Membedakan yang benar dan salah serta menyebarkan keindahan dan kebajikan

Bersyukur, menghargai waktu, dan giat belajar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 April 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 April 2016
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -