Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Ajaran Kebajikan untuk Menyucikan Hati Manusia

Kita bisa melihat di Laut Tengah, sebuah kapal yang ditumpangi oleh sekitar 800 pengungsi terbalik. Di sekitar daerah tersebut, orang-orang yang melihatnya menggerakkan berbagai jenis kapal untuk melakukan upaya penyelamatan. Mereka sepakat bahwa harus menyelamatkan orang untuk menyelamatkan orang. Praktik kebajikan mereka telah menyelamatkan 782 orang. Mereka segera memberikan bantuan dengan membangkitkan kekuatan cinta kasih.

Kita juga bisa melihat seorang anak berusia lima tahun di Inggris. Setiap tahun, pada Hari Natal, dia selalu memohon pada Sinterklas. Tahun ini, yang diinginkannya adalah otopet. Namun, otopet yang diinginkannya tahun ini diperuntukkan bagi anak-anak pengungsi Suriah yang tidak memiliki apa-apa. Dia juga rela menyumbangkan semua hadiah yang diperolehnya. Anak ini baru berusia lima tahun. Di sekolah, gurunya pernah membahas tentang kondisi para pengungsi dari Suriah. Karena itu, cinta kasihnya pun terbangkitkan. Dia berharap anak-anak pengungsi dari Suriah juga dapat menjalani hidup dengan damai dan tenang seperti dirinya di Inggris. Inilah harapannya.

Dia juga menulis sepucuk surat untuk Sinterklas yang berisi harapannya itu. Harapannya yang sederhana itu telah mengguncangkan masyarakat Inggris. Anak berusia lima tahun saja bisa berbuat seperti ini. Bagaimana bisa kita yang sudah dewasa masih tidak tahu untuk bersumbangsih? Niat baik satu orang dapat menginspirasi niat baik orang lain. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat memiliki hati yang bajik.

Membantu dan Membuka Pintu Hati

Selama beberapa hari ini, upaya penyelamatan masih terus dilakukan di Shenzhen, Guangdong. Upaya penyelamatan dilakukan dengan hati-hati karena khawatir akan melukai orang yang terkubur di dalam reruntuhan, tetapi masih dapat diselamatkan. Pemerintah setempat mengevakuasi warga yang terkena dampak bencana ke hotel-hotel. Berhubung banyak anggota tim penyelamat yang bekerja siang dan malam, insan Tzu Chi pun mencurahkan perhatian kepada mereka dengan menyediakan sup hangat, minuman hangat, dan makanan hangat untuk menjaga stamina mereka. Pendampingan selama beberapa hari ini telah menunjukkan kehangatan antarmanusia.

Para anggota tim penyelamat yang semula pergi untuk menyelamatkan orang juga mendapatkan perhatian dari relawan kita. Melihat mereka saling menyemangati, saya sungguh sangat tersentuh. Di Taiwan, kita juga bisa melihat orang yang menderita dan orang yang pernah berjalan menyimpang. Di setiap daerah di Taiwan, insan Tzu Chi selalu mengembangkan kekuatan cinta kasih. Relawan kita bukan hanya memberi bantuan di kala ada yang membutuhkan, tetapi juga membuka pintu hati mereka untuk menghibur dan mengubah pola pikir mereka. Kita berusaha membimbing mereka yang dahulu hidup dalam ketersesatan menuju arah yang benar. Inilah yang kini terus dilakukan oleh para relawan kita di tengah masyarakat. Saya berharap di setiap negara, semua insan Tzu Chi dapat sepaham, sepakat, dan bertindak bersama.

Anggota Tzu Ching di Taiwan sangat bersungguh hati. Salah satunya anggota Tzu Ching di Universitas Tamkang. Mereka mengajak teman-teman di asrama mereka untuk memilah botol, kaleng, plastik, dan lain-lain. Kalian semua bisa melihatnya. Saya berharap anggota Tzu Ching di seluruh dunia dapat melakukan hal yang sama. Ini bukan demi memperoleh hasil penjualan barang daur ulang, melainkan demi menjadi teladan dan mengingatkan orang-orang bahwa temperatur Bumi terus meningkat karena banyaknya sampah yang dihasilkan. Banyak orang yang berpola hidup konsumtif. Tingginya konsumsi telah memajukan perindustrian dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, orang-orang tidak menyadari bahwa ini juga membuat Bumi terkena demam. Kini kita membutuhkan para anggota Tzu Ching untuk bertindak secara nyata dengan berpola hidup hemat. Dengan mengendalikan nafsu keinginan, barulah kita bisa menghemat sumber daya dan mengurangi emisi karbon sehingga temperatur Bumi dapat menurun. Jangan meremehkan kekuatan diri sendiri. Tindakan satu orang dapat menginspirasi banyak orang.

Contohnya kisah tentang enam belas pangeran yang saya ulas dalam ceramah pagi tadi. Ada enam belas pangeran yang meninggalkan keduniawian. Mereka sangat ingin mempelajari Dharma. Dengan sangat bersungguh hati dan tulus, mereka memohon kepada Buddha untuk membabarkan Dharma kepada mereka. Jadi, Buddha pun berbagi dengan mereka tentang jalan untuk mencapai kebuddhaan, yakni Sutra Bunga Teratai. Mereka dengan sepenuh hati mempelajari bagaimana cara menapaki Jalan Bodhisatwa. Setelah membabarkan Dharma dalam jangka waktu yang sangat panjang, Buddha lalu masuk ke dalam ruang meditasi-Nya untuk beristirahat.

Kemudian, enam belas samanera itu segera memanfaatkan waktu untuk menyebarkan ajaran Buddha. Sesungguhnya, Buddha dan para samanera itu sangat kompak. Jika Buddha tidak beristirahat, para samanera itu mana ada kesempatan untuk menyebarkan ajaran Buddha? Jadi, setelah Buddha masuk ke ruang meditasi, para samanera segera menggenggam kesempatan tanpa menyia-nyiakan satu detik pun untuk menyebarkan Sutra Bunga Teratai. Mereka telah membimbing banyak orang yang jumlahnya tak terhingga.

Jika setiap anggota Tzu Ching dapat menyebarkan ajaran kebajikan seperti samanera yang mempelajari dan membabarkan Dharma dengan sepenuh hati, maka kita dapat menyucikan hati banyak orang. Jika setiap orang dapat sepaham, sepakat, dan bertindak bersama, maka bencana alam dan bencana akibat ulah manusia akan berkurang dan perubahan iklim yang ekstrem juga dapat mereda. Ini bergantung pada pola hidup kita.

Banyak orang yang bergerak untuk menolong para pengungsi

Memberi perhatian dan pendampingan pada masa-masa darurat

Membimbing orang lain menuju arah yang benar dan mengubah pola pikir mereka

Menyebarkan ajaran kebajikan untuk menyucikan hati manusia

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 26 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Desember 2015

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -