Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Cinta Kasih untuk Menolong Semua Makhluk

Selama 32 hari perjalanan kali ini, yang membuat saya penuh sukacita adalah melihat insan Tzu Chi dari 28 negara dan wilayah kembali ke Taiwan untuk menjalani pelantikan. Ada relawan yang harus mengatasi segala kesulitan, ada pula yang harus menabung selama sepuluh tahun, baru bisa mewujudkan harapan ini. Contohnya seorang relawan dari Filipina yang bekerja di Malaysia. Setiap hari, dia menyisihkan satu ringgit. Satu ringgit Malaysia setara dengan 10 dolar NT. Dia menyisihkan 50 sen untuk berbuat kebajikan dan sisanya ditabung agar suatu hari nanti, dia dapat membeli tiket pesawat untuk kembali ke Taiwan. Dia mempertahankan tekad ini selama 10 tahun.

Kita juga bisa melihat para relawan dari Afrika. Kembali ke Taiwan juga tidak mudah bagi mereka. Mereka harus mengatasi kendala bahasa, kesulitan ekonomi, dan berbagai rintangan lainnya. Namun, asalkan memiliki tekad, maka tidak ada hal yang sulit. Setiap relawan dari Afrika sangat cemerlang. Mereka juga menjalani pelantikan. Di antara para relawan yang berbagi kesan, ada seorang pastor yang juga menjalani pelantikan. Awalnya, dia meminjamkan gereja kepada kita karena relawan kita tidak memiliki tempat untuk mengadakan pelatihan. Dia ikut mendengarkan pelatihan kita hingga akhirnya dia juga berbagi kesan. Lalu, dia memutuskan untuk mengikuti pelatihan relawan hingga kini kembali untuk dilantik. Kisah para relawan dari Afrika membuat orang sangat tersentuh.

Saya melihat beberapa relawan yang mengenakan Qipao juga mengenakan selendang untuk membawa celengan bambu yang sangat berat dan penuh. Semua celengan sangat besar, bahkan ada yang robek karena terlalu penuh. Meski demikian, mereka tetap membawanya ke Taiwan. Setiap hari, mereka menyisihkan 10 sen atau 20 sen ke dalam celengan untuk menumbuhkan cinta kasih mereka. Mereka tidak harus bergantung pada orang lain. Mereka juga dapat menolong sesama. Mereka mengerti bahwa tetes demi tetes air yang mengalir ke sungai akan mengalir ke lautan sehingga lautan selamanya tidak akan kering. Jadi, sikap mereka sungguh membuat orang tersentuh. Mereka memiliki kekayaan batin. Mereka bernyanyi sambil melakukan beberapa gerakan. Lalu, saya bertanya kepada mereka apa arti nyanyian dan gerakan mereka. Ternyata, itu berarti ajaran saya mengelilingi seluruh dunia. Mereka sangat bersungguh hati. Pergi ke wilayah mana pun, mereka selalu membawa sebuah computer sehingga bisa mendengar ceramah saya setiap hari. Mereka mengikuti ceramah saya yang sudah ada terjemahan bahasa Inggris dan menyerapnya ke dalam hati setiap hari. Meski harus bergantung pada terjemahan, tetapi mereka bisa begitu bersungguh hati dan serius dalam mendengar Dharma. Bisakah relawan yang begitu dekat dengan saya dan menguasai dialek Taiwan tidak tekun dan bersemangat melatih diri? Melihat mereka, saya sungguh sangat gembira. Tidak mudah bagi mereka untuk kembali ke Taiwan. Meski tidak banyak relawan dari Afrika yang kembali ke Taiwan, tetapi di wilayah tempat tinggal mereka, mereka telah membawa manfaat bagi banyak orang.

Dalam perjalanan selama lebih dari 30 hari ini, saya terlebih dahulu pergi ke Taipei untuk bertemu dengan para korban luka-luka dalam insiden ledakan di Ba-xian Water Park. Dengan didampingi oleh orang tua, ada lebih dari 30 korban luka-luka yang datang menemui saya. Para orang tua sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi, tenaga medis, dan masyarakat yang telah memperhatikan mereka. Meski sudah keluar dari rumah sakit, para korban luka-luka tetap harus mengenakan pakaian kompresi. Ini membuat mereka sangat tidak nyaman. Ada pula orang tua yang anaknya tidak terselamatkan datang untuk menyampaikan kepedihan mereka. Anak mereka yang telah pergi untuk selamanya membuat mereka sangat kehilangan. Saya menghibur mereka bahwa setidaknya penderitaan anak mereka sudah berakhir. Jika sudah tidak terselamatkan, maka kita seharusnya mendoakannya.

Saat tiba di Pingtung, saya juga mendengar bupati dan mantan bupati Pingtung berterima kasih kepada Tzu Chi karena Tzu Chi menggarap proyek rekonstruksi bagi beberapa sekolah di Pingtung untuk mengurangi dampak bencana. Saat saya pergi ke Pingtung, pembangunan ini telah rampung 99 persen. Kini perancah-perancah sudah dibongkar. Selanjutnya, hanya tersisa pekerjaan interior saja. Saya yakin setelah liburan musim dingin, anak-anak sudah bisa belajar di gedung baru. Melihat hal ini, kita bisa merasa tenang. Para kepala sekolah sangat gembira, para guru sangat bersyukur, para orang tua dan murid juga sangat tenang. Sungguh, Tzu Chi selalu bersumbangsih bagi orang-orang di seluruh dunia selama memiliki kekuatan dan kemampuan. Kita juga mengajak orang-orang untuk bergabung dengan harapan setiap orang dapat memiliki hati penuh cinta kasih. Setiap orang dapat menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Contohnya relawan dari Filipina yang bekerja di Malaysia. Dengan menyisihkan satu ringgit setiap hari yang setara dengan 10 dolar NT, dia juga bisa berbuat kebajikan dan mewujudkan harapannya untuk dilantik. Meski harus menunggu selama sepuluh tahun, tetapi dia akhirnya bisa mewujudkan harapannya untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Selama sepuluh tahun ini, dia terus bersumbangsih bersama insan Tzu Chi untuk menolong orang yang membutuhkan.

Singkat kata, dengan menyisihkan sedikit uang setiap hari, kita dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan dunia ini. Kita yang berada di Taiwan hendaknya menjadi teladan bagi para relawan di seluruh dunia. Tentu, dalam perjalanan kali ini, saya juga pergi ke rumah sakit kita di Xindian, Taichung, dan Dalin. Banyak kisah yang sangat menyentuh yang saya dengar dalam perjalanan saya. Intinya, sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih tidak mengecewakan saya. Sungguh, saya sangat tersentuh dan bersyukur.

Membangun tekad yang teguh untuk menyisihkan sedikit uang setiap hari

Tekun dan bersemangat melatih diri tanpa memandang perbedaan agama

Menumbuhkan cinta kasih dan mendengar Dharma setiap hari

Asalkan bertekad, maka akan tumbuh kekuatan untuk menolong semua makhluk

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 09 Desember 2015

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -