Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Dharma di Seluruh Dunia


“Ada lebih dari seribu keluarga di Perumahan Cinta Kasih Ormoc. Anak-anak di sini harus berjalan sangat jauh untuk pergi ke sekolah. Kini, di sini akan dibangun sekolah, ini sangat penting bagi anak-anak,” tutur Ryan, Staf Perencanaan Kementerian Pendidikan Filipina.

“Kami menyumbang dana untuk membangun sekolah ini guna memperingati kepergian orang tua kami yang ke-33 tahun. Dengan membangun sekolah di sini, kehidupan warga akan lebih maju dan baik di masa depan. Jadi, saya berterima kasih memiliki kesempatan untuk membantu orang,” ujar Bienvenido Li, seorang pengusaha.

Kita bisa melihat bahwa para pengusaha dan relawan Tzu Chi akan membangun sekolah di Ormoc, Filipina. Mereka sangat menghormati saya dan membawa cetak biru ke sini untuk diperlihatkan kepada saya. Mereka kembali ke Filipina setelah mendapat persetujuan dan saran dari saya. Beberapa hari lalu, mereka telah mengadakan upacara peletakan batu pertama. Mereka juga melakukan ritual namaskara yang sangat spesial.

Tahun lalu, sebelum Hari Waisak, ada seorang warga lokal bernama Virgilio Baguino yang melakukan ritual namaskara sambil membawa setandan pisang di tangannya. Dia melakukan tiga langkah satu sujud sambil mengangkat setandan pisang itu untuk terus berjalan maju.


Saat mengadakan telekonferensi, Alfredo Li berkata pada saya bahwa pisang-pisang itu ialah persembahan bagi saya. Saya hanya berkata dengan ringan padanya, "Saya hanya bisa melihat, tetapi tidak bisa memakannya." Dia lalu segera memanggang pisang-pisang itu menjadi keripik pisang. Jadi, keripik pisang itu bisa dibawa ke sini dan saya dapat memakannya. Dia sangat bersungguh hati.

Tahun ini, saya melihat kerbau Bapak Baguino memikul 2 tandan pisang di punggungnya dan juga bersujud seperti yang dilakukan pemiliknya. Saudara sekalian, kerbau juga bisa bersujud seperti manusia, bukankah ini menunjukkan bahwa semua makhluk setara? Bapak Baguino dan kerbaunya sangat tulus. Kerbau itu memikul 2 tandan pisang. Ini sungguh sangat menyentuh.

Ada banyak kisah menyentuh untuk diceritakan. Setiap hari, relawan Tzu Chi di berbagai negara melakukan ritual namaskara. Tzu Chi telah melewati lebih dari 50 tahun dan telah menebarkan benih kebajikan di seluruh dunia.

“Kondisi tanahnya basah. Namun, semua orang melakukan ritual namaskara dengan hati yang penuh sukacita. Saya sangat bersyukur bahwa kami semua dapat melakukan ritual namaskara dengan sempurna untuk pertama kalinya,” kata Li Ci Zhan, Ketua Tzu Chi New Jersey.

“Meski saat bersujud, di atas tanah ada banyak kerikil, tetapi setelah melewatinya, kita akan merasa itu bukan masalah. Yang terpenting ialah ketulusan kita,” ujar Ernie Lindawati, Relawan Tzu Chi.

“Kita harus menyembah para Buddha dengan mawas diri dan tulus, menyerap Dharma ke dalam hati, dan mempraktikkannya di Jalan Bodhisatwa agar noda batin tidak timbul,” kata Shen Xiu-ying, Relawan Tzu Chi.


Jika ada tekad, maka tidaklah sulit untuk menabur benih kebajikan. Relawan Tzu Chi yang berimigrasi ke negara lain tidak pernah melupakan semangat Tzu Chi dan silsilah Dharma Jing Si. Mereka boleh tidak membawa barang-barang berwujud seperti koper, tetapi tidak boleh tidak membawa semangat dan filosofi Tzu Chi. Inilah ikrar agung mereka. Jadi, tak peduli pergi ke negara mana pun, mereka akan menceritakan Tzu Chi dengan orang yang mereka temui dan menebarkan benih kebajikan. Seperti inilah Tzu Chi berkembang.

Saya juga mendengar tentang Sekolah Menengah Obama di Dallas, Amerika Serikat. Beberapa waktu lalu, beberapa kepala sekolah datang ke Griya Jing Si, yaitu kepala sekolah sekarang dan para mantan kepala  Sekolah Menengah Obama. Ada mantan kepala sekolah yang pindah ke sekolah lain, tetapi masih terus mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah mereka bekerja. Mereka juga ingat bahwa bagaimana kita memasak bubur dengan sedikit beras dan banyak air pada masa-masa awal.

Mereka membimbing murid-murid mereka dengan sepenuh hati. Mereka benar-benar mendengarkan perkataan saya dan memasak bubur dengan cara yang sama untuk memperlihatkan kepada para murid bagaimana kondisi saat itu. Mereka benar-benar menelusuri asal-usul kata-kata saya dan meneliti kebenaran di dalamnya.

Selama bertahun-tahun, sekolah ini mengajarkan Kata Renungan Jing Si. Beberapa tahun lalu, kepala sekolah yang membawa para murid datang ke Griya Jing Si. Meski kepala sekolah ini pindah ke sekolah lain, tetapi beliau tetap terus mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah beliau bekerja sekarang. Kata Renungan Jing Si juga masih terus diajarkan di Sekolah Menengah Obama. Untuk ini, saya merasa sangat terhibur dan sangat bersyukur.

Insan Tzu Chi menjalankan Tzu Chi dengan sungguh-sungguh di luar negeri. Meski jarak mereka sangat jauh dari saya, tetapi asalkan ada niat, maka hati mereka akan senantiasa dekat dengan saya. Mereka meneruskan silsilah Dharma Jing Si dan telah membuka mazhab Tzu Chi di sana.

 

Mereka terus membentangkan jalan agar orang yang di belakang dapat berjalan dengan lebih baik. Meski jarak relawan Tzu Chi di luar negeri sangat jauh dari saya, tetapi hati mereka sangat dekat dengan saya. Saya sangat tersentuh.

Relawan Tzu Chi Amerika Serikat memberi laporan tentang bagaimana mereka menjalankan Empat Misi Tzu Chi di Amerika Serikat. Setelah mendengar laporan mereka, saya sangat tersentuh.

Karena itu, kalimat pertama yang saya ucapkan kepada mereka ialah, "Saya tidak memiliki penyesalan dalam kehidupan ini." Ada begitu banyak relawan Tzu Chi di berbagai negara yang jaraknya jauh dari saya, tetapi hati mereka tidak sedikit pun menyimpang dari silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Saya sangat tersentuh.

Ini seperti saat melakukan ritual namaskara, Partisipan yang membentuk barisan panjang dapat menjaga jarak dengan barisan depan dan belakang mereka. Baik relawan lansia maupun relawan cilik, semua bisa melakukannya. Ada ratusan relawan cilik kembali ke Griya Jing Si untuk melakukan ritual namaskara. Mereka juga menjaga jarak dengan sangat rapi. Ini sungguh tidak mudah.

Mereka adalah harapan bagi masa depan Tzu Chi. Beberapa tahun kemudian, kita akan melihat mereka menjadi Tzu Ching. Asalkan tekad mereka tidak berubah, walaupun saya sudah tiada, mereka seharusnya juga akan kembali untuk dilantik dan berkata bahwa tekad mereka tidak berubah. Demikianlah pewarisan silsilah Dharma Jing Si.

  

Hati relawan Tzu Chi dekat dengan Master meski terpisah jauh

Membentangkan jalan dan membuka mazhab Tzu Chi

Memberikan pendidikan moralitas dan menebarkan benih kebajikan

Mewariskan Dharma hingga selamanya tanpa menyimpang

  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Mei 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 Mei 2019

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -