Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Kebajikan dan Membimbing Semua Makhluk
“Empat singa di atas melambangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Ini berasal dari Varanasi, India, tempat Buddha pertama kali memutar roda Dharma,” kata Choje Lama Wangchuk Rinpoche, Thrangu Tara Abbey.
“Ketika Tzu Chi datang ke biara kami dan menyatakan kesediaannya untuk membantu membangun kembali, kami benar-benar merasa lega, seakan beban kami terangkat karena ada begitu banyak dukungan. Bukan hanya dukungan, semua relawan Tzu Chi datang langsung ke biara, membantu melihat gambar rancangan, memberi arahan bagaimana pembangunan dilakukan, bagaimana mencari kontraktor yang baik, bagaimana mencari insinyur yang tepat, dan lainnya. Mereka hampir setiap bulan datang untuk meninjau perkembangan. Itu membuat kami benar-benar terkesan,” ujar Choje Lama Wangchuk Rinpoche.
“Ketika kami mengadakan rapat teknis pembangunan, beliau juga ikut hadir dalam pertemuan itu. Saat proyek berlangsung, saya kurang lebih sebulan sekali atau satu setengah bulan sekali pergi ke sana. Ini adalah amanat dari Master sehingga saya menjalankannya dengan penuh kesungguhan,” kata Huang Fu-qiang, relawan Tzu Chi.
“Bagi Master, hal yang paling sulit ialah meluangkan waktu bersama para murid. Oleh karena itu, kami merasa sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Master. Kami meminta maaf karena jadwal kunjungan ini telah mengambil waktu berharga dari keseharian Master. Bagi kami, bisa bertemu Master adalah sebuah berkah yang luar biasa. Di biara, kami senantiasa berdoa agar Master sehat selalu dan panjang umur,” pungkas Choje Lama Wangchuk Rinpoche.


Kita semua adalah murid Buddha. Kita memiliki tanggung jawab untuk meneruskan tujuan kedatangan Buddha ke dunia ini, yaitu membimbing semua orang agar memahami ajaran Buddha. Ajaran Buddha membimbing kita untuk melangkah di jalan yang benar. Sebagai umat Buddha, kita memiliki satu tujuan dan arah yang sama. Tidak ada perbedaan antara Kendaraan Agung dan Kendaraan Kecil. Perbedaan itu hanyalah buatan manusia.
Sesungguhnya, umat Buddha yang berkeyakinan benar harus memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu menyebarkan semangat Buddha agar semua orang memahami tujuan Buddha hadir di dunia ini. Jadi, kita semua memiliki tanggung jawab yang sama dalam menyebarkan ajaran Buddha. Hanya saja, kita memiliki jalinan jodoh yang berbeda-beda.
Dunia ini sangat luas dan setiap negara memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga penyampaian ajaran pun bisa berbeda. Namun, arah kita tetap satu, hanya bahasanya yang berbeda. Semangat dan prinsip ajaran tetaplah sama, yaitu Buddha datang ke dunia untuk menolong manusia agar tidak menyimpang dan selalu mengingatkan kita akan kebajikan.
Ajaran di dunia hanya ada dua, yaitu kejahatan dan kebajikan. Ajaran yang buruk lahir dari pikiran yang menyimpang. Bila pikiran menyimpang sedikit saja, kita akan tersesat sangat jauh. Ada pepatah mengatakan, "Sedikit saja penyimpangan, akan membuat kita jauh tersesat." Pada awalnya mungkin hanya menyimpang sedikit, tetapi lama-kelamaan kita bisa terpisah jauh dari tujuan. Padahal, arah yang benar sudah ada di depan kita, hanya saja kalau pikiran menyimpang, kita akan tersesat jauh. Jadi, siapa pun yang menyebarkan Dharma harus benar-benar teguh pada kebenaran.


Anda dan saya memiliki tanggung jawab menyebarkan ajaran Buddha yang benar. Ajaran Buddha bukanlah takhayul dan bukan sekadar doa untuk memohon sesuatu, melainkan bimbingan yang menuntun batin kita kepada arah yang benar sehingga dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Jika tahu suatu hal itu buruk, kita harus menjauhinya agar tidak menyimpang. Ketika sesuatu itu benar, kita harus melangkah ke sana dengan tekun dan bersemangat. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia, yaitu menuntun manusia berjalan di jalan yang benar.
Seperti kalian yang berasal dari Malaysia, memiliki jalinan jodoh untuk datang ke Hualien, mendengarkan ceramah saya, lalu pergi ke kampung halaman Buddha untuk melihat kondisi di sana. Bahkan, karena adanya bencana gempa, kita pun memiliki kesempatan untuk bersumbangsih dan membantu mereka sehingga terbentuk jalinan jodoh yang lebih dalam. Hendaknya kita terus saling berinteraksi agar lebih saling memahami. Seperti para Rinpoche di sana, semangat mereka juga bersumber dari ajaran Buddha.
Saat ini, kita semua memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu menyebarkan ajaran yang benar. Sutra Makna Tanpa Batas adalah ajaran yang dipraktikkan Tzu Chi di dunia. Sutra ini mengajarkan kebenaran dengan perumpamaan yang mudah dipahami. Contohnya, ada sebuah perahu yang menolong kita menyeberangi lautan yang penuh kebingungan; ada pula Tabib Agung yang memberi obat mujarab untuk mengatasi penyimpangan pandangan manusia yang bagai penyakit. Dengan begitu, batin dan pikiran kita menjadi jernih sehingga dapat memilih jalan hidup yang benar. Sutra ini sederhana, mudah dilafalkan, dan jelas. Jadi, saya memilih ini agar semua orang dapat mempraktikkannya.


Nepal adalah tempat kelahiran Buddha. Saat ini, kita bertanggung jawab untuk membawa kembali semangat dan ajaran Buddha ke tanah kelahiran-Nya. Terlebih lagi, kita harus bersungguh hati karena ini disebut dengan membalas budi Buddha. Bagaimana cara kita membawa manfaat bagi semua makhluk? Kita harus terjun ke tengah masyarakat dan membantu orang yang membutuhkan.
Orang yang berkecukupan bisa membantu orang yang menderita. Bahkan, orang yang berada dalam kemiskinan pun masih bisa membantu orang lain. Inilah Dharma duniawi. Inilah prinsip kebenaran yang bisa kita dapatkan dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Kita diajarkan untuk melihat penderitaan dan bersungguh hati dalam menanggapinya. Ada pepatah, "Menggali masa lalu untuk menjelaskan masa kini." Ajaran dalam Sutra Makna Tanpa Batas tetap relevan dengan orang-orang zaman sekarang. Kita telah melihat banyak orang yang hidupnya berubah.
Saya sering berkata bahwa kita harus mentransformasi kehidupan di Nepal. Bahkan, seorang pengemis pun bisa membantu orang yang lebih membutuhkan darinya. Saat itu terjadi, ia telah menjadi Bodhisatwa. Bodhisatwa bukan berarti orang kaya, melainkan orang yang memiliki hati dan benar-benar melakukan kebajikan. Jika dia bisa melakukannya, siapa yang menginspirasinya? Kalianlah yang telah menginspirasinya. Kalian telah pergi ke sana dan menginspirasi orang-orang untuk menjadi Bodhisatwa.
Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Ketika sifat Buddha dalam diri kalian hadir di sana, kalian bisa mengubah kehidupan orang lain, seperti seorang pengemis yang menjadi Bodhisatwa. Inilah prinsip kebenaran. Prinsip yang berlaku di masa lalu juga berlaku di masa sekarang. Jika kalian memahami ini, hendaknya kalian membagikannya kepada satu sama lain. Inilah yang disebut dengan menjadi saksi.
Bencana gempa membentuk jalinan jodoh dan kasih sayang
Bersama-sama mengemban misi dalam menyebarkan Dharma
Menolong semua orang untuk mempraktikkan jalan yang benar
Meninggalkan kejahatan dan menuju kebajikan untuk mencapai Bodhi
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 20 September 2025