Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Kebajikan untuk Membimbing Umat Manusia


“Dalam kamp selama dua hari ini, yang paling berkesan bagi saya ialah apa yang dibagikan oleh Kakak Luo Ming-xian kemarin. Beliau berkata, ‘Saya bersedia.’ Beliau bersedia membantu Master mengemban misi. ‘Saya bersedia’ mengandung makna yang mendalam. Beliau ingin menjadi tangan dan kaki Master,”
kata Chen Li-tao, peserta kamp.

“Dalam kamp ini, saya melihat setiap relawan, baik yang memiliki potensi besar maupun kecil, mendedikasikan diri untuk mendukung tim pelestarian lingkungan atau tim alat bantu. Demikianlah pola hidup para relawan. Setiap orang melakukan hal yang bisa dilakukan dengan memulainya dari hal-hal kecil. Inilah yang disebut membawa manfaat bagi sesama atau membantu orang lain,” kata Chen Jun-hui, peserta kamp.

Saya sangat sukacita mendengar insan Tzu Chi berbagi tentang bagaimana menginspirasi orang banyak untuk bergabung dengan Tzu Chi. Saya sungguh sangat tersentuh. Saya berharap setiap orang bisa mengingat donasi 50 sen. Baik di Taiwan maupun di berbagai negara lainnya, donasi 50 sen memiliki makna yang sama. Hendaklah semua orang ingat bahwa Tzu Chi berawal dari donasi 50 sen. Kisah tentang donasi 50 sen sangatlah panjang dan banyak. Selain kisah saya tentang donasi 50 sen, masih ada banyak kisah lain tentang donasi 50 sen. Semua kisah itu sangat bernilai.

Kehidupan manusia tak luput dari waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Saat ini, kita dipenuhi berkah. Setiap hari, saat hendak makan, saya beranjali. Melihat mangkuk berisi nasi di hadapan saya, saya merenungkan dari mana makanan ini berasal dan berapa banyak jasa di baliknya. Berkat jerih payah berapa banyak orang, baru bisa ada semangkuk nasi ini di hadapan saya? Dari membajak sawah, menyemai padi, hingga memindahkan bibit padi ke sawah, semuanya membutuhkan tenaga manusia.


Para petani sering kali harus bekerja dengan membungkukkan badan. Saya juga pernah memanen padi dan menyiangi sawah. Berhubung batang padi sangat keras, saat menyiangi sawah, tangan kita berdarah. Berhubung tidak dapat berjongkok ataupun membungkukkan badan, kita pun berlutut di atas tanah untuk menyiangi sawah sambil merangkak. Dari sini bisa diketahui bahwa petani sangat bersusah payah. Karena itu, saat makan, janganlah kita melupakan dari mana makanan berasal. Inilah cara menanam padi.

Ada banyak cara yang penuh kebijaksanaan. Bagaimana cara petani menyimpan benih padi, menyemai padi, memindahkan bibit padi ke sawah, menyiangi sawah, dan lain sebagainya? Para petani juga harus mengairi sawah. Jika mendapat giliran untuk mengairi sawah pada pukul 12 tengah malam, berarti kita harus berjaga di tepi selokan pada jam itu. Jadi, semangkuk nasi mengandung banyak jerih payah. Renungkanlah berapa banyak jasa di balik makanan dan dari mana ia berasal.

Sesungguhnya, berapa besar kontribusi kita? Berapa banyak yang telah kita lakukan bagi masyarakat? Demikianlah kita merenungkan berapa banyak jasa kita. Bibit padi bisa berkembang menjadi beras berkat jerih payah banyak orang. Pandanglah makanan sebagai obat. Tubuh kita tidak boleh kekurangan nutrisi. Jadi, kita makan demi kesehatan tubuh agar tubuh kita tidak terlalu kurus. Ini juga demi mendukung pelatihan diri kita.

Kita harus makan kenyang dan menjaga kesehatan agar bisa berbuat baik bagi dunia. Karena itulah, kita makan. Sungguh, kita harus menjaga kesehatan dengan baik. Kita menjaga kesehatan agar bisa berbuat baik. Inilah prinsip yang benar. Singkat kata, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus membina rasa syukur. Di Tzu Chi, semua orang menciptakan berkah sehingga juga dipenuhi berkah.


Tzu Chi berawal dari dukungan banyak orang dan terus berkembang hingga sekarang. Kita semua adalah generasi pertama Tzu Chi. Selama saya masih hidup, semua murid saya adalah generasi pertama. Anak kalian adalah generasi kedua. Sama seperti saya, para relawan generasi kedua di sekeliling saya dapat terus mewariskan semangat Tzu Chi. Begitu pula dengan kalian.

“Dokter Ji adalah paman kakek saya. Saya mengikuti beliau untuk berpartisipasi dalam baksos kesehatan di Nanzhuang dan Zhuolan. Dari pengalaman kali itu, saya baru benar-benar memahami Tzu Chi. Selain itu, saya juga melihat hal-hal yang tidak saya temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti penderitaan akibat penyakit dan kesulitan di tengah masyarakat. Biasanya, saya hanya bisa mendengar atau membacanya dari buku sehingga terasa abstrak bagi saya. Hingga berpartisipasi dalam baksos kesehatan kali itu, saya baru benar-benar paham,” kata Ji Wei-hua, peserta kamp.

“Dalam kamp disebutkan bahwa ada sejenis cinta kasih yang disebut pendampingan. Dalam penyaluran bantuan terhadap korban bencana ataupun penerima bantuan Tzu Chi, kita bisa melihat bagaimana insan Tzu Chi memberi pendampingan dan penghiburan sehingga orang-orang yang menderita memperoleh ketenangan jiwa dan raga. Selain itu, saya juga melihat pewarisan misi,” kata Xu Min-wang, peserta kamp.

“Baik dalam pelatihan relawan maupun kamp pengusaha hari ini, ada banyak relawan Tzu Chi yang membagikan kisah dan pengalaman mereka sehingga kami makin memahami filosofi dan semangat Tzu Chi. Bahkan, kami menjadi tahu di mana letak nilai kehidupan kami. Dengan terus mengadakan kamp seperti ini, jiwa kebijaksanaan Tzu Chi dapat diteruskan,” pungkas Xu Min-wang.


Kita telah meresmikan mazhab Tzu Chi. Saya juga sangat sukacita di kehidupan sekarang, saya dapat menginspirasi orang-orang untuk bersama-sama menjalankan Tzu Chi, menerima ajaran Tzu Chi, dan mewariskan ajaran Tzu Chi kepada generasi berikutnya. Ini sungguh merupakan jalinan jodoh yang tak terbayangkan. Karena itu, kalian harus mewariskan Dharma. Meski merupakan umat perumah tangga, kalian terus mengembangkan kebijaksanaan. Jadi, umat perumah tangga mengembangkan kebijaksanaan.

Kalian hendaknya terus mengembangkan kebijaksanaan dan mewariskan ajaran Buddha. Kini, semua ini bisa dilakukan dengan mudah. Kurangilah tontonan yang rumit dan sering-seringlah menyaksikan Da Ai TV. Kita memiliki misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Saya mendirikan misi budaya humanis agar orang-orang dapat menyebarkan Dharma. Dengan kemajuan teknologi sekarang, Dharma bisa disebarluaskan lewat internet. Saat saya memulai ceramah saya, orang-orang dapat mengikutinya lewat internet.

Memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun dengan begitu banyak orang, kita hendaknya menghargai berkah. Dharma yang meresap ke dalam hati tidak ternilai. Jika kita memanfaatkannya dengan baik, setiap kata sangatlah berharga. Dengan Kata Renungan Jing Si yang hanya terdiri atas beberapa kata, kita telah mengubah pola pikir banyak orang dan menyelamatkan banyak keluarga. Kata Renungan Jing Si yang singkat telah digunakan di seluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam 20-an bahasa. Inilah Dharma di dunia.

Saudara sekalian, kita sungguh harus menggenggam waktu dan memanfaatkan Dharma dengan tepat.

Bodhisatwa membawa manfaat bagi sesama dan membimbing umat manusia
Kisah celengan bambu mengandung cinta kasih yang berkelanjutan
Merenungkan dari mana makanan berasal dan tekun bersumbangsih
Menyebarkan kebajikan dan mengembangkan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 Juli 2025
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -