Ceramah Master Cheng Yen: Menyebarkan Semangat Tzu Chi dan Mewariskan Dharma

Melihat kalian semua sangat tekun dan bersemangat, saya sungguh bersyukur. Tzu Chi telah memasuki tahun ke-52. Kita telah melihat para anggota komite senior yang bergabung sejak awal.

Dalam acara ramah tamah di Xindian, hadir anggota komite nomor 16. Beliau sudah berusia 90 tahun. Hingga saat ini, beliau tetap menjadi relawan Tzu Chi. Pada hari itu saya juga melihatnya masih mengenakan seragam Tzu Chi. Semangatnya di dalam Dharma masih sama. Jadi, kita semua janganlah merasa sudah tua. Nilai kehidupan harus tetap dipertahankan.

Saya selalu menyemangati para relawan lansia. Namun, pencapaian jiwa kebijaksanaan kita hari ini tak lepas dari para relawan senior yang telah mengembangkan Tzu Chi sejak dahulu dan terus menyemangati kita. Kini, kita juga harus mengembangkan semangat ini. Kini kita juga telah menjadi relawan senior. Kini kita hendaknya meneruskan semangat dan filosofi Tzu Chi.

Kita hendaknya juga mengajak para kaum muda di masyarakat untuk bergabung. Bukan hanya menjadi donatur, kita harus mengajak mereka untuk mengikuti pelatihan relawan. Di masa lalu, saat kalian bertemu dengan saya dan mulai bertekad untuk menjadi relawan, bukankah usia kalian kurang lebih sama seperti mereka?

Usia kalian saat itu adalah sekitar paruh baya atau sekitar tiga puluhan tahun. Jadi, kini kita harus benar-benar melakukan pewarisan. Pewarisan yang saya maksud bukan berarti menyerahkan tanggung jawab kepada yang lebih muda, lalu kita sendiri melepas tanggung jawab. Bukan begitu. Kita harus meneladani para relawan senior.

Tzu Chi telah ada di Taipei selama lebih dari 40 tahun. Pada saat kalian pertama kali mengenal Tzu Chi, Lihatlah kesungguhan dan dedikasi relawan pada saat itu. Bagaimana mereka mengajak kalian bergabung? Pada saat itu, Jing Ming, relawan pertama di Taipei, beserta dua orang relawan senior lainnya, bagaimana mengajak kalian bergabung? Bagaimana mereka mendampingi kalian?

Semangat ini harus terus diteruskan dari generasi ke generasi. Ini adalah tanggung jawab kita semua. Selama empat puluh lima tahun sejak Tzu Chi berdiri, saya selalu menekankan sumbangsih "demi semua makhluk". Setelah empat puluh lima tahun, saya mulai menitikberatkan "demi ajaran Buddha".

Karena itu, saya mulai membabarkan Sutra Teratai. Hingga kini, pembabaran Sutra Bunga Teratai baru selesai setengahnya saja. Dari 28 bab, saya baru selesai membabarkan 14 bab. Jadi, saya harus meneruskan pembabaran ini. Kini kita berfokus pada Dharma. Jadi, orang-orang diharapkan dapat berbagi tentang bagaimana mereka mendengar dan menjalankan Dharma.

Kita mendengar dan memahami ajaran Buddha. Kita juga memahami latar belakang zaman pada saat suatu ajaran dibabarkan oleh Buddha, lalu disesuaikan dengan kondisi masa kini. Bodhisatwa bukan hanya ada di dalam Sutra, melainkan di tengah masyarakat.

Dalam perjalanan kali ini, saya juga mendengar banyak cerita para relawan yang sangat bersemangat dalam melatih diri. Mereka bersumbangsih di tengah masyarakat. Saat manusia mengalami penderitaan, Bodhisatwa datang untuk memberi pertolongan. Bodhisatwa adalah orang yang tekun dan bersemangat untuk terjun ke tengah masyarakat untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk.

Karena itu, saya berharap kalian mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas. Dari sana, kalian dapat memahami cara untuk melatih diri, terjun ke tengah masyarakat, dan menjadi teladan bagi orang lain. Inilah cara untuk membimbing semua makhluk. Semuanya ada di dalam Sutra itu.

Bab Pembabaran Dharma dari Sutra itu mengajarkan bagaimana Dharma harus dibabarkan dan disebarkan di tengah umat manusia. Semangat Tzu Chi tercakup di dalamnya. Jadi, saya hanya membabarkan kembali semangat inti dari Sutra yang Buddha babarkan. Buddha bukan hanya mengajar untuk zaman-Nya, tetapi juga untuk masa depan seperti saat ini.

Di masa ini, dunia diliputi lima kekeruhan, yaitu kekeruhan makhluk hidup, kekeruhan pandangan, kekeruhan noda batin, kekeruhan usia, dan kekeruhan kalpa. Masa sekarang adalah masa kekeruhan kalpa. Karena itu, noda batin semua makhluk semakin tebal. Setiap orang melekat pada pandangan masing-masing.

Setiap orang hendaknya waspada terhadap bahaya yang mengancam keselamatan karena kehidupan tidaklah kekal. Di tengah dunia yang tidak kekal ini, bagaimana kita mengerahkan nilai kehidupan kita? Inilah yang harus kita lakukan. Setiap hari saya membabarkan Dharma tak lain berharap agar kalian memahami makna dari Sutra yang dibabarkan Buddha.

Sutra mengajarkan kepada kita agar dapat mengembangkan nilai kehidupan kita. Terlahir ke dunia ini, bagaimana kita membalas budi orang tua? Berhubung tubuh kita adalah darah daging orang tua, maka kita harus berbakti kepada orang tua. Orang tua kita berjasa karena telah memberi kita tubuh ini.

Tubuh ini dapat bersumbangsih bagi semua makhluk. Ini adalah jasa orang tua yang membesarkan kita. Kita harus membalasnya. Lewat sumbangsih yang kita lakukan, kita juga berharap anak-anak kita dapat meneladani kita. Karena itu, saya berkata bahwa orang tua tidak semestinya tinggal di panti jompo. Sesungguhnya, orang tua harus tinggal bersama anak agar anak-anak dapat meneladani apa yang kita lakukan sejak muda hingga saat ini.

Meski sudah pensiun dari pekerjaan, tetapi kita tetap melakukan sesuatu yang lebih bermakna daripada urusan pribadi, yaitu memberi perhatian bagi semua makhluk. Biarkan anak-anak melihat cinta kasih ini dan memahami mengapa kita rela bersumbangsih. Cinta kasih ini juga dapat ditularkan kepada anak-anak sehingga mereka dapat memahami orang tua mereka.

Lihatlah, hujan deras di Taiwan mendatangkan banjir. Pada bencana kali ini, kita dapat melihat insan Tzu Chi bersumbangsih dengan susah payah. Namun, bahkan di jalan, para relawan bisa bertemu orang yang berkata, "Apakah kalian relawan Tzu Chi?" Saya hanya ingin memeluk kalian dan mengucapkan terima kasih."

Ini yang para relawan temui di jalan. Orang itu tidak mengenal kita, kita juga tidak mengenal orang itu. Dia hanya bertanya, "Apakah kalian relawan Tzu Chi? Jika benar, saya ingin memeluk kalian." Ini menunjukkan bahwa orang itu sangat terharu. Dia hanya ingin mengucapkan terima kasih.

Kita semua bernama "Insan Tzu Chi". Sesungguhnya, terima kasih itu bukan hanya untuk relawan tertentu, melainkan untuk semua insan Tzu Chi. Ini menunjukkan bahwa hidup kita memiliki makna. Saat orang tadi bertanya kepada relawan Tzu Chi, "Bolehkah saya memeluk kalian; saya hanya ingin mengucapkan terima kasih," saya sendiri merasa seakan orang itu juga memeluk saya dan mengucapkan terima kasih kepada saya, karena kita semua adalah "Insan Tzu Chi".

Saya juga termasuk insan Tzu Chi. Kita semua berada dalam satu kesatuan. Singkat kata, saya sangat bersyukur karena insan Tzu Chi selalu bersumbangsih dengan tulus dan penuh cinta kasih. Dahulu saya selalu harus memberi nasihat tentang apa yang harus kalian lakukan dan bagaimana caranya. Kini, kalian tidak perlu lagi diajari.

Saya hanya berpesan agar kalian menjaga keselamatan. Yang penting kalian selamat. Kalian harus selalu berhati-hati. Saya juga bersyukur melihat kalian saling memperhatikan saudara se-Dharma. Semua relawan sangat penuh perhatian. Kita harus menjaga relawan yang berusia lanjut. Para relawan senior harus kita beri perhatian. Para relawan muda harus kita bimbing dan dampingi.

Bagaimana para relawan senior di masa lalu membimbing kita, begitu pulalah yang harus kita lakukan sekarang sebagai relawan senior yang membimbing kaum muda. Apakah kalian paham? (Paham) Baiklah, saya sangat bersyukur. Setiap hari saya selalu dipenuhi rasa haru dan syukur karena ada begitu banyak orang yang bersumbangsih. Jadi, sulit bagi saya untuk tidak berterima kasih.

Terima kasih atas sumbangsih kalian yang penuh cinta kasih. Saya hanya dapat mengucapkan terima kasih. Namun, kalian tetap harus menjaga keselamatan diri. Setiap orang harus menjaga tubuh dan batin sendiri. Tubuh dan batin harus dijaga dengan baik. Inilah yang terpenting bagi saya. Jika kalian benar-benar mengasihi saya, maka tidak boleh membuat saya khawatir.

Kalian harus menjaga keselamatan dan kesehatan diri. Tekad di hati juga harus terus dijaga. Inilah cara untuk membuat saya tidak khawatir. Terima kasih, saya mendoakan kalian semua.

Giat mewariskan semangat Tzu Chi dan mendampingi relawan baru

Memahami semangat inti ajaran Buddha

Bersama-sama mengembangkan nilai kehidupan

Menyebarkan mazhab Tzu Chi dan mewariskan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 Juni 2017

 

 

 

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -