Ceramah Master Cheng Yen: Menyelami Pengetahuan dan Pandangan Buddha

“Upacara pemandian rupang Buddha ini sangat agung dan istimewa. Saya merasa bahwa ia bisa menyucikan hati dan membersihkan noda batin kita,” kata Liang Zheng-wei, seorang warga.

“Sebelum mengikuti pemandian rupang Buddha, temperamen saya lebih buruk. Setelah mengikuti upacara, saya merasa bahwa hati saya tersucikan dan memperoleh ketenangan,” ujar Ibu Chen, seorang warga.

“Putri saya duduk di kursi roda dan suami saya terkena penyakit ginjal. Karena itu, pikiran saya terbebani. Setelah mengikuti pemandian rupang Buddha, beban pikiran saya menjadi lebih ringan,” Indra Devi, penerima bantuan Tzu Chi.

Mari kita lebih bersungguh hati untuk mencari tahu apa tujuan mulia Buddha datang ke dunia ini. Setelah datang ke dunia ini, Buddha menyadari bahwa terdapat banyak penderitaan di dunia ini. Ada banyak penderitaan yang tidak bisa dilenyapkan ataupun diatasi. Setiap orang mengalami penderitaan. Di dunia yang kekeruhannya semakin lama semakin tebal, bagaimana Buddha membimbing semua makhluk?

Setelah Buddha mencapai pencerahan, pandangan Buddha seluas alam semesta. Alam semesta berujung, tetapi ikrar Buddha tidak berujung. Dunia ini bertepi, tetapi kondisi batin Buddha tidak bertepi. Jadi, Buddha bisa melihat dan memahami segala sesuatu di dunia ini. Karena itulah, Buddha memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas. Buddha berharap setiap orang dapat memahami kebenaran-kebenaran yang tersimpan di dalam hati-Nya.

Baik pengetahuan duniawi maupun prinsip kebenaran untuk membebaskan diri dari penderitaan, semuanya merupakan hasil perenungan dan pengalaman Beliau. Buddha ingin membabarkan Dharma yang sesungguhnya dari dalam hati-Nya. Buddha telah menyerap kebenaran yang terkandung di seluruh alam semesta menjadi pengetahuan dan pandangan-Nya. Buddha telah mengetahui banyak kebenaran dan menyimpannya di dalam hati, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk berbagi dengan semua orang.

Setelah mencapai kebuddhaan, pikiran pertama-Nya ialah berbagi dengan orang-orang tentang inti sari Dharma. Namun, Buddha tidak bisa melakukannya karena kegelapan dan noda batin orang-orang sangat tebal. Buddha tidak bisa langsung membabarkan inti sari Dharma karena orang-orang tidak mengerti. Karena itu, Buddha terpaksa memulainya dari penderitaan di dunia. Buddha juga memberi tahu orang-orang bahwa untuk mengakhiri penderitaan, mereka harus mempelajari banyak Dharma serta mempraktikkannya.

Buddha mengulas tentang Dharma yang nyata dan semu serta mengajari kita untuk tidak melekat pada keduanya. Yang terpenting ialah menapaki Jalan Tengah. Jadi, Buddha menghabiskan banyak waktu dan menggunakan berbagai metode sesuai kemampuan orang-orang untuk membuka pintu hati mereka agar dapat menerima prinsip kebenaran. Ini membutuhkan kerja keras dan sangat sulit karena orang-orang merintangi diri sendiri.

Saat berinteraksi dengan sesama manusia, dengan berapa banyak orang kita bisa menjalin jodoh baik? Berapa banyak orang yang dapat terinspirasi oleh ucapan kita? Meski kita telah memaparkan prinsip kebenaran dengan sangat jelas, tetapi ada berapa banyak orang yang mau mendengarkan dan menyerap ucapan kita ke dalam hati? Karena itulah, dari kehidupan ke kehidupan, Buddha menjalin jodoh baik dengan orang-orang. Jadi, orang-orang bersedia mendengarkan, menerima,dan mempraktikkan ajaran-Nya.

Saat jalinan jodoh matang, barulah Beliau bisa mencapai kebuddhaan di dunia ini. Ini membutuhkan waktu yang lama. Ini sangatlah sulit. Hidup bertapa tidaklah sulit, tetapi menjalin jodoh baik dengan orang-orang sangatlah sulit. Karena itulah, kebenaran dalam Sutra Teratai bisa tersebar luas.

Yang terpenting, Buddha mengajari kita untuk mempraktikkan prinsip kebenaran dan menapaki Jalan Tengah dengan harapan kita dapat memahami hal-hal duniawi dan prinsip kebenaran dengan jelas. Jika kita bisa mempraktikkan Dharma di dunia saat menapaki Jalan Tengah, berarti kita sedang menyebarkan Dharma yang sesungguhnya dari hati Buddha. Jadi, Buddha membuka pikiran dan menunjukkan kebenaran agar semua makhluk dapat tersadarkan, memahami kebenaran, dan mengetahui bahwa semua orang memiliki pengetahuan dan pandangan Buddha. Buddha ingin kita mengetahui bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan.

Kembali pada hakikat yang murni sangatlah penting. Meski masih terdapat jarak antara kita dengan hakikat yang murni, tetapi kita harus mengetahuinya. Inilah pengetahuan dan pandangan Buddha. Dalam pengetahuan dan pandangan Buddha, semua makhluk ialah setara. Jadi, kita harus bersungguh hati. Jika bersungguh hati, kita baru bisa memahami hati Buddha.

Demi menemukan jalan mengakhiri penderitaan, Buddha terlebih dahulu mengalami penderitaan di dunia ini. Setelah mengalami dan menyaksikan penderitaan di dunia, Buddha memahami bahwa ada berbagai jenis penderitaan akibat lahir, tua, sakit, dan mati. Ini merupakan hukum alam. Selain memahami hukum alam tentang lahir, tua, sakit, dan mati, Buddha juga memahami hukum sebab akibat. Dari mana seseorang datang dan ke mana dia pergi? Saat kehidupan seseorang berakhir, di manakah dia akan terlahir pada kehidupan berikutnya?

Jika kita ingin tahu kita akan terlahir di mana pada kehidupan berikutnya, kita harus mawas diri di kehidupan ini,menggenggam kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain, bersumbangsih bagi yang membutuhkan tanpa kerisauan, dan mempraktikkan Enam Paramita. Inilah arah tujuan pelatihan diri kita. Jadi, mari kita senantiasa bersungguh hati.

 

Terdapat banyak penderitaan di dunia yang dipenuhi Lima Kekeruhan

Menyelami pengetahuan dan pandangan Buddha serta menghapus kegelapan batin

Memahami hukum sebab akibat dan membebaskan diri dari kelahiran kembali

Menjalin jodoh baik secara luas dan membabarkan Sutra Teratai

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Mei 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Mei 2019

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -