Ceramah Master Cheng Yen: Menyelaraskan Pikiran untuk Mengemban Tanggung Jawab

“Harapan saya adalah memiliki sebuah keluarga yang harmonis, menjadi seorang istri dan ibu purnawaktu, serta menyambut sang suami saat dia pulang dan mengantarnya saat dia akan keluar rumah. Suami saya bukan tidak memperhatikan keluarga, tetapi jika minum arak, dia menjadi sangat kasar. Dia sangat baik saat tidak minum arak. Saat melihat dia pulang dalam kondisi mabuk, saya ketakutan sampai gemetar. Jadi, saya hidup di bawah bayang-bayang ketakutan. Dia bagaikan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Kakak ipar saya pernah memanjat ke sini dari jendela lantai dua mereka untuk menyelamatkan saya. Dahulu, dia selalu mengunci pintu dan memukul saya. Hari itu, dia mabuk dan mengambil sebilah pedang samurai untuk membuat perhitungan dengan orang lain. Saya terus menasihatinya untuk tidak melakukannya. Saat itu, putri sulung kami terbangun karena suara ayahnya yang kencang. Lalu, saya meletakkan tangan kiri saya di atas meja teh dan menepuk putri saya dengan tangan kanan sambil berkata, 'Xiao-pei, jangan takut. Ada Ibu di sini. Kamu tidak perlu takut, jangan menangis.'  Lalu, terdengar sebuah suara, dia melukai tangan saya dengan pedang itu. Yang mengherankan adalah pedang yang dibalut kain itu dapat memotong tulang dan urat saya. Darah saya menyembur ke seluruh ruang tamu dan langit-langit. Saya terus dianiaya seperti itu. Karena itulah, saya berkali-kali mencoba untuk bunuh diri,”kata Huang Li-zhu seorang Relawan Tzu Chi.

Mendengar dia berbagi kisahnya, saya berpikir, mengapa hidupnya begitu menderita? Dia berharap dapat memiliki pasangan yang baik, tetapi malah bertemu dengan pasangan seperti ini. Ini sungguh menakutkan. Akan tetapi, apa yang bisa dia lakukan? Mereka sudah menikah dan memiliki anak. Apa yang bisa dia lakukan? Beruntung, ada kakak iparnya yang membantunya. Kehidupannya sungguh menderita. Akhirnya, suaminya mulai mendengar Dharma. Hanya dalam waktu setahun lebih, sang suami sudah bisa bertobat. Namun, karma yang diciptakannya telah berbuah. Dia terkena kanker lidah dan sangat menderita karenanya.

"Meski dia sudah menjalani 35 kali elektroterapi, penyakitnya tetap tidak terkendali. Dokter berkata bahwa sekarang tumornya sudah menyebar ke sekitar aorta dan menyuruh kami untuk waspada jika terjadi pendarahan pada aorta. Suami saya juga berpesan untuk tidak menyelamatkannya lagi. Jika dia mulai mengalami pendarahan dan tidak sadarkan diri, kami harus segera memanggil pekerja sosial dan dokter karena dia ingin mendonorkan korneanya. Hanya korneanya yang masih bisa digunakan. Berhubung dia begitu ingin bertobat dan meninggalkan cinta kasih di dunia ini, maka kami pun mewujudkan harapannya. Dia menulis untuk menasihati orang agar tidak mengunyah buah pinang, tidak membunuh, dan tidak minum arak. Harus memperbaiki diri, benar. Kamu sangat hebat. Kamu sangat hebat karena telah bertobat. Kami tahu bahwa kamu sudah bertobat. Tahu bertobat saja sudah sangat baik. Saya dan anak kita sudah melihat semua itu, tahu tidak? Kami melihat bahwa kamu telah bertobat. Saat mengembuskan napas terakhir, kamu harus memiliki pikiran yang benar. Kamu harus melepaskan segalanya. Setelah bervegetaris, yang paling dia sesali adalah pernah memancing dan membunuh ikan. Dia bahkan menasihati seorang temannya yang semula ingin membuka restoran shabu-shabu daging domba. Temannya benar-benar menerima nasihatnya dan memutuskan untuk membuka restoran vegetaris,” kata Huang Li-zhu menambahkan.

Saat dia mulai memperbaiki diri, waktunya sudah tidak panjang lagi. Ini sungguh membuat orang merasa tidak berdaya. Dalam hidup ini, kita harus bisa menentukan arah agar bisa memiliki kehidupan yang baik. Ini sudah harus kita lakukan saat kita masih memiliki tubuh yang sehat. Jangan menunggu hingga segalanya terlambat. Singkat kata, kekuatan karma selalu mengikuti kita bagaikan bayangan. Karma pasti akan berbuah pada waktunya. Karena itu, jangan demi memenuhi nafsu makan yang hanya kita nikmati beberapa detik, kita lantas merusak kesehatan diri sendiri dan menciptakan banyak karma buruk akibat membunuh. Ini tidak sepadan. Hukum karma tetap berlaku.

Kini, kondisi iklim di seluruh dunia menjadi tidak bersahabat akibat karma buruk kolektif semua makhluk. Dunia ini diselimuti kekeruhan yang tebal sehingga Bumi terserang demam dan curah hujan menjadi tidak merata. Di Texas, turun hujan deras sehingga wilayah perkotaan dilanda banjir besar. Inilah yang terjadi di Texas sekarang, sedangkan di Delta Mekong, Vietnam, terjadi kekeringan terparah dalam 90 tahun terakhir. Sawah-sawah sudah tidak bisa ditanami. Karena itu, pada awal bulan Juni, insan Tzu Chi akan berangkat ke Vietnam untuk membagikan barang bantuan. Di Vietnam terdapat banyak petani kurang mampu. Jika mereka tidak bisa bercocok tanam, maka kelangsungan hidup mereka akan terganggu. Mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Inilah bencana kekeringan. 

Di negara lain, sambaran petir telah melukai orang-orang. Melihat kondisi iklim seperti ini, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Kekuatan manusia sangat kecil, tetapi manusia suka menyombongkan diri dan mengira bahwa mereka dapat mengalahkan alam sehingga berbuat sesuka hati. Manusia selalu menginginkan makanan lezat, kenikmatan hidup, dan lain-lain. Keinginan manusia sangat banyak dan selamanya tidak akan merasa puas. Kita harus mengendalikan nafsu keinginan. 


Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus memperhatikan hal-hal yang terjadi di seluruh dunia, jangan hanya melihat sekeliling kita. Kita harus memandang ke seluruh dunia yang dilanda banyak bencana. Saya sangat berharap anak-anak muda zaman sekarang dapat menjadi insan yang terpuji. Anak-anak muda harus menjadi insan yang terpuji dengan membangkitkan niat baik dan kekayaan batin serta menuju arah yang benar untuk bersumbangsih bagi dunia.

Saat alam memberikan tanggung jawab besar, saya berharap anak-anak muda bisa bekerja keras dengan sepenuh hati dan tenaga untuk mengemban tanggung jawab itu. Saat ini, kita harus mengemban tanggung jawab dan menjadi insan yang terpuji. Sungguh, inilah yang harus kita lakukan. Sulit untuk terlahir sebagai manusia. Karena itu, kita harus berkontribusi dalam hidup ini.

Singkat kata, dunia ini penuh dengan bencana. Kita membutuhkan kerja sama dari semua orang untuk menyucikan hati manusia, membimbing orang-orang menuju arah yang benar, dan menerapkan pola hidup hemat. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri.

 

Harapan untuk memiliki keluarga yang harmonis  hancur karena sang suami yang penuh kekerasan

Jangan menciptakan karma buruk karena kekuatan karma selalu mengikuti

Kondisi iklim yang tidak selaras menimbulkan bencana kekeringan

Membangkitkan kekayaan batin dan mengemban tanggung jawab

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 Juni 2016

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -